Internasional

Kata-kata Bos The Fed Akan Makin Goyang Pasar Global di 2019

Bernhart Farras, CNBC Indonesia
31 December 2018 09:52
Tahun pertama jabatan Jerome Powell sebagai gubernur bank sentral Amerika Serikat (AS) Federal Reserve adalah jalan berbatu.
Foto: Gubernur Federal Reserve Jerome Powell (REUTERS/Yuri Gripas)
Jakarta, CNBC Indonesia - Tahun pertama jabatanĀ Jerome Powell sebagai gubernur bank sentral Amerika Serikat (AS) Federal Reserve adalah jalan berbatu.

Kebijakan moneternya kerap membuat investor cemas lalu senang bahkan ketika data ekonomi memberi sinyal yang semakin beragam, ditambah lagi dengan konflik antara The Fed dan Presiden AS Donald Trump yang berani secara terbuka mengkritik langkah yang diambil bank sentral.


Tahun 2018 ini ditutup dengan kondisi pasar saham yang merosot tajam dan penurunan imbal hasil obligasi. Pasar keuangan perlu bersiap untuk menghadapi tahun depan, tahun ketika Powell dijadwalkan untuk memberi lebih banyak komentar publik tanpa naskah dibandingkan para pemimpin The Fed lainnya sepanjang sejarah bank sentral, tulis Reuters.

Powell adalah seorang pengacara dan mantan bankir investasi yang kariernya panjangnya di pasar dan pemerintahan memberinya perspektif kondisi nyata pasar keuangan yang dicari Trump saat ia menominasikannya duduk di kursi bos The Fed.

Ia mulai menjabat pada Februari dengan tekad meningkatkan komunikasi The Fed dengan Kongres dan publik. Ia sering bertemu dengan legislator dan berbicara tentang kebijakan dengan gaya yang tidak sekaku buku teks ekonomi serta lebih sederhana daripada pemimpin The Fed sebelumnya, yang dalam beberapa dekade terakhir mayoritas berlatar belakang seorang ekonom.

Gaya itu mungkin telah menjadi bagian dari daya tarik Powell bagi Trump. Namun, ini salah satu penyebab volatilitas pasar karena investor bergantung pada setiap kata Powell untuk mencari kejelasan tentang seberapa jauh The Fed akan menaikkan suku bunga.

Kata-kata Bos The Fed Akan Makin Goyang Pasar Global di 2019Profil Gubernur The Fed Jerome Powell (Foto: CNBC Indonesia/ Edward Ricardo)

"Saya memiliki orang-orang di kantor yang marah mengenai hal ini [cara komunikasi Powell]," kata Carl Tannenbaum, kepala ekonom di Northern Trust, merujuk penjelasan Powell baru-baru ini tentang situasi The Fed yang disebutnya seperti berjalan di ruang gelap.

Meskipun metafora itu dimaksudkan untuk menunjukkan perhatian Powell terhadap ketidakpastian yang dihadapi bank sentral dan alasan kehati-hatian, Tannenbaum mengatakan pernyataan itu membingungkan para investor.

"Masalahnya adalah, The Fed tidak bisa hanya duduk di sana dalam kegelapan. The Fed harus berusaha untuk menjelaskan apa yang terjadi."

Powell terus menyuarakan "ketidakpastian" The Fed. Ia menggunakan kata itu empat kali pada konferensi pers 19 Desember lalu setelah menaikkan suku bunganya pada pertemuan kebijakan terakhir tahun ini.

Tetapi dengan Powell mengirimkan pesan dalam sambutannya - bahwa risiko meningkat dan kenaikan suku bunga mungkin perlu lebih lambat - sementara masih memperkirakan The Fed akan terus menaikkan suku bunga tahun depan, "Pesan ini sedikit ceroboh," kata profesor ekonomi Universitas Oregon, Tim Duy, dilansir dari Reuters.

Pada konferensi pers Desember menyusul kenaikan suku bunga The Fed tahun 2018, Powell mengatakan secara definitif bahwa normalisasi neraca The Fed berada dalam mode "autopilot" dan ia tidak mengantisipasi adanya perubahan apa pun. Meskipun pernyataan itu konsisten dengan pedoman The Fed sebelumnya, pasar saham tetap anjlok karena kecewa ia tidak menunjukkan lebih banyak fleksibilitas.


Normalisasi neraca The Fed dilakukan dengan melepas berbagai obligasi yang dimilikinya sejak krisis terakhir. Investor cemas pelepasan obligasi tersebut akan menyerap likuiditas di pasar.

Beberapa hari kemudian, Presiden Fed New York John Williams, yang merupakan sekutu dekat Powell dan seorang pemilih tetap di komite pengaturan kebijakan Fed, menyampaikan pendekatan yang lebih dovish, hasilnya pasar saham naik.

Semua bos The Fed pernah tersandung, dan akibatnya pasar di seluruh dunia terguncang.

Pada 2013 Ben Bernanke membuat saham dunia anjlok ketika ia mengisyaratkan The Fed akan memperlambat stimulus pembelian obligasi. Alan Greenspan kembali pada tahun 1996 mencoba untuk melemahkan pasar saham dengan mencatat "kenaikan irasional" dalam nilai aset, meskipun efeknya berumur pendek.

Tetapi para pemimpin the Fed sebelumnya tidak pernah bekerja di bawah pengawasan ketat dan terbuka dari Gedung Putih seperti saat ini, dengan komentar Trump sendiri yang mengguncang pasar.

Lebih rumit lagi, pertumbuhan global yang lebih lemah dapat mengancam kuatnya pasar tenaga kerja AS dan pertumbuhan domestik yang kuat, ditambah lagi dengan perang dagang dengan China danĀ penutupan parsial pemerintah AS atau government shutdown. Semua faktor tersebut adalah gabungan ketidakpastian membuat pasar bertaruh bahwa The Fed tidak akan menaikkan suku bunganya sama sekali tahun depan.

Kata-kata Bos The Fed Akan Makin Goyang Pasar Global di 2019Foto: REUTERS/Carlos Barria

Berlawanan dengan latar belakang ini, mulai Januari Powell akan mengadakan konferensi pers di setiap akhir dari pertemuan Fed untuk memberikan penjelasan lebih lanjut tentang tindakan dan pemikiran Fed. Dengan demikian, Powell akan mengadakan delapan konferensi pers pada 2019, dibandingkan empat kali per tahun yang biasanya terjadi.

Pasar telah memiliki semacam kepercayaannya sendiri bahwa setiap kali gubernur bank sentral mengadakan konferensi pers setelah pertemuan rutinnya, itu berarti ada penyesuaian dalam suku bunga acuan atau kebijakan moneter lainnya.

Ini akan semakin membuat investor kebingungan, terutama bila ada pernyataan Powell yang ditafsirkan berbeda oleh para pelaku pasar.


(prm) Next Article The Fed Gagal Yakinkan Investor Soal Kenaikan Yield Obligasi

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular