
Harga Minyak Tuju Pelemahan 25% di 2018, Terparah Sejak 2015
Raditya Hanung, CNBC Indonesia
31 December 2018 10:16

Jakarta, CNBC Indonesia - Di perdagangan terakhir tahun 2018, harga minyak mentah dunia mampu membukukan penguatan. Pada perdagangan hari Senin (31/12/2018), harga minyak light sweet (WTI) kontrak Februari 2019 naik 0,66%, sementara harga brent kontrak Maret 2019 juga bertambah 0,77%, hingga pukul 09.50 WIB.
Dengan pergerakan itu, harga si emas hitam mampu bangkit dari penurunan cukup dalam di sepanjang minggu lalu. Sebagai informasi, dalam sepekan yang berakhir tanggal 28 Desember, harga brent amblas 3,01% secara point-to-point. Di periode yang sama, harga WTI juga turun 0,57%.
Meski demikian, kedua harga minyak kontrak berjangka tersebut kini menuju pelemahan tahunan yang cukup dalam. Performa tahunan negatif ini menjadi yang pertama kalinya sejak tahun 2015.
Hari ini, harga minyak mendapatkan energi positif dari perkembangan negosiasi dagang Amerika Serikat (AS)-China yang nampaknya menuju ke arah positif. Presiden AS Donald Trump telah mengadakan pembicaraan dengan Presiden China Xi Jinping via telepon, dan hasilnya cukup melegakan.
"Baru saja melakukan pembicaraan yang panjang dan sangat baik dengan Presiden Xi dari Cina," tulis Trump pada akun Twitternya seperti dilansir Reuters, Minggu (30/12/2018).
"Kesepakatan bergerak dengan sangat baik. Jika dibuat, itu akan sangat komprehensif, mencakup semua subjek, area dan titik perselisihan. Kemajuan besar sedang dibuat!" lanjut mantan taipan properti tersebut.
Kicauan Trump juga terkonfirmasi dari media pemerintah China, Xinhua. Menurut Xinhua, Xi mengatakan tim dari kedua negara telah bekerja untuk mengimplementasikan konsensus yang dicapai dengan Trump.
"Saya berharap kedua tim akan saling bertemu, bekerja keras, dan berusaha untuk mencapai kesepakatan yang saling menguntungkan dan bermanfaat bagi dunia secepat mungkin," kata Xi.
Seperti diketahui, perang dagang AS-China merupakan fokus utama pembicaraan dunia sepanjang 2018. Perselisihan itu telah mengguncang perekonomian global dan juga pasar keuangan dunia. Dengan adanya prospek perdamaian antar keduanya, diharapkan perekonomian dunia bisa pulih.
Saat aktivitas ekonomi global membaik, permintaan energi pun diekspektasikan akan meningkat. Sentimen ini lantas mampu memberikan energi positif bagi harga minyak pada hari ini.
Meski hari ini mampu menguat, harga minyak kini menuju pelemahan yang cukup signifikan di tahun ini. Di sepanjang tahun 2018, harga brent menuju koreksi sebesar 19,81% secara point-to-point. Di periode yang sama, harga WTI juga siap melemah 24,48%.
Adapun pelemahan tahunan ini merupakan yang terparah sejak tahun 2015. 3 tahun lalu, harga brent jatuh nyari 35% secara tahunan, sedangkan harga light sweet juga jeblok nyaris 31%.
Sentimen kondisi pasar yang oversupply sukses "menghancurkan" harga minyak di tahun ini. Dari sisi permintaan, pembelian komoditas minyak mentah dunia diperkirakan lesu akibat perlambatan ekonomi global.
Dana Moneter Internasional (IMF) memperkirakan ekonomi global tumbuh 3,7% tahun depan, melambat dibandingkan proyeksi sebelumnya yaitu 3,9%. Sementara Organisasi Kerja Sama Ekonomi dan Pembangunan (OECD) memperkirakan pertumbuhan ekonomi dunia tahun ini di kisaran 3,7%, dan tahun depan melambat menjadi 3,5%.
Di saat permintaan diekspektasikan jeblok, pasokan justru membanjir. AS kini muncul sebagai produsen minyak terbesar dunia, dengan memproduksi minyak mentah hingga 11,47 juta barel/hari pada bulan September 2018. Capaian itu sekaligus merupakan rekor tertinggi di sepanjang sejarah Negeri Paman Sam.
Capaian ini tidak lepas dari kemajuan produksi minyak serpih (shale oil) yang amat masif. Pemerintah AS mengatakan pada akhir Desember mendatang, produksi shale oil akan naik menjadi lebih dari 8 juta barel per hari.
Sedangkan Rusia, produsen minyak terbesar kedua di dunia, mencatatkan produksi minyak mentah sebesar 11,41 juta barel ber hari pada bulan Oktober 2018. Capaian tersebut merupakan rekor tertinggi sejak era post-Uni Soviet.
Tahun 2018 memang tahun yang tidak bersahabat bagi harga minyak mentah dunia.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(RHG/prm) Next Article Harga Minyak Sentuh Level Psikologis Baru
Dengan pergerakan itu, harga si emas hitam mampu bangkit dari penurunan cukup dalam di sepanjang minggu lalu. Sebagai informasi, dalam sepekan yang berakhir tanggal 28 Desember, harga brent amblas 3,01% secara point-to-point. Di periode yang sama, harga WTI juga turun 0,57%.
Meski demikian, kedua harga minyak kontrak berjangka tersebut kini menuju pelemahan tahunan yang cukup dalam. Performa tahunan negatif ini menjadi yang pertama kalinya sejak tahun 2015.
Hari ini, harga minyak mendapatkan energi positif dari perkembangan negosiasi dagang Amerika Serikat (AS)-China yang nampaknya menuju ke arah positif. Presiden AS Donald Trump telah mengadakan pembicaraan dengan Presiden China Xi Jinping via telepon, dan hasilnya cukup melegakan.
"Baru saja melakukan pembicaraan yang panjang dan sangat baik dengan Presiden Xi dari Cina," tulis Trump pada akun Twitternya seperti dilansir Reuters, Minggu (30/12/2018).
"Kesepakatan bergerak dengan sangat baik. Jika dibuat, itu akan sangat komprehensif, mencakup semua subjek, area dan titik perselisihan. Kemajuan besar sedang dibuat!" lanjut mantan taipan properti tersebut.
Kicauan Trump juga terkonfirmasi dari media pemerintah China, Xinhua. Menurut Xinhua, Xi mengatakan tim dari kedua negara telah bekerja untuk mengimplementasikan konsensus yang dicapai dengan Trump.
"Saya berharap kedua tim akan saling bertemu, bekerja keras, dan berusaha untuk mencapai kesepakatan yang saling menguntungkan dan bermanfaat bagi dunia secepat mungkin," kata Xi.
Seperti diketahui, perang dagang AS-China merupakan fokus utama pembicaraan dunia sepanjang 2018. Perselisihan itu telah mengguncang perekonomian global dan juga pasar keuangan dunia. Dengan adanya prospek perdamaian antar keduanya, diharapkan perekonomian dunia bisa pulih.
Saat aktivitas ekonomi global membaik, permintaan energi pun diekspektasikan akan meningkat. Sentimen ini lantas mampu memberikan energi positif bagi harga minyak pada hari ini.
Meski hari ini mampu menguat, harga minyak kini menuju pelemahan yang cukup signifikan di tahun ini. Di sepanjang tahun 2018, harga brent menuju koreksi sebesar 19,81% secara point-to-point. Di periode yang sama, harga WTI juga siap melemah 24,48%.
Adapun pelemahan tahunan ini merupakan yang terparah sejak tahun 2015. 3 tahun lalu, harga brent jatuh nyari 35% secara tahunan, sedangkan harga light sweet juga jeblok nyaris 31%.
Sentimen kondisi pasar yang oversupply sukses "menghancurkan" harga minyak di tahun ini. Dari sisi permintaan, pembelian komoditas minyak mentah dunia diperkirakan lesu akibat perlambatan ekonomi global.
Dana Moneter Internasional (IMF) memperkirakan ekonomi global tumbuh 3,7% tahun depan, melambat dibandingkan proyeksi sebelumnya yaitu 3,9%. Sementara Organisasi Kerja Sama Ekonomi dan Pembangunan (OECD) memperkirakan pertumbuhan ekonomi dunia tahun ini di kisaran 3,7%, dan tahun depan melambat menjadi 3,5%.
Di saat permintaan diekspektasikan jeblok, pasokan justru membanjir. AS kini muncul sebagai produsen minyak terbesar dunia, dengan memproduksi minyak mentah hingga 11,47 juta barel/hari pada bulan September 2018. Capaian itu sekaligus merupakan rekor tertinggi di sepanjang sejarah Negeri Paman Sam.
Capaian ini tidak lepas dari kemajuan produksi minyak serpih (shale oil) yang amat masif. Pemerintah AS mengatakan pada akhir Desember mendatang, produksi shale oil akan naik menjadi lebih dari 8 juta barel per hari.
Sedangkan Rusia, produsen minyak terbesar kedua di dunia, mencatatkan produksi minyak mentah sebesar 11,41 juta barel ber hari pada bulan Oktober 2018. Capaian tersebut merupakan rekor tertinggi sejak era post-Uni Soviet.
Tahun 2018 memang tahun yang tidak bersahabat bagi harga minyak mentah dunia.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(RHG/prm) Next Article Harga Minyak Sentuh Level Psikologis Baru
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular