Analisis Teknikal

Potensi Reli Harga Minyak Masih Ada, Waspadai Koreksi Rupiah

Yazid Muamar, CNBC Indonesia
05 September 2019 20:35
Harga minyak mentah tingkat global kemarin (4/9) melonjak tajam (bullish), setelah China merilis data manufaktur yang lebih baik.
Foto: Menteri Jonan Usulkan Asumsi Harga Minyak USD 60/ Barel (CNBC Indonesia TV)
Jakarta, CNBC Indonesia - Harga minyak mentah (crude oil) tingkat global kemarin (4/9) melonjak tajam alias bullish, setelah China merilis data manufaktur miliknya yang lebih baik.

Angka Purchasing Managers' Index (PMI) bidang jasa China versi Caixin/Markit periode Agustus tercatat 52,1. Naik dari bulan sebelumnya yang sebesar 51,6 dan menjadi pencapaian terbaik sejak Mei.

China merupakan konsumen minyak terbesar kedua dan importir minyak nomor satu dunia. Data PMI tersebut memberi indikasi perekonomian China masih bergeliat, sehingga permintaan energi berbahan fosil tersebut masih akan tetap tinggi.

Pada pukul 18:57 WIB hari Kamis (5/9), harga minyak jenis brent di pasar spot global diperdagangkan menguat 0,53% menjadi US$ 60,9/barel dan light sweet naik 0,18% menjadi US$ 56,3/barel. Namun, pagi harga kedua jenis minyak tersebut turun tipis karena kenaikannya yang di rasa sudah cukup tinggi hingga 4% lebih dalam satu hari.

Kenaikan harga minyak di pasar global, khususnya jenis brent yang menjadi salah satu acuan menentukan harga minyak di dalam negeri akan menjadi sentimen negatif bagi rupiah, sebab Indonesia adalah negara net importir minyak. Ketika harga minyak naik, maka biaya importasi menjadi semakin mahal.

Akibatnya, defisit pada neraca dagang dan transaksi berjalan (current account) akan berkurang dan rupiah berpotensi terhindar dari pelemahan.

Analisis Teknikal

Harga minyak mentah brent cenderung bergerak menyamping (sideways), dengan batas atas harganya (resistance) di US$ 61,9/barel, dan batas bawah (support) harganya di US$ 58,2/barel.

Potensi harganya semakin menguat terlihat dari posisi harganya saat ini yang bergerak di atas rata-rata harganya dalam 5 dan 20 hari terakhir (moving average/MA5/MA20).

Ada potensi harga Brent naik menguji level US$ 61,9/barel dalam 1-2 minggu ke depan. Ruang penguatannya cukup terbuka, mengingat harganya belum menyentuh level jenuh belinya (overbought), menurut indikator Relative Strength Index (RSI) yang mengukur tingkat jenuh pergerakan.
Sumber: Tim Riset CNBC Indonesia (Refinitiv)
TIM RISET CNBC INDONESIA


(yam/yam) Next Article Harga Minyak Berpotensi Sentuh US$ 75/Barel, Ini Analisisnya

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular