Cara BI Jaga Rupiah: Mode Double Punch & Tetap Hawkish

Chandra Gian Asmara, CNBC Indonesia
28 December 2018 09:34
Berbagai upaya akan dilakukan bank sentral untu menstabilisasi nilai tukar, salah satunya adalah dengan melakukan intervensi di pasar spot, DNDF, dan SB
Foto: CNBC Indonesia/Muhammad Luthfi Rahman
Jakarta, CNBC Indonesia - Bank Indonesia (BI) kembali menegaskan komitmennya dalam menjaga nilai tukar rupiah agar tidak jatuh dari nilai fundamental yang sebenarnya.

Berbagai upaya akan dilakukan bank sentral untu menstabilisasi nilai tukar, salah satunya adalah dengan melakukan intervensi di pasar spot, DNDF, maupun pasar SBN.

Demikian ditegaskan Kepala Departemen Pengelolaan Moneter BI Nanang Hendarsah dalam wawancara ekslusif bersama Hera F Haryn di program Closing Bell CNBC Indonesia TV.

"Sampai akhir tahun, BI akan selalu ada di pasar jaga stabilitas. [...] Kami juga siap masuk ke pasar surat berharga negara, di mana jika banyak yang melepas surat berharga," kata Nanang.

Pergerakan nilai tukar rupiah sepanjang tahun ini memang bergerak cukup liar. Rupiah yang di awal tahun berada di kisaran Rp 13.600/US$ - Rp 13.700/US$, sempat menembus level Rp 15.200/US$.

Tak hanya dari sisi level, depresiasi rupiah pun pernah mencapai 11%. Namun di penghujung tahun depresiasi mata uang Garuda bisa diturunkan menjadi kisaran 7%.

Hal ini disebabkan salah satunya dari sikap (stance) kebijakan bank sentral yang ketat dalam menyikapi ketidakpastian ekonomi global, terutama yang bersumber dari kenaikan bunga acuan The Fed.

Kenaikan bunga acuan BI 7 Day Reverse Repo Rate akan memancing aliran dana asing masuk ke pasar keuangan Indonesia. Ini, tentu menjadi obat kuat bagi rupiah.

Maka dari itu, stance hawkish akan tetap ditempuh bank sentral. Bukan hanya menjadi obat kuat bagi rupiah, namun juga sebagai upaya menurunkan defisit transaksi berjalan.

"Apakah BI akan hawkish? Sampai sekarang stance BI tetap hawkish karena kita masih ada tantangan CAD," katanya.

"Kami masih menyikapi global yang masih rentan. Dalam kondisi ini, perlu kebijiakan yang prudent, pre emptive, dan ahead the curve agar tetap dijalankan," tegasnya,

Nanang memahami, gerak nilai tukar rupiah pada tahun ini mengalami masa-masa kelam. Namun, tekanan terhadap rupiah pada tahun depan diyakini tidak akan sebesar tahun ini.

Bagi BI, nilai tukar rupiah yang sempat menembus level Rp 15.000/US$ bukanlah sebagai level baru bagi rupiah di tahun depan. Yang pasti, bank sentral akan terus menjaga nilai tukar rupiah.

"Di Indonesia banyak di persoalkan masalah level. Tapi masyarakat sudah terbiasa di Rp 14.000/US$ dan Rp 15.000/US$. Jadi tidak ada yang perlu dikhawatirkan," tegas Nanang

(hps) Next Article BI Keluarkan Aturan Baru Soal Utang Luar Negeri Bank, Ini Dia

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular