
Internasional
Bukan Singapura atau RI, Raja IPO di ASEAN Ternyata Vietnam
Roy Franedya, CNBC Indonesia
27 December 2018 12:51

Jakarta, CNBC Indonesia - Selama ini, Singapura merupakan hub finansial utama tempat banyak perusahaan mencari dana melalui penawaran saham perdana atau initial public offering (IPO), namun tahun ini gelar tersebut berpindah ke Vietnam.
Besarnya dana yang dihimpun perusahaan melalui IPO di bursa Vietnam memang mengejutkan. Pasalnya, Vietnam sering sekali tidak menjadi top of mind bagi investor saham.
Pasar sahamnya dianggap kurang mapan dan memiliki risiko tertinggi di antara negara berkembang lain di Asia Tenggara. Sementara Singapura dianggap sebagai negara maju.
Para analis menilai hal ini terkait dengan kondisi global dan pasar saham sejumlah negara yang bergejolak. Bursa saham Vietnam tidak bangkit atau bursa Saham Singapura jatuh.
"Pada paruh kedua 2018, perang dagang AS-China meletus, sejumlah ketegangan politik terjadi dan pasar bergejolak yang secara tidak sengaja memengaruhi sentimen ekonomi, sehingga beberapa perusahaan menunda pelaksanaan IPO," ujar Tay Hwee Ling, patner Deloitte Asia Tenggara kepada CNBC International melalui surat elektronik (email).
Sejatinya, berkurangnya perusahaan yang IPO di Singapura pada 2018 juga terjadi di bursa saham seluruh dunia. Perusahaan memilih untuk menahan ekspansi karena ketidakpastian ekonomi dan proyeksi geopolitik.
Tahun ini hanya ada 13 perusahaan yang IPO di bursa Singapura yang menghimpun dana US$500 juta atau setara Rp 7,3 triliun (asumsi US$1 = Rp 14.600). Ini pengumpulan dana terbesar keempat setelah Vietnam, Thailand, dan Indonesia, menurut data perusahaan konsultan EY.
Adapun di bursa Vietnam, hanya lima perusahaan yang IPO tetapi bisa mengumpulkan dana sebesar US$2,6 miliar (Rp 37,96 triliun). Sejumlah perusahaan memilih IPO setelah pemerintah Vietnam mendorong privatisasi.
IPO terbesar dilakukan perusahaan real estat Vinhomes yang mengumpulkan dana US$1,35 miliar. Ini merupakan pengumpulan dana terbesar kedua di Asia Tenggara pada tahun ini.
Besarnya dana yang dihimpun perusahaan melalui IPO di bursa Vietnam memang mengejutkan. Pasalnya, Vietnam sering sekali tidak menjadi top of mind bagi investor saham.
Pasar sahamnya dianggap kurang mapan dan memiliki risiko tertinggi di antara negara berkembang lain di Asia Tenggara. Sementara Singapura dianggap sebagai negara maju.
"Pada paruh kedua 2018, perang dagang AS-China meletus, sejumlah ketegangan politik terjadi dan pasar bergejolak yang secara tidak sengaja memengaruhi sentimen ekonomi, sehingga beberapa perusahaan menunda pelaksanaan IPO," ujar Tay Hwee Ling, patner Deloitte Asia Tenggara kepada CNBC International melalui surat elektronik (email).
![]() |
Sejatinya, berkurangnya perusahaan yang IPO di Singapura pada 2018 juga terjadi di bursa saham seluruh dunia. Perusahaan memilih untuk menahan ekspansi karena ketidakpastian ekonomi dan proyeksi geopolitik.
Adapun di bursa Vietnam, hanya lima perusahaan yang IPO tetapi bisa mengumpulkan dana sebesar US$2,6 miliar (Rp 37,96 triliun). Sejumlah perusahaan memilih IPO setelah pemerintah Vietnam mendorong privatisasi.
IPO terbesar dilakukan perusahaan real estat Vinhomes yang mengumpulkan dana US$1,35 miliar. Ini merupakan pengumpulan dana terbesar kedua di Asia Tenggara pada tahun ini.
Next Page
Lanskap yang berubah
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular