
Saham Apple Melejit 1,17%, Dow Jones Akan 'Loncat' 207 Poin
Anthony Kevin, CNBC Indonesia
11 December 2018 19:53

Jakarta, CNBC Indonesia - Wall Street akan dibuka menguat pada perdagangan hari ini: kontrak futures Dow Jones mengimplikasikan kenaikan sebesar 207 poin pada saat pembukaan, sementara S&P 500 dan Nasdaq diimplikasikan naik masing-masing sebesar 20 poin dan 74 poin.
Penguatan Wall Street nampak akan dipicu oleh saham Apple. Pada perdagangan extended hours, saham raksasa teknologi yang bermarkas di Cupertino tersebut melejit sebesar 1,17%.
Kemarin (10/12/2018), indeks Dow Jones sempat jatuh lebih dari 500 poin kala saham Apple ambruk lebih dari 2%. Pada akhir perdagangan, saham Apple menguat 0,66% dan mendorong indeks Dow Jones naik 0,14%.
Saham Apple sempat ambruk seiring dengan keputusan pengadilan di China yang memenangkan tuntutan Qualcomm terhadap Appple. Dikutip dari CNBC International, putusan pengadilan di China melarang penjualan 7 model iPhone seri lama, mulai dari 6s hingga X.
Apple telah mengajukan banding terhadap putusan tersebut, sehingga ada harapan penjualannya menjadi tak terganggu. Di sisi lain, risiko bagi Wall Street datang dari indikasi resesi di AS yang semakin nyata.
Pada tanggal 4 Desember 2018, terjadi inversi spread imbal hasil (yield) obligasi AS tenor 3 dan 5 tahun. Pada akhir perdagangan hari itu, spread yield obligasi AS tenor 3 dan 5 tahun adalah sebesar 2 basis poin (bps).
Hal ini merupakan indikasi awal dari akan datangnya resesi di AS. Dalam 3 resesi terakhir yang terjadi di AS (1990, 2001, dan 2007), selalu terjadi inversi pada spread yield obligasi tenor 3 dan 5 tahun.
Melansir CNBC International yang mengutip Bespoke, dalam 3 resesi terakhir, inversi pertama spread yield obligasi tenor 3 dan 5 tahun datang rata-rata 26,3 bulan sebelum resesi dimulai.
Dalam 3 resesi terakhir yang terjadi di AS, juga selalu terjadi inversi pada spread yield obligasi tenor 3 bulan dan 10 tahun. Kajian dari Bespoke menunjukkan bahwa inversi pada kedua tenor ini terjadi rata-rata 89 hari setelah inversi pertama pada obligasi tenor 3 dan 5 tahun.
Lantas, pergerakan spread yield obligasi tenor 3 bulan dan 10 tahun menjadi sangat penting untuk diamati. Pasalnya, konfirmasi datang atau tidaknya resesi bisa berasal dari situ. Ketika inversi terjadi, kemungkinan besar resesi akan datang.
Per awal bulan lalu, spread yield obligasi tenor 3 bulan dan 10 tahun adalah sebesar -82 bps. Per akhir perdagangan kemarin, nilainya tersisa -47 bps. Pada hari ini, angkanya kembali menipis menjadi -44 bps atau semakin mendekati apa yang disebut inversi.
Pada pukul 20:30 WIB, data indeks harga produsen periode November akan dirilis.
Tidak ada anggota FOMC yang dijadwalkan berbicara pada hari ini.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/roy) Next Article Gara-Gara Apple, Dow Jones Akan Anjlok 262 Poin
Penguatan Wall Street nampak akan dipicu oleh saham Apple. Pada perdagangan extended hours, saham raksasa teknologi yang bermarkas di Cupertino tersebut melejit sebesar 1,17%.
Kemarin (10/12/2018), indeks Dow Jones sempat jatuh lebih dari 500 poin kala saham Apple ambruk lebih dari 2%. Pada akhir perdagangan, saham Apple menguat 0,66% dan mendorong indeks Dow Jones naik 0,14%.
Pada tanggal 4 Desember 2018, terjadi inversi spread imbal hasil (yield) obligasi AS tenor 3 dan 5 tahun. Pada akhir perdagangan hari itu, spread yield obligasi AS tenor 3 dan 5 tahun adalah sebesar 2 basis poin (bps).
Hal ini merupakan indikasi awal dari akan datangnya resesi di AS. Dalam 3 resesi terakhir yang terjadi di AS (1990, 2001, dan 2007), selalu terjadi inversi pada spread yield obligasi tenor 3 dan 5 tahun.
Melansir CNBC International yang mengutip Bespoke, dalam 3 resesi terakhir, inversi pertama spread yield obligasi tenor 3 dan 5 tahun datang rata-rata 26,3 bulan sebelum resesi dimulai.
Dalam 3 resesi terakhir yang terjadi di AS, juga selalu terjadi inversi pada spread yield obligasi tenor 3 bulan dan 10 tahun. Kajian dari Bespoke menunjukkan bahwa inversi pada kedua tenor ini terjadi rata-rata 89 hari setelah inversi pertama pada obligasi tenor 3 dan 5 tahun.
Lantas, pergerakan spread yield obligasi tenor 3 bulan dan 10 tahun menjadi sangat penting untuk diamati. Pasalnya, konfirmasi datang atau tidaknya resesi bisa berasal dari situ. Ketika inversi terjadi, kemungkinan besar resesi akan datang.
Per awal bulan lalu, spread yield obligasi tenor 3 bulan dan 10 tahun adalah sebesar -82 bps. Per akhir perdagangan kemarin, nilainya tersisa -47 bps. Pada hari ini, angkanya kembali menipis menjadi -44 bps atau semakin mendekati apa yang disebut inversi.
Pada pukul 20:30 WIB, data indeks harga produsen periode November akan dirilis.
Tidak ada anggota FOMC yang dijadwalkan berbicara pada hari ini.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/roy) Next Article Gara-Gara Apple, Dow Jones Akan Anjlok 262 Poin
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular