
Awas, Risiko Mengintai Pertumbuhan Ekonomi Asia Timur
Monica Wareza, CNBC Indonesia
10 December 2018 12:21

Jakarta, CNBC Indonesia - Bank Dunia (World Bank/ WB) memperingatkan akan berbagai risiko yang dapat mengancam tren kuat pertumbuhan ekonomi di kawasan Asia Timur yang telah tumbuh pesat dalam 50 tahun terakhir.
Kawasan ini sendiri terbentang dari China dan Jepang hingga Indonesia dan Filipina.
Dalam laporan terbarunya berjudul A Resurgent East Asia, Navigating a Changing World yang dirilis Senin (10/12/2018), WB memperingatkan bahwa tidak ada jaminan kemajuan mengesankan tersebut akan terus berlanjut di masa depan.
Model pertumbuhan yang telah mendorong naik perekonomian di kawasan tersebut kini harus beradaptasi dengan perubahan teknologi, melambatnya pertumbuhan perdagangan, dan perubahan di berbagai negara demi mempertahankan kemajuan yang telah dicapai hingga hari ini, tulis WB.
"Negara-negara berkembang di Asia Timur selama ini telah menjadi kawasan paling sukses dalam 25 tahun terakhir. Sejak 2000, PDB-nya (produk domestik bruto) telah naik lebih dari tiga kali lipat, mengentaskan lebih dari satu miliar jiwa dari kemiskinan," kata Wakil Presiden WB untuk Asia Timur dan Pasifik Victoria Kwakwa sebagaimana dikutip dari siaran resmi Bank Dunia, Senin.
"Di luar perkembangan ini, negara-negara di kawasan masih memiliki kesenjangan yang signifikan dalam hal produktivitas tenaga kerja, modal manusia, dan standar hidup dibandingkan negara-negara dengan pendapatan tinggi," tambahnya.
Sekitar 50 tahun lalu, banyak negara di Asia Timur masih merupakan perekonomian pertanian yang miskin. Namun saat ini, kawasan tersebut telah menjadi salah satu pusat perekonomian yang terefleksi dari bauran ekonomi berpendapatan tinggi dan menengah yang secara total berkontribusi terhadap sepertiga dari PDB dunia.
Lebih dari 90% populasi Asia Timur saat ini hidup di 10 negara berpendapatan menengah, yaitu Kamboja, China, Indonesia, Laos, Malaysia, Mongolia, Mnyanmar, Filipina, Thailand, dan Vietnam. Banyak dari negara tersebut yang akan dapat meraih status negara berpendapatan tinggi dalam satu atau dua generasi mendatang, tulis WB.
"Kombinasi kebijakan yang mendukung orientasi global, pertumbuhan padat karya, sambil memperkuat sumber daya manusia dan menyediakan pengaturan ekonomi yang kuat telah menghasilkan pertumbuhan yang cepat dan berkelanjutan...," kata Kepala Ekonom WB untuk Asia Timur dan Pasifik Sudhir Shetty dalam pernyataan tersebut.
"Namun, membangun berdasarkan keuntungan itu bisa jadi menantang di tengah perubahan dunia dan kawasan yang berlangsung cepat. Para pembuat kebijakan perlu untuk mengadaptasi elemen-elemen dari model pembangunan Asia Timur sehingga dapat dengan efektif menghadapi tantangan yang muncul," tambahnya.
Bank Dunia merekomendasikan lima prioritas kebijakan yang dapat diambil pemerintah di kawasna tersebut. Lima hal itu adalah mendorong daya saing ekonomi, membangun skill masyarakat, mendukung inklusi, memperkuat lembaga-lembaga pemerintah, dan membiayai transisi menuju status negara berpendapatan tinggi.
(prm/prm) Next Article Perang Dagang, Pertumbuhan Ekonomi Asia Timur-Pasifik Turun
Kawasan ini sendiri terbentang dari China dan Jepang hingga Indonesia dan Filipina.
Dalam laporan terbarunya berjudul A Resurgent East Asia, Navigating a Changing World yang dirilis Senin (10/12/2018), WB memperingatkan bahwa tidak ada jaminan kemajuan mengesankan tersebut akan terus berlanjut di masa depan.
"Negara-negara berkembang di Asia Timur selama ini telah menjadi kawasan paling sukses dalam 25 tahun terakhir. Sejak 2000, PDB-nya (produk domestik bruto) telah naik lebih dari tiga kali lipat, mengentaskan lebih dari satu miliar jiwa dari kemiskinan," kata Wakil Presiden WB untuk Asia Timur dan Pasifik Victoria Kwakwa sebagaimana dikutip dari siaran resmi Bank Dunia, Senin.
"Di luar perkembangan ini, negara-negara di kawasan masih memiliki kesenjangan yang signifikan dalam hal produktivitas tenaga kerja, modal manusia, dan standar hidup dibandingkan negara-negara dengan pendapatan tinggi," tambahnya.
Sekitar 50 tahun lalu, banyak negara di Asia Timur masih merupakan perekonomian pertanian yang miskin. Namun saat ini, kawasan tersebut telah menjadi salah satu pusat perekonomian yang terefleksi dari bauran ekonomi berpendapatan tinggi dan menengah yang secara total berkontribusi terhadap sepertiga dari PDB dunia.
Lebih dari 90% populasi Asia Timur saat ini hidup di 10 negara berpendapatan menengah, yaitu Kamboja, China, Indonesia, Laos, Malaysia, Mongolia, Mnyanmar, Filipina, Thailand, dan Vietnam. Banyak dari negara tersebut yang akan dapat meraih status negara berpendapatan tinggi dalam satu atau dua generasi mendatang, tulis WB.
"Kombinasi kebijakan yang mendukung orientasi global, pertumbuhan padat karya, sambil memperkuat sumber daya manusia dan menyediakan pengaturan ekonomi yang kuat telah menghasilkan pertumbuhan yang cepat dan berkelanjutan...," kata Kepala Ekonom WB untuk Asia Timur dan Pasifik Sudhir Shetty dalam pernyataan tersebut.
"Namun, membangun berdasarkan keuntungan itu bisa jadi menantang di tengah perubahan dunia dan kawasan yang berlangsung cepat. Para pembuat kebijakan perlu untuk mengadaptasi elemen-elemen dari model pembangunan Asia Timur sehingga dapat dengan efektif menghadapi tantangan yang muncul," tambahnya.
Bank Dunia merekomendasikan lima prioritas kebijakan yang dapat diambil pemerintah di kawasna tersebut. Lima hal itu adalah mendorong daya saing ekonomi, membangun skill masyarakat, mendukung inklusi, memperkuat lembaga-lembaga pemerintah, dan membiayai transisi menuju status negara berpendapatan tinggi.
(prm/prm) Next Article Perang Dagang, Pertumbuhan Ekonomi Asia Timur-Pasifik Turun
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular