
Perubahan Nasib Miskin ke Kaya Orang RI Ditentukan dari Lahir
Rehia Sebayang, CNBC Indonesia
12 November 2018 13:32

Jakarta, CNBC Indonesia - Ekonom Bank Dunia (World Bank/ WB) Vivi Alatas mengatakan salah satu penyebab terjadinya kesenjangan antara orang kaya dan miskin di Indonesia adalah fakta bahwa sekitar sepertiga dari total ketimpangan sudah dibawa masyarakat sejak lahir.
Pernyataannya itu disampaikan saat menjadi pembicara di acara Indonesia Economic Outlook 2019 di Universitas Indonesia, Depok, Senin (12//11/2018).
"Kita tidak bisa memilih kita lahir bagaimana dan siapa orang tua dan pendidikannya, sehingga itu memengaruhi sepertiga kemungkinan untuk naik kelas dari miskin ke kaya," ujarnya.
Untuk menyiasati ketimpangan itu, ia mengungkapkan ada berbagai hal yang bisa dilakukan, salah satunya dengan memberikan kesempatan pendidikan yang sama bagi seluruh anak di penjuru negeri. Selain itu, meningkatkan akuntabilitas baik di pusat dan daerah dan meningkatkan sumber daya manusia Indonesia juga merupakan cara yang bisa ditempuh untuk menekan angka kesenjangan.
Selain masalah ketimpangan, dalam kesempatan itu Vivi juga menyebut bahwa kekurangan gizi atau stunting, merupakan persoalan penting yang menjadi salah satu penghambat dalam mengatasi persoalan kemiskinan.
"Indonesia (masuk anggota) G20, tapi stunting nomor lima di dunia. Ada penurunan cukup signifikan dari 37% jadi 30% tapi stunting terjadi di semua kelompok masyarakat," jelasnya. Ia menambahkan bahwa stunting juga bisa diwariskan antargenerasi sehingga dapat menyebabkan terdampaknya kehidupan seseorang.
Oleh karena itu, menurutnya, cara terbaik yang bisa dilakukan untuk mencegah stunting adalah dengan meningkatkan investasi pada upaya pencegahan stunting selama 1000 hari pertama kelahiran (golden years).
Terakhir, menurut Alatas, yang menjadi penyebab ketimpangan adalah mobilitas ekonomi ke kota-kota besar sebagai akibat pemerintah yang belum mampu menciptakan lapangan pekerjaan dan memberikan kesempatan kerja bagi seluruh masyarakat Indonesia.
"Tiga tahun terakhir ada 2,1 juta lapangan kerja, yang jauh lebih tinggi dari tahun sebelumya, tapi angka pertumbuhan kerja masih harus lebih tinggi dari angka pengangguran nasional," paparnya.
(prm) Next Article Curhat Sri Mulyani yang Dulu Sering Dipermalukan Bank Dunia
Pernyataannya itu disampaikan saat menjadi pembicara di acara Indonesia Economic Outlook 2019 di Universitas Indonesia, Depok, Senin (12//11/2018).
"Kita tidak bisa memilih kita lahir bagaimana dan siapa orang tua dan pendidikannya, sehingga itu memengaruhi sepertiga kemungkinan untuk naik kelas dari miskin ke kaya," ujarnya.
Selain masalah ketimpangan, dalam kesempatan itu Vivi juga menyebut bahwa kekurangan gizi atau stunting, merupakan persoalan penting yang menjadi salah satu penghambat dalam mengatasi persoalan kemiskinan.
![]() |
Oleh karena itu, menurutnya, cara terbaik yang bisa dilakukan untuk mencegah stunting adalah dengan meningkatkan investasi pada upaya pencegahan stunting selama 1000 hari pertama kelahiran (golden years).
Terakhir, menurut Alatas, yang menjadi penyebab ketimpangan adalah mobilitas ekonomi ke kota-kota besar sebagai akibat pemerintah yang belum mampu menciptakan lapangan pekerjaan dan memberikan kesempatan kerja bagi seluruh masyarakat Indonesia.
"Tiga tahun terakhir ada 2,1 juta lapangan kerja, yang jauh lebih tinggi dari tahun sebelumya, tapi angka pertumbuhan kerja masih harus lebih tinggi dari angka pengangguran nasional," paparnya.
(prm) Next Article Curhat Sri Mulyani yang Dulu Sering Dipermalukan Bank Dunia
Most Popular