Curhat Sri Mulyani yang Dulu Sering Dipermalukan Bank Dunia

Cantika Adinda Putri, CNBC Indonesia
30 January 2020 12:31
Demikian kata Sri Mulyani dalam acara peluncuran laporan Bank Dunia bertajuk 'Aspiring Indonesia: Expanding the Middle Class di The Energy Building, hari ini.
Foto: Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Jakarta, CNBC Indonesia - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menjadi pembicara kunci dalam acara peluncuran laporan Bank Dunia bertajuk 'Aspiring Indonesia: Expanding the Middle Class di Soehanna Hall, The Energy Building, Jakarta, Kamis (30/1/2020).

Dalam kesempatan itu, Sri Mulyani bercerita pengalaman saat menjabat sebagai Direktur Pelaksana Bank Dunia dalam kurun waktu 1 Juni 2010 hingga 27 Juli 2016. Saat itu, Sri Mulyani mengaku dipermalukan oleh Presiden Bank Dunia Jim Yong Kim karena masalah stunting yang mendera Indonesia.

Curhat Sri Mulyani yang Dulu Sering Dipermalukan Bank DuniaFoto: Menteri Keuangan Sri Mulyani menjadi pembicara pada High Level Panel at the launch event for the World Bank’s report on Aspring Indonesia: Expanding the Middle Class di The Energy Building, Jakarta, Kamis (30/1/2020) (CNBC Indonesia/Cantika Adinda Putri)


"Presiden Bank Dunia itu dokter. Dia (Jim Yong Kim) bilang your country is top rank of stunting," katanya. "Itu baru dua tahun di Bank Dunia. Saya baru tahu Indonesia menghadapi persoalan itu. Saya dipermalukan terus oleh Bank Dunia. Managing Director Bank Dunia, specifically dia mempermalukan saya untuk itu," lanjut Sri Mulyani.

Ia juga lantas bertanya kepada Wakil Presiden Jusuf Kalla perihal stunting. Walau menjabat sebagai wapres dua kali (periode 2004-2009 dan 2014-2019), persentase stunting tergolong tinggi. "Terus dia jadi aware dan semua orang mengaku punya program untuk stunting," kata Sri Mulyani.

Lebih lanjut, dia menyatakan stunting itu tidak dapat diselesaikan oleh satu kementerian atau satu pemerintah daerah semata. Anggaran pemerintah pun banyak yang sudah dialokasikan untuk menuntaskan permasalahan tersebut.

"Bersama Bappenas (Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas), kita berupaya memastikan menghentikan persoalan stunting," ujar Sri Mulyani menegaskan.



Seperti diketahui, stunting merupakan salah satu masalah kesehatan yang paling disorot di Indonesia.

Mengutip hasil Riset Kesehatan Dasar Tahun 2013, prevalensi balita stunting di Indonesia mencapai 37,8%. Angka itu sama dengan Ethiophia. Tahun 2019 prevalensi balita stunting turun ke angka 27,67%.

Saat menghadiri acara Kompas100 CEO Forum di Jakarta, Kamis (28/11/2019), Presiden Joko Widodo menargetkan prevalensi balita stunting terus turun hingga belasan persen. Demikian pernyataan Jokowi seperti dikutip dari cnnindonesia.com, Kamis (30/1/2020).

"Target kami lima tahun ke depan berada di angka 19 persen, tapi saya masih mau 'ngotot' di 14 persen, bukan 19 persen," kata Jokowi.

Menurut dia, target prevalensi itu memang ambisius. Namun, bukan mustahil untuk dicapai. Syaratnya, para menteri di Kabinet Indonesia Maju bisa fokus dan konsisten pada program-program penurunan stunting.

[Gambas:Video CNBC]


(miq/dob) Next Article Titah Jokowi: Jangan Sampai Pembangunan tidak Selesai di 2024

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular