
Begini Tantangan Penerbitan Obligasi Pemerintah 2019
Irvin Avriano Arief, CNBC Indonesia
05 December 2018 20:24

Jakarta, CNBC Indonesia - The Australia and New Zealand Banking Group Ltd (ANZ) menilai rencana pendanaan APBN 2019 melalui penerbitan surat berharga negara (SBN) oleh pemerintah dinilai sudah kuat.
"Secara umum, Indonesia sudah memperkuat posisi pendanaan SBN 2019 dan rencana penerbitannya (supply pipeline) masuk akal bagi kami," ujar Senior Asia Rates Strategist ANZ Research Jennifer Kusuma dalam risetnya hari ini (5/12/18).
Dia menggarisbawahi bahwa pemerintah akan menaikkan jumlah obligasi yang akan diterbitkan tahun depan sebesar 6% YoY berdasarkan jumlah kotor (gross) dan jumlah bersih (nett).
Peningkatan target penerbitan itu, lanjut Jennifer, tetap dilakukan meskipun target defisit anggaran yang turun menjadi Rp 296 triliun pada 2019 dari 2018.
Pada 2018, pemerintah menerbitkan Rp 782 triliun gross (versus target Rp 799 triliun) dan Rp 367 triliun nett (versus target Rp 383 triliun).
Pemangkasan jumlah defisit tersebut, tuturnya, mecerminkan target defisit anggarap pemerintah yang dapat turun menjadi 2% dari GDP 2018, dari revisi target yang pernah dilakukan menjadi 2,12%.
Karena itu, pemerintah akan menurunkan jumlah penerbitan obligasi denominasi asing baik dari jumlah gross (yang turun 12% YoY) dan dari jumlah nett (yang turun 40% YoY).
Pemerintah juga berencana menerbitkan Rp 120 triliun (setara US$ 8 miliar) SBN denominasi asing secara jumlah kotor dan US$ 4 miliar secara jumlah bersih, yang keduanya mencerminkan penurunan nilai yang signifikan dibanding realisasi US$ 10 miliar gross dan US$ 7 miliar nett.
Jennifer menduga rencana penurunan obligasi global tersebut merupakan bagian dari rencana pemerintah untuk menurunkan bobot obligasi denominasi dolar AS yang diterbitkan Indonesia terhadap indeks obligasi negara berkembang mulai Januari 2019.
Karena turunnya porsi dari obligasi global, obligasi berdenominasi rupiah pemerintah berarti akan meningkat 10% YoY dengan porsi yang bertambah pada obligasi ritel.
Obligasi rupiah, atau yang biasa disebut surat utang negara (SUN) yang diterbitkan melalui lelang akan naik 9% tetapi jumlah penerbitan per lelang dapat serupa dengan tahun ini yaitu Rp 19 triliun.
Untuk lelang ini, pemerintah menjadwalkan 24 kali lelang untuk masing-masing SUN dan SUN syariah, atau yang biasa disebut surat berharga syariah negara (SBSN), yang berarti dua kali lipat dari jumlah tahun ini.
Hal tersebut mengindikasikan frekuensi penerbitan SBN melalui penawaran terbatas (private issuance) akan masih banyak dilakukan pada 2019.
ANZ menulis bahwa obligasi ritel pemerintah direncanakan terbit Rp 60 triliun yang naik dari tahun ini Rp 45 triliun, terbagi ke dalam dua segmen yaitu segmen konvensional (SUN) dan segmen syariah (SBSN).
Dari penerbitan segmen itu, masing-masing akan memanfaatkan sekali penawaran obligasi yang dapat ditransaksikan (tradeable) melalui off-line dan empat kali penawaran obligasi yang tidak dapat ditransaksikan (non-tradeable) secara online.
Berdasarkan catatan Tim Riset CNBC Indonesia, penerbitan obligasi ritel mencapai Rp 45,96 triliun.
Jumlah itu terdiri dari dua kali penerbitan obligasi tabungan ritel (saving bond retail/SBR), sekali penerbitan obligasi negara ritel (ORI), Sukuk Ritel (SR), dan Sukuk Tabungan (ST).
SBR seri 003 diterbitkan senilai Rp 1,92 triliun dan seri 004 senilai Rp 7,32 triliun, ORI-015 terbit Rp 23,37 triliun, SR-010 terbit Rp 8,4 triliun, serta ST-002 terbit Rp 4,94 triliun.
Penerbitan Obligasi Ritel Pemerintah 2018
Sumber: Diolah
TIM RISET CNBC INDONESIA
(irv/hps) Next Article SUN Cetak Rekor, Pengamat: SUN RI Masih Menarik Bagi Investor
"Secara umum, Indonesia sudah memperkuat posisi pendanaan SBN 2019 dan rencana penerbitannya (supply pipeline) masuk akal bagi kami," ujar Senior Asia Rates Strategist ANZ Research Jennifer Kusuma dalam risetnya hari ini (5/12/18).
Dia menggarisbawahi bahwa pemerintah akan menaikkan jumlah obligasi yang akan diterbitkan tahun depan sebesar 6% YoY berdasarkan jumlah kotor (gross) dan jumlah bersih (nett).
Pada 2018, pemerintah menerbitkan Rp 782 triliun gross (versus target Rp 799 triliun) dan Rp 367 triliun nett (versus target Rp 383 triliun).
Pemangkasan jumlah defisit tersebut, tuturnya, mecerminkan target defisit anggarap pemerintah yang dapat turun menjadi 2% dari GDP 2018, dari revisi target yang pernah dilakukan menjadi 2,12%.
Karena itu, pemerintah akan menurunkan jumlah penerbitan obligasi denominasi asing baik dari jumlah gross (yang turun 12% YoY) dan dari jumlah nett (yang turun 40% YoY).
Pemerintah juga berencana menerbitkan Rp 120 triliun (setara US$ 8 miliar) SBN denominasi asing secara jumlah kotor dan US$ 4 miliar secara jumlah bersih, yang keduanya mencerminkan penurunan nilai yang signifikan dibanding realisasi US$ 10 miliar gross dan US$ 7 miliar nett.
Jennifer menduga rencana penurunan obligasi global tersebut merupakan bagian dari rencana pemerintah untuk menurunkan bobot obligasi denominasi dolar AS yang diterbitkan Indonesia terhadap indeks obligasi negara berkembang mulai Januari 2019.
Karena turunnya porsi dari obligasi global, obligasi berdenominasi rupiah pemerintah berarti akan meningkat 10% YoY dengan porsi yang bertambah pada obligasi ritel.
Obligasi rupiah, atau yang biasa disebut surat utang negara (SUN) yang diterbitkan melalui lelang akan naik 9% tetapi jumlah penerbitan per lelang dapat serupa dengan tahun ini yaitu Rp 19 triliun.
Untuk lelang ini, pemerintah menjadwalkan 24 kali lelang untuk masing-masing SUN dan SUN syariah, atau yang biasa disebut surat berharga syariah negara (SBSN), yang berarti dua kali lipat dari jumlah tahun ini.
Hal tersebut mengindikasikan frekuensi penerbitan SBN melalui penawaran terbatas (private issuance) akan masih banyak dilakukan pada 2019.
ANZ menulis bahwa obligasi ritel pemerintah direncanakan terbit Rp 60 triliun yang naik dari tahun ini Rp 45 triliun, terbagi ke dalam dua segmen yaitu segmen konvensional (SUN) dan segmen syariah (SBSN).
Dari penerbitan segmen itu, masing-masing akan memanfaatkan sekali penawaran obligasi yang dapat ditransaksikan (tradeable) melalui off-line dan empat kali penawaran obligasi yang tidak dapat ditransaksikan (non-tradeable) secara online.
Berdasarkan catatan Tim Riset CNBC Indonesia, penerbitan obligasi ritel mencapai Rp 45,96 triliun.
Jumlah itu terdiri dari dua kali penerbitan obligasi tabungan ritel (saving bond retail/SBR), sekali penerbitan obligasi negara ritel (ORI), Sukuk Ritel (SR), dan Sukuk Tabungan (ST).
SBR seri 003 diterbitkan senilai Rp 1,92 triliun dan seri 004 senilai Rp 7,32 triliun, ORI-015 terbit Rp 23,37 triliun, SR-010 terbit Rp 8,4 triliun, serta ST-002 terbit Rp 4,94 triliun.
Penerbitan Obligasi Ritel Pemerintah 2018
Seri | Kupon | Tenor | Jatuh tempo | Nilai penerbitan (Rp triliun) |
SBR-003 | 6.80% | 2 tahun | 2020 | 1,920 |
SBR-004 | 8.05% | 2 tahun | 2020 | 7,320 |
ORI-015 | 8.25% | 3 tahun | 2021 | 23,378 |
SR-010 | 5.90% | 3 tahun | 2021 | 8,400 |
ST-002 | 8.30% | 2 tahun | 2020 | 4,945 |
Jumlah | 45,963 |
TIM RISET CNBC INDONESIA
(irv/hps) Next Article SUN Cetak Rekor, Pengamat: SUN RI Masih Menarik Bagi Investor
Most Popular