
Yield Obligasi AS Hingga Perang Dagang Bawa Bursa Asia Anjlok
Anthony Kevin, CNBC Indonesia
05 December 2018 09:19

Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa saham utama kawasan Asia langsung berguguran pada pembukaan perdagangan hari ini: indeks Nikkei turun 1,27%, indeks Shanghai ambruk 1,36%, indeks Hang Seng anjlok 1,89%, indeks Strait Times melemah 1,11%, dan indeks Kospi terpangkas 1,31%.
Sentimen negatif memang menghantui perdagangan hari ini. Sentimen negatif pertama datang dari pergerakan imbal hasil (yield) obligasi terbitan pemerintah AS. Pada pukul 05:10 WIB, yield obligasi pemerintah AS tenor 2 tahun adalah 2,7987% dan tenor 3 tahun adalah 2,8079%, lebih tinggi dibandingkan tenor 5 tahun yang sebesar 2,7905%.
Fenomena yang disebut dengan yield curve inversion ini mengindikasikan adanya tekanan yang signifikan dalam perekonomian AS dalam waktu dekat, sehingga investor meminta yield lebih tinggi untuk obligasi bertenor pendek.
"Ada kekhawatiran karena terjadi inverted yield. Sebab, ini merupakan tanda-tanda awal terjadinya resesi," tegas Chuck Carlson, CEO Horizon Investment Services yang berbasis di Indiana, mengutip Reuters.
Sentimen negatif yang kedua datang dari sikap Presiden AS Donald Trump yang mulai kembali galak terhadap China.
Sebelumnya, kedua negara telah sepakat untuk melakukan gencatan senjata dalam sengketa perdagangan selama 90 hari.
Pernyataan tertulis Gedung Putih menyebutkan, AS batal menaikkan bea masuk dari 10% menjadi 25% untuk importasi produk-produk asal China senilai US$ 200 miliar. Sedianya, kenaikan bea masuk ini akan mulai berlaku mulai 1 Januari 2019. Sementara itu, China sepakat untuk lebih banyak membeli produk-produk dari AS mulai dari hasil agrikultur, energi, manufaktur, dan sebagainya.
Washington dan Beijing juga sepakat untuk bernegosiasi seputar transfer teknologi, hak atas kekayaan intelektual, hambatan non-tarif, pencurian siber, dan pertanian. Apabila tidak ada perkembangan yang memuaskan selama 90 hari, maka kedua pihak sepakat bea masuk bagi produk China ke AS akan naik menjadi 25%.
"Kami akan mencoba menyelesaikan (negosiaasi). Namun jika tidak, ingat bahwa saya adalah manusia bea masuk (Tariff Man)!," cuit Trump di Twitter pada hari Selasa waktu setempat (4/12/2018).
Pernyataan Trump ini menyadarkan pelaku pasar bahwa AS dan China memang belum meneken kesepakatan apapun secara formal. Masih banyak sekali pekerjaan yang harus diselesaikan sebelum perang dagang bisa resmi diakhiri.
TIM RISET CNBC INDONESIA
[Gambas:Video CNBC]
(ank/roy) Next Article Top! Awal Tahun Bursa Asia Hijau, Tanda akan Bangkitkah?
Sentimen negatif memang menghantui perdagangan hari ini. Sentimen negatif pertama datang dari pergerakan imbal hasil (yield) obligasi terbitan pemerintah AS. Pada pukul 05:10 WIB, yield obligasi pemerintah AS tenor 2 tahun adalah 2,7987% dan tenor 3 tahun adalah 2,8079%, lebih tinggi dibandingkan tenor 5 tahun yang sebesar 2,7905%.
Fenomena yang disebut dengan yield curve inversion ini mengindikasikan adanya tekanan yang signifikan dalam perekonomian AS dalam waktu dekat, sehingga investor meminta yield lebih tinggi untuk obligasi bertenor pendek.
Sentimen negatif yang kedua datang dari sikap Presiden AS Donald Trump yang mulai kembali galak terhadap China.
Sebelumnya, kedua negara telah sepakat untuk melakukan gencatan senjata dalam sengketa perdagangan selama 90 hari.
Pernyataan tertulis Gedung Putih menyebutkan, AS batal menaikkan bea masuk dari 10% menjadi 25% untuk importasi produk-produk asal China senilai US$ 200 miliar. Sedianya, kenaikan bea masuk ini akan mulai berlaku mulai 1 Januari 2019. Sementara itu, China sepakat untuk lebih banyak membeli produk-produk dari AS mulai dari hasil agrikultur, energi, manufaktur, dan sebagainya.
Washington dan Beijing juga sepakat untuk bernegosiasi seputar transfer teknologi, hak atas kekayaan intelektual, hambatan non-tarif, pencurian siber, dan pertanian. Apabila tidak ada perkembangan yang memuaskan selama 90 hari, maka kedua pihak sepakat bea masuk bagi produk China ke AS akan naik menjadi 25%.
"Kami akan mencoba menyelesaikan (negosiaasi). Namun jika tidak, ingat bahwa saya adalah manusia bea masuk (Tariff Man)!," cuit Trump di Twitter pada hari Selasa waktu setempat (4/12/2018).
Pernyataan Trump ini menyadarkan pelaku pasar bahwa AS dan China memang belum meneken kesepakatan apapun secara formal. Masih banyak sekali pekerjaan yang harus diselesaikan sebelum perang dagang bisa resmi diakhiri.
TIM RISET CNBC INDONESIA
[Gambas:Video CNBC]
(ank/roy) Next Article Top! Awal Tahun Bursa Asia Hijau, Tanda akan Bangkitkah?
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular