
Internasional
Perang Dagang Membara, Ekonomi Jepang Kembali Deflasi
Wangi Sinintya, CNBC Indonesia
05 December 2018 13:40

Jakarta, CNBC Indonesia - Deputi Gubernur Bank of Japan (BoJ) Masazumi Wakatabe mengatakan Jepang bisa kembali jatuh ke dalam deflasi jika perekonomian kembali mendapat tekanan. Hal ini karena peningkatan risiko dari perang dagang AS-China.
Masazumi Wakatabe, pendukugn kebijakan moneter longgar nan agresif mengatakan, penting untuk mempertahankan program besar stimulus BOJ untuk memastikan ekonomi tetap cukup kuat untuk menaikkan harga dan upah.
Namun dia mencatat, bank sentral akan waspada terhadap efek samping dari kebijakan moneter longgar yang berkepanjangan, karena bisa membuat likuiditas pasar obligasi mengering, dan suku bunga mendekati nol menurunkan laba lembaga keuangan.
"Sangat penting untuk terus memeriksa, tidak hanya efek kebijakan kami terhadap inflasi, tetapi juga dampaknya pada pasar keuangan dan sistem perbankan," kata Wakatabe, dilansir dari Reuters, Rabu (05/12/18)
Pernyataan itu ia sampaikan dalam sebuah pidato untuk para pemimpin bisnis di Niigata, Jepang utara. "Melakukan hal itu akan meningkatkan keberlanjutan kebijakan kami dan meningkatkan peluang untuk mencapai 2 persen inflasi." Tambahnya.
Sebagai seorang akademisi, Wakatabe telah berulang kali menyerukan langkah-langkah yang lebih kuat untuk meningkatkan inflasi. Namun dia telah mengurangi tuntutannya untuk lebih banyak stimulus sejak bergabung dengan dewan BOJ pada bulan Maret lalu.
Bank sentral sekarang berada di persimpangan jalan karena telah menerapkan kebijakan quantitative easing radikal selama lebih dari lima tahun dengan hasil yang beragam.
Wakatabe mengatakan, sementara ekspansi ekonomi Jepang akan terus berlanjut, menghadapi berbagai risiko seperti dampak kenaikan pajak yang dijadwalkan tahun depan menjadi 10 persen dari 8 persen dan perselisihan perdagangan AS-Cina.
"Jepang sudah setengah jalan untuk mencapai inflasi 2 persen. Jika tekanan kembali meningkat pada ekonomi, mungkin akan kembali ke deflasi," kata Wakatabe.
"BOJ akan berusaha untuk mempercepat inflasi ke tingkat yang dianggap sesuai untuk ekonomi dengan melanjutkan peringanan moneter skala besar," katanya.
Di bawah kebijakan yang dijuluki sebagai kontrol kurva imbal hasil, BOJ memandu suku bunga jangka pendek pada minus 0,1 persen dan suku bunga jangka panjang sekitar nol persen untuk mencapai target harga 2 persen.
Inflasi yang tertekan telah memaksa BOJ untuk mempertahankan program stimulusnya yang besar meskipun biaya meningkat dan laba lembaga keuangan terpukul hingga mendekati nol.
BOJ mengambil langkah pada Juli untuk membuat kerangka kebijakannya lebih berkelanjutan, seperti memungkinkan imbal hasil obligasi bergerak lebih fleksibel di sekitar targetnya.
[Gambas:Video CNBC]
(roy) Next Article Inflasi Jepang Bulan Juni Lagi-lagi Meleset dari Target
Masazumi Wakatabe, pendukugn kebijakan moneter longgar nan agresif mengatakan, penting untuk mempertahankan program besar stimulus BOJ untuk memastikan ekonomi tetap cukup kuat untuk menaikkan harga dan upah.
Namun dia mencatat, bank sentral akan waspada terhadap efek samping dari kebijakan moneter longgar yang berkepanjangan, karena bisa membuat likuiditas pasar obligasi mengering, dan suku bunga mendekati nol menurunkan laba lembaga keuangan.
Sebagai seorang akademisi, Wakatabe telah berulang kali menyerukan langkah-langkah yang lebih kuat untuk meningkatkan inflasi. Namun dia telah mengurangi tuntutannya untuk lebih banyak stimulus sejak bergabung dengan dewan BOJ pada bulan Maret lalu.
Bank sentral sekarang berada di persimpangan jalan karena telah menerapkan kebijakan quantitative easing radikal selama lebih dari lima tahun dengan hasil yang beragam.
Wakatabe mengatakan, sementara ekspansi ekonomi Jepang akan terus berlanjut, menghadapi berbagai risiko seperti dampak kenaikan pajak yang dijadwalkan tahun depan menjadi 10 persen dari 8 persen dan perselisihan perdagangan AS-Cina.
"Jepang sudah setengah jalan untuk mencapai inflasi 2 persen. Jika tekanan kembali meningkat pada ekonomi, mungkin akan kembali ke deflasi," kata Wakatabe.
"BOJ akan berusaha untuk mempercepat inflasi ke tingkat yang dianggap sesuai untuk ekonomi dengan melanjutkan peringanan moneter skala besar," katanya.
Di bawah kebijakan yang dijuluki sebagai kontrol kurva imbal hasil, BOJ memandu suku bunga jangka pendek pada minus 0,1 persen dan suku bunga jangka panjang sekitar nol persen untuk mencapai target harga 2 persen.
Inflasi yang tertekan telah memaksa BOJ untuk mempertahankan program stimulusnya yang besar meskipun biaya meningkat dan laba lembaga keuangan terpukul hingga mendekati nol.
BOJ mengambil langkah pada Juli untuk membuat kerangka kebijakannya lebih berkelanjutan, seperti memungkinkan imbal hasil obligasi bergerak lebih fleksibel di sekitar targetnya.
[Gambas:Video CNBC]
(roy) Next Article Inflasi Jepang Bulan Juni Lagi-lagi Meleset dari Target
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular