
Investor Ambil Untung, Reli Panjang Obligasi Terhenti
Irvin Avriano Arief, CNBC Indonesia
05 December 2018 11:49

Jakarta, CNBC Indonesia - Reli penguatan harga obligasi rupiah pemerintah berhenti hari ini seiring naiknya harga yang sudah cukup panjang di pasar sekunder, sehingga memungkinkan investor melakukan aksi ambil untung.
Sejak 26 Oktober, surat utang negara (SUN) seri acuan 10 tahun sudah menguat dan menurunkan yield sekitar 80 basis poin (bps), demikian juga dengan rupiah yang sudah menguat 6% sebulan terakhir.
Penurunan harga surat utang negara (SUN) itu tidak senada dengan apresiasi yang masih terjadi di pasar surat utang pemerintah negara berkembang yang lain.
Data Refinitiv menunjukkan terkoreksinya harga SUN itu tercermin dari empat seri acuan (benchmark) yang sekaligus menaikkan tingkat imbal hasilnya (yield).
Pergerakan harga dan yield obligasi saling bertolak belakang di pasar sekunder.
SUN adalah surat berharga negara (SBN) konvensional rupiah yang perdagangannya paling ramai di pasar domestik, sehingga dapat mencerminkan kondisi pasar obligasi secara umum.
Yield juga lebih umum dijadikan acuan transaksi obligasi dibanding harga karena mencerminkan kupon, tenor, dan risiko dalam satu angka.
Keempat seri yang menjadi acuan itu adalah FR0063 bertenor 5 tahun, FR0064 bertenor 10 tahun, FR0065 bertenor 15 tahun, dan FR0075 bertenor 30 tahun.
Seri acuan yang paling terkoreksi adalah seri FR0075 bertenor 20 tahun, yang mengalami kenaikan yield 4,1 basis poin (bps) menjadi 8,19%. Besaran 100 bps setara dengan 1%.
Seri acuan lain juga terkoreksi, yaitu seri 5 tahu, 10 tahun, dan 15 tahun dengan penurunan yield sebesar 3,5 bps, 2,2 bps, dan 3,6 bps menjadi 7,84%, 7,84%, dan 8,09%.
Yield Obligasi Negara Acuan 5 Dec 2018
Sumber: Refinitiv
Koreksi SBN hari ini juga membuat selisih(spread) obligasi rupiah pemerintah tenor 10 tahun dengan surat utang pemerintah AS (US Treasury) tenor serupa mencapai 493 bps, melebar dari posisi kemarin 487 bps.
Yield US Treasury 10 tahun turun lagi hingga 2,91% dari posisi kemarin 2,95%.
Terkait dengan porsi investor di pasar SBN, saat ini investor asing menggenggam Rp 899,94 triliun SBN, atau 37,92% dari total beredar Rp 2.372 triliun berdasarkan data per 3 Desember.
Angka kepemilikannya masih negatif Rp 650 miliar dibanding posisi akhir November Rp 900,59 triliun, tetapi porsinya masih naik dari 37,85% pada periode yang sama.
Koreksi di pasar surat utang hari ini juga terjadi juga di pasar ekuitas dan pasar uang.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) turun 0,51% menjadi 6.121 hingga siang ini, sedangkan nilai tukar rupiah melemah 0,95% menjadi Rp 14.420 di hadapan tiap dolar AS.
Penguatan dolar AS seiring dengan naiknya nilai mata uang dolar AS di depan mata uang utama negara lain, yaitu Dollar Index yang menguat 0,13% menjadi 97,092.
Dari pasar surat utang negara berkembang, penguatan masih terjadi di pasar China, India, Malaysia, Singapura, dan Indonesia, sedangkan koreksi terjadi di pasar Brasil, Rusia, dan Afrika Selatan.
Di pasar obligasi negara maju, penguatan terjadi di pasar bund Jerman, Perancis, gilts Inggris, Jepang, dan Amerika Serikat.
Yield Obligasi Tenor 10 Tahun Negara Maju & Berkembang
Sumber: Refinitiv
TIM RISET CNBC INDONESIA
(irv/hps) Next Article SUN Cetak Rekor, Pengamat: SUN RI Masih Menarik Bagi Investor
Sejak 26 Oktober, surat utang negara (SUN) seri acuan 10 tahun sudah menguat dan menurunkan yield sekitar 80 basis poin (bps), demikian juga dengan rupiah yang sudah menguat 6% sebulan terakhir.
Penurunan harga surat utang negara (SUN) itu tidak senada dengan apresiasi yang masih terjadi di pasar surat utang pemerintah negara berkembang yang lain.
Pergerakan harga dan yield obligasi saling bertolak belakang di pasar sekunder.
SUN adalah surat berharga negara (SBN) konvensional rupiah yang perdagangannya paling ramai di pasar domestik, sehingga dapat mencerminkan kondisi pasar obligasi secara umum.
Yield juga lebih umum dijadikan acuan transaksi obligasi dibanding harga karena mencerminkan kupon, tenor, dan risiko dalam satu angka.
Keempat seri yang menjadi acuan itu adalah FR0063 bertenor 5 tahun, FR0064 bertenor 10 tahun, FR0065 bertenor 15 tahun, dan FR0075 bertenor 30 tahun.
Seri acuan yang paling terkoreksi adalah seri FR0075 bertenor 20 tahun, yang mengalami kenaikan yield 4,1 basis poin (bps) menjadi 8,19%. Besaran 100 bps setara dengan 1%.
Seri acuan lain juga terkoreksi, yaitu seri 5 tahu, 10 tahun, dan 15 tahun dengan penurunan yield sebesar 3,5 bps, 2,2 bps, dan 3,6 bps menjadi 7,84%, 7,84%, dan 8,09%.
Yield Obligasi Negara Acuan 5 Dec 2018
Seri | Benchmark | Yield 4 Dec 2018 (%) | Yield 5 Dec 2018 (%) | Selisih (basis poin) | Yield wajar IBPA 4 Dec'18 |
FR0063 | 5 tahun | 7.805 | 7.84 | 3.50 | 7.772 |
FR0064 | 10 tahun | 7.825 | 7.847 | 2.20 | 7.7902 |
FR0065 | 15 tahun | 8.06 | 8.096 | 3.60 | 8.041 |
FR0075 | 20 tahun | 8.158 | 8.199 | 4.10 | 8.1366 |
Avg movement | 3.35 |
Koreksi SBN hari ini juga membuat selisih(spread) obligasi rupiah pemerintah tenor 10 tahun dengan surat utang pemerintah AS (US Treasury) tenor serupa mencapai 493 bps, melebar dari posisi kemarin 487 bps.
Yield US Treasury 10 tahun turun lagi hingga 2,91% dari posisi kemarin 2,95%.
Terkait dengan porsi investor di pasar SBN, saat ini investor asing menggenggam Rp 899,94 triliun SBN, atau 37,92% dari total beredar Rp 2.372 triliun berdasarkan data per 3 Desember.
Angka kepemilikannya masih negatif Rp 650 miliar dibanding posisi akhir November Rp 900,59 triliun, tetapi porsinya masih naik dari 37,85% pada periode yang sama.
Koreksi di pasar surat utang hari ini juga terjadi juga di pasar ekuitas dan pasar uang.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) turun 0,51% menjadi 6.121 hingga siang ini, sedangkan nilai tukar rupiah melemah 0,95% menjadi Rp 14.420 di hadapan tiap dolar AS.
Penguatan dolar AS seiring dengan naiknya nilai mata uang dolar AS di depan mata uang utama negara lain, yaitu Dollar Index yang menguat 0,13% menjadi 97,092.
Dari pasar surat utang negara berkembang, penguatan masih terjadi di pasar China, India, Malaysia, Singapura, dan Indonesia, sedangkan koreksi terjadi di pasar Brasil, Rusia, dan Afrika Selatan.
Di pasar obligasi negara maju, penguatan terjadi di pasar bund Jerman, Perancis, gilts Inggris, Jepang, dan Amerika Serikat.
Yield Obligasi Tenor 10 Tahun Negara Maju & Berkembang
Negara | Yield 4 Dec 2018 (%) | Yield 5 Dec 2018 (%) | Selisih (basis poin) |
Brasil | 10 | 10.09 | 9.00 |
China | 3.345 | 3.341 | -0.40 |
Jerman | 0.288 | 0.253 | -3.50 |
Perancis | 0.694 | 0.67 | -2.40 |
Inggris | 1.318 | 1.284 | -3.40 |
India | 7.578 | 7.561 | -1.70 |
Italia | 3.167 | 3.181 | 1.40 |
Jepang | 0.072 | 0.06 | -1.20 |
Malaysia | 4.093 | 4.081 | -1.20 |
Filipina | 7.044 | 7.044 | 0.00 |
Rusia | 8.61 | 8.65 | 4.00 |
Singapura | 2.336 | 2.287 | -4.90 |
Thailand | 2.6 | 2.6 | 0.00 |
Turki | 16.18 | 16.2 | 2.00 |
Amerika Serikat | 2.955 | 2.915 | -4.00 |
Afrika Selatan | 8.875 | 8.92 | 4.50 |
TIM RISET CNBC INDONESIA
(irv/hps) Next Article SUN Cetak Rekor, Pengamat: SUN RI Masih Menarik Bagi Investor
Most Popular