Pengusaha Pede Sebut Dolar Bakal ke Bawah Rp 14 Ribu/US$
Muhammad Iqbal, CNBC Indonesia
05 December 2018 13:28
Jakarta, CNBC Indonesia - Pengusaha yang tergabung dalam Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) menyampaikan proyeksi nilai tukar rupiah terhadap dolar AS pada tahun depan. Apindo meyakini, nilai tukar akan lebih rendah dibandingkan target pemerintah dalam APBN 2019, yaitu Rp 15.000/US$.
"Akan turun di bawah 14 ribu rupiah," ujar Ketua Umum Apindo Hariyadi Sukamdani dalam konferensi pers di Jakarta, Rabu (5/12/2018).
Ada dua alasan di balik optimisme Apindo. Pertama, harga minyak dunia dalam tren menurun. Kedua, Apindo optimistis dunia usaha dapat mengonversi mata uang yang selama ini bergantung terhadap US$.
"Bisa dikonversi ke mata uang mitra dagang seperti yuan (mata uang China). Kita berharap upaya ini disambut dengan baik dengan mitra dagang lainnya seperti Jepang, Korea Selatan dan lainnya," kata Hariyadi.
Wakil Ketua Umum Apindo, Shinta Widjaja Kamdani, menambahkan ketidakpastian global juga dipicu perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China. Menurut dia, situasi yang membelit kedua negara tidaklah mudah diselesaikan.
"Gap-nya terlalu besar dari apa yang diinginkan oleh AS jadi sulit diterima oleh negara lain. Jadi hal-hal semacam ini, walaupun sudah ada bilateral Trump dan Xi Jinping, tapi bukan berarti selesai. Jalan masih panjang," ujar Shinta.
(miq/miq) Next Article Akankah Eksportir Komoditas Serius Merespons Aturan DHE SDA?
"Akan turun di bawah 14 ribu rupiah," ujar Ketua Umum Apindo Hariyadi Sukamdani dalam konferensi pers di Jakarta, Rabu (5/12/2018).
Ada dua alasan di balik optimisme Apindo. Pertama, harga minyak dunia dalam tren menurun. Kedua, Apindo optimistis dunia usaha dapat mengonversi mata uang yang selama ini bergantung terhadap US$.
Wakil Ketua Umum Apindo, Shinta Widjaja Kamdani, menambahkan ketidakpastian global juga dipicu perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China. Menurut dia, situasi yang membelit kedua negara tidaklah mudah diselesaikan.
"Gap-nya terlalu besar dari apa yang diinginkan oleh AS jadi sulit diterima oleh negara lain. Jadi hal-hal semacam ini, walaupun sudah ada bilateral Trump dan Xi Jinping, tapi bukan berarti selesai. Jalan masih panjang," ujar Shinta.
(miq/miq) Next Article Akankah Eksportir Komoditas Serius Merespons Aturan DHE SDA?
Tags
Related Articles
Recommendation
Most Popular