
Perang Dagang Bisa Untungkan ASEAN, Sayang RI Kalah Saing
Raditya Hanung, CNBC Indonesia
29 November 2018 21:06

Pertama, perlu dibahas terlebih dahulu dari sisi perdagangan. Pertumbuhan ekspor China tetap bertahan di level 2 digit, hingga bulan Oktober 2018.
Capaian ini didukung oleh adanya pengiriman pesanan barang yang mendahului jadwal yang sebenarnya (frontloading) sebelum bea masuk berlaku lebih besar, pelemahan yuan China, dan ekonomi AS yang tumbuh dengan cukup solid.
Ekspor Beijing ke Washington membukukan ekspansi sebesar 2 digit secara 6 bulan berturut-turut hingga bulan Oktober 2018. Data ini mengindikasikan bahwa perubahan arus perdagangan sejauh ini belum terlihat cukup nyata.
Berdasarkan tinjauannya pada daftar barang-barang impor AS dari China, UOB menyampaikan bahwa produk-produk yang paling terpukul oleh bea masuk adalah pupuk, kendaraan bermotor, dan mesin pengolahan logam. Ketiga komoditas itu sudah mulai mencatatkan penurunan performa ekspor.
Akan tetapi, sejauh ini penurunan itu dapat dikompensasi oleh kenaikan ekspor komoditas China lainnya, yang dilakukan secara front loading. Pasalnya, pelaku usaha ingin menghindari kemungkinan bea masuk yang lebih besar pada tahun depan.
Alhasil, hal ini tetap mendorong ekspor China tumbuh positif sejauh ini. Walaupun begitu, UOB berpendapat apabila hubungan dagang AS-China makin memburuk, bukan tidak mungkin kasus beralihnya arus perdagangan akan terjadi.
Hal ini terindikasi dari oleh penurunan tajam dari indeks Purchasing Manager Index (PMI) untuk pemesanan ekspor, yang artinya memroyeksikan lemahnya ekspor Beijing ke depan.
Berdasarkan riset dari Bank Negara Malaysia, estimasi pengalihan arus dagang dari China ke depan dapat mencapai US$ 140 miliar.
(BERLANJUT KE HALAMAN 3)
[Gambas:Video CNBC]
(RHG/roy)
Capaian ini didukung oleh adanya pengiriman pesanan barang yang mendahului jadwal yang sebenarnya (frontloading) sebelum bea masuk berlaku lebih besar, pelemahan yuan China, dan ekonomi AS yang tumbuh dengan cukup solid.
Ekspor Beijing ke Washington membukukan ekspansi sebesar 2 digit secara 6 bulan berturut-turut hingga bulan Oktober 2018. Data ini mengindikasikan bahwa perubahan arus perdagangan sejauh ini belum terlihat cukup nyata.
Alhasil, hal ini tetap mendorong ekspor China tumbuh positif sejauh ini. Walaupun begitu, UOB berpendapat apabila hubungan dagang AS-China makin memburuk, bukan tidak mungkin kasus beralihnya arus perdagangan akan terjadi.
Hal ini terindikasi dari oleh penurunan tajam dari indeks Purchasing Manager Index (PMI) untuk pemesanan ekspor, yang artinya memroyeksikan lemahnya ekspor Beijing ke depan.
Berdasarkan riset dari Bank Negara Malaysia, estimasi pengalihan arus dagang dari China ke depan dapat mencapai US$ 140 miliar.
(BERLANJUT KE HALAMAN 3)
[Gambas:Video CNBC]
(RHG/roy)
Pages
Most Popular