Perang Dagang Bisa Untungkan ASEAN, Sayang RI Kalah Saing

Raditya Hanung, CNBC Indonesia
29 November 2018 21:06
Investasi Siap Mengalir ke Negara-Negara Asia Tenggara, Nasib RI Bagaimana?
Foto: Ilustrasi aktivitas bongkar muat di Jakarta International Container Terminal (JICT), Tanjung Priok, Jakarta Utara. (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Kedua, perlu dibahas dari sisi investasi. Survei teranyar yang ditulis oleh The American Chamber of Commerce in South China menunjukkan bahwa hampir 80% dari perusahaan yang disurvei telah mengalami “dampak serius atau dampak negatif” dari bea masuk.

Akibat berkecamuknya perang dagang, nyaris setengah dari responden melaporkan hilangnya pangsa pasar, direbut oleh perusahaan dari luar negeri. Berdasarkan temuan survei, top 3 negara kompetitor perebut pasar itu adalah Vietnam, Jerman, dan Jepang.

Situasi ini lantas berdampak pada keputusan investasi perusahaan-perusahaan tersebut, di mana lebih dari 60% perusahaan kini menunda atau membatalkan investasi ke China. Sejumlah perusahaan dengan persentase yang sama juga mempertimbangkan relokasi ke industri pengolahan di luar China.

Kawasan Asia Tenggara merupakan pilihan utama tujuan relokasi bagi sebagian besar perusahaan, mengindikasikan adanya secercah cahaya bagi kawasan ini.

Bahkan sebelum meletusnya perang dagang AS-China, perusahaan asing (termasuk China) sudah melirik negara-negara Asia Tenggara untuk menanamkan investasinya, di mana termasuk inisiatif Belt and Road yang diusung China.

Daya tarik negara-negara kawasan Asia Tenggara berasal dari biaya produksi dan upah tenaga kerja yang lebih rendah, insentif pajak, dan akses yang lebih baik pada pasar regional.



Sektor industri pengolahan di Asia Tenggara akan menjadi penerima manfaat paling besar, mengingat sektor ini telah menerima porsi terbesar investasi dari China dalam 2 tahun terakhir.

Berdasarkan jenis industrinya, Economist Intelligence Unit (EIU) melihat Malaysia dan Vietnam akan menjadi penerima manfaat utama untuk segmen Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK). Pasalnya, di dua negara itu sudah hadir perusahaan elektronik utama dunia, sehingga memudahkan proses pemindahan investasi dan produksi.

BACA: RI di Tengah Perang Dagang AS & China, Menang Atau Pecundang?

Dengan alasan yang sama, Thailand dan Malaysia menjadi dua negara paling untung di segmen otomotif, mengingat sudah solidnya jaringan ekspor di duet negara tersebut. Sementara itu, Vietnam, yang memang sudah menjadi pusat produksi garmen utama di kawasan, akan mampu menjadi penerima manfaat terbesar di segmen garmen.

Bagaimana Indonesia? Sayang, EIU menilai manfaat yang akan diterima RI tidak akan sebesar negara-negara tetangga. Alasannya adalah produksi industri pengolahan yang terbatas, jaringan perdagangan internasional yang belum berkembang, serta hambatan dari segi infrastruktur dan iklim usaha.

Bahkan, Indonesia menjadi negara pecundang atau sulit menyerap aliran investasi, khusus di sektor garmen. Penyebab utamanya adalah penggunaan teknologi garmen yang cenderung sudah ketinggalan zaman, serta rendahnya minat investasi ke sektor ini.

(BERLANJUT KE HALAMAN 4)

[Gambas:Video CNBC]


(RHG/roy)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular