Sekali Pangkas, Trump dan Harga Minyak di Bawah Kendali Arab

Rehia Sebayang, CNBC Indonesia
19 November 2018 19:50
Arab jadikan pemangkasan minyak sebagai siasat jitu melawan Trump dan naikkan harga minyak
Foto: Raja Arab Saudi Salman bin Abdulaziz Al Saud (Bandar Algaloud/Courtesy of Saudi Royal Court/Handout via REUTERS)
Jakarta, CNBC Indonesia- Arab Saudi memangkas pengiriman minyak mentah ke Amerika Serikat (AS), sebuah langkah yang tampaknya dihitung dengan matang untuk meningkatkan harga minyak setelah penjualan yang cepat bikin harga merosot belakangan ini.

Langkah ini juga dapat membuat kerajaan berselisih dengan Presiden Donald Trump, yang ingin menurunkan harga energi untuk AS, dan juga sering menuduh kartel OPEC yang dipimpin Saudi terus sengaja mendongkrak harga minyak.



Saudi mengirim barel minyak lebih sedikit pada kapal yang dikirim ke Amerika Serikat bulan ini, melanjutkan tren yang dimulai pada bulan September, menurut analisis oleh perusahaan penghitung tanker ClipperData. Perkiraan pemuatan perusahaan menunjukkan bahwa impor minyak mentah Saudi dapat segera jatuh ke level terendah dalam sejarah, melansir CNBC International, Senin (19/11/2018).

Mengirim lebih sedikit barel ke Amerika Serikat berarti stok minyak mentah AS cenderung turun, dan persediaan yang menyusut akan mendorong harga minyak. Ini adalah taktik yang digunakan oleh Saudi saat terakhir memperkuat strategi utama mereka untuk menguras kelebihan pasokan minyak mentah global dan menopang pasar: memotong output bersama sesama anggota OPEC, Rusia dan beberapa produsen lainnya.

Manuver ini menunjukkan bagaimana upaya Arab Saudi untuk mengelola pasar minyak telah berevolusi. Selama jatuhnya harga minyak di tahun 2014-2016, pedagang memantau secara ketat data cadangan mingguan AS untuk melihat apakah kelebihan pasokan menyusut atau bertambah. Sebagai eksportir terbesar di dunia, Arab Saudi menyadari itu bisa mendorong data ke arah yang menyebabkan naiknya harga minyak mentah.

"Ini bekerja sangat baik pada 2017 bagi [Saudi] untuk memotong arus ke AS karena orang bisa melihat persediaan turun karena data AS sangat tepat waktu dan transparan," kata Matt Smith, kepala penelitian komoditas di ClipperData.

"Pasar menjadi lebih transparan melalui pelacakan tanker," kata Smith. "Anda dapat melihat perubahan itu diimplementasikan lebih lanjut, dan [Saudi] sadar akan hal itu."

Penurunan jumlah barel yang dikirim dari Saudi ke Amerika Serikat pada bulan November terjadi setelah penurunan harga selama enam minggu di pasar, di mana harga anjlok 25% ke dalam wilayah pasar bearish. Hal itu juga terjadi setelah Menteri Energi Saudi Khalid al-Falih memperingatkan pada hari Senin bahwa OPEC, Rusia, dan beberapa produsen lain mungkin segera meluncurkan putaran baru pemotongan pasokan yang dapat meningkatkan harga.

Tak lama setelah Falih mengeluarkan peringatan, Trump memposting di Twitternya, menyuarakan ketidaksetujuannya dengan rencana itu.

Namun, Arab Saudi nampaknya tidak terpengaruh oleh tekanan Trump. Dalam beberapa hari terakhir, Smith dan analis energi lainnya telah mengklaim bahwa Trump pada dasarnya menipu OPEC dan sekutu-sekutunya dalam meningkatkan produksi awal tahun ini.

Para analis mengatakan ancaman Trump untuk menjatuhkan sanksi keras terhadap Iran, produsen terbesar ketiga OPEC, memainkan peran dalam meyakinkan produsen untuk menghentikan pembatasan produksi dan mulai memompa lebih banyak minyak. Tetapi Trump akhirnya mengizinkan beberapa pelanggan terbesar Iran untuk terus mengimpor minyaknya, ini yang membuat OPEC mungkin merasa tertipu.

Memotong produksi sambil mengurangi pengiriman ke Amerika Serikat merupakan "tembakan terbesar untuk menghasilkan uang," menurut Smith.

Namun, itu adalah tantangan langsung terhadap tujuan Trump yang ingin menurunkan harga minyak. Pada hari Minggu, Falih, menteri energi Saudi, mengatakan pengiriman minyak kerajaan itu akan turun 500.000 barel per hari pada bulan Desember. Keesokan harinya, dia mengatakan OPEC dan mitranya dapat memangkas hasil kolektif mereka sebesar 1 juta bph tahun depan.

Angka-angka ClipperData menunjukkan bahwa Saudi sedang memuat sekitar 600.000 barel per hari di kapal tanker yang akan menuju Amerika Serikat bulan ini, turun dari lebih dari 1 juta barel per hari pada bulan Juli dan Agustus. Jika angka perdagangan resmi akhirnya sesuai dengan perkiraan pemuatan ClipperData, maka impor minyak mentah Arab Saudi sedang menuju ke rekor terendah.

Pengiriman Saudi untuk pasar AS rebound hingga Agustus setelah aliansi OPEC menaikkan output. Pengiriman tersebut biasanya memakan waktu enam hingga tujuh minggu untuk mencapai pantai AS.

"Yang terakhir baru saja mencapai Teluk AS dalam beberapa minggu terakhir," kata Smith. "Tapi sekarang, karena muatan ekspor itu turun pada bulan September dan Oktober, itu berarti akan ada kelangkaan pengiriman saat kita menutup tahun ini."

Pada hari Kamis, data pemerintah menunjukkan stok minyak mentah AS naik untuk delapan minggu berturut-turut, melonjak 10,3 juta barel. Penurunan pengiriman Saudi dalam beberapa bulan terakhir bisa segera membantu mengurangi level inventaris tersebut.




(gus) Next Article Arab-Rusia Cerai Gegara Corona, OPEC Obral Habis Harga Minyak

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular