Ladang Minyak Arab Saudi Diserang, Ini Dampak Bagi Dunia

Anastasia Arvirianty, CNBC Indonesia
16 September 2019 08:59
Serangan dilakukan Sabtu pagi sekitar pukul 04.00 waktu setempat.
Foto: Kebakaran di sebuah perusahaan minyak Aramco di Abqaiq, Arab Saudi (14/9/2019). (REUTERS / Stringer)
Jakarta, CNBC Indonesia - Sekitar 10 drone menyerang salah satu ladang minyak terbesar Arab Saudi di Hijra Khurais dan fasilitas pemrosesan minyak mentah di dunia di Abqaiq. Serangan dilakukan Sabtu pagi sekitar pukul 04.00 waktu setempat.

Fasilitas Khurais yang berjarak 250 kilometer dari Dhahran, menjadi lokasi ladang minyak utama. Sedangkan fasilitas Abqaiq yang berlokasi 60 kilometer sebelah barat daya kantor utama Aramco di Dhahran, merupakan lokasi pabrik pengolahan minyak terbesar milik Saudi Aramco.

Tingkat kerusakan dari serangan itu juga tidak diketahui secara pasti. Lantaran pihak keamanan dan pemerintah melarang jurnalis untuk berada dekat lokasi kejadian.

Pemberontak Houthi Yaman mengaku berada di belakang serangan ini dan mengaku bertanggung jawab atas serangan terbesar di negara tersebut.

Namun, Amerika Serikat menuding Iran terkait serangan pada ladang minyak Saudi Aramco, Arab Saudi. Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo mengatakan, Iran bertanggung jawab atas serangan pesawat tak berawak terhadap fasilitas penting di negara kaya minyak tersebut.

"Teheran berada di balik hampir 100 serangan terhadap Arab Saudi sementara Rouhani dan Zarif berpura-pura terlibat dalam diplomasi. Di tengah semua seruan untuk de-eskalasi, Iran kini telah meluncurkan serangan yang belum pernah terjadi sebelumnya terhadap pasokan energi dunia," ujar Pompeo dalam Twitter-nya sebagaimana dilansir CNBC International.

"Tidak ada bukti serangan datang dari Yaman," tulisnya lagi.

Putra Mahkota Arab Saudi Pangeran Mohammed bin Salman Abdulaziz juga menerima panggilan telepon dari Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump.

"Amerika Serikat mengecam keras serangan pada infrastruktur energi kritis. Tindakan kekerasan terhadap wilayah sipil dan infrastruktur yang vital bagi ekonomi global hanya memperdalam konflik dan ketidakpercayaan," kata Gedung Putih dalam sebuah pernyataan pers setelah komunikasi melalui telepon antara Trump dan Putra Mahkota Saudi Mohammed bin Salman.

Saudi Press Agency pada Minggu (15/9/2019) melaporkan, Trump siap bekerja sama dengan Salman dalam menjamin keamanan dan stabilitas keamanan Saudi. Trump pun mengatakan bahwa serangan itu berdampak negatif terhadap ekonomi AS dan global.

Meski demikian, Arab Saudi mengatakan belum akan meminta bantuan dan mampu menanggapi serangan ini sendiri.

"Kami memiliki kemauan dan kemampuan untuk menghadapi 'serangan teroris' ini," ujar Salman seperti dikutip Asharq Al-Awsat, Minggu (15/9/2019).

Imbasnya, harga minyak diprediksi bakal naik pasca-serangan yang terjadi di ladang minyak milik perusahaan Saudi Aramco di Arab Saudi, Sabtu (14/9/2019).

Sebagaimana dilansir CNBC International, harga minyak diprediksi akan naik US$10 per barel akibat serangan pesawat tak berawak tersebut. Ini akan memaksa kerjaan Arab Saudi memotong setengah produksi minyaknya.

"Ini masalah besar," kata Presiden Lipow Oil Associates Andrew Lipow sebagaimana dilansir CNBC International Minggu (15/9/2019). Serangan ini bakal menyebabkan hilangnya 5,7 juta barel produksi minyak mentah per hari atau 50% dari total produksi negara kerjaan itu.

Analis lainnya juga mengatakan kenaikan harga tak terelakkan. Mengingat perbaikan fasilitas pasti akan memakan waktu lama hingga berbulan-bulan. 
(hps/hps) Next Article Bersiap! Proses Penawaran IPO Saudi Aramco Mulai 17 November

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular