Kilang Minyak Arab Diserang, Straits Times Dibuka Merah

Dwi Ayuningtyas, CNBC Indonesia
16 September 2019 08:41
Indeks Straits Times dibuka terkoreksi 0,11% ke level 3.207,94 poin
Foto: Bursa Singapura (REUTERS/Edgar Su)
Jakarta, CNBC Indonesia - Pada akhir pekan kemarin bursa saham acuan Singapura berhasil finis di zona hijau dan dalam sepekan mampu menguat 2,13%.

Sayangnya, pada perdagangan hari ini (16/9/2019) indeks Straits Times dibuka melemah setelah dua fasilitas pengolahan minyak mentah asal Arab Saudi diserang pada akhir pekan kemarin.

Indeks Straits Times dibuka terkoreksi 0,11% ke level 3.207,94 poin, di mana dari 30 saham yang menghuni indeks acuan bursa saham Singapura tersebut, 7 saham yang mencatatkan kenaikan harga, 18 saham melemah, dan 5 saham tidak mencatatkan perubahan harga.

Pada Sabtu pagi (14/9/2019) waktu setempat, dua fasilitas minyak milik Saudi Aramco di Abqaiq dan Khurais diserang pesawat drone. Pemberontak Houthi Yemen mengaku bertanggung jawab atas serangan tersebut, dilansir dari Straits Times.

Akibat serang tersebut, Saudi Aramco kehilangan sekitar 5,7 juta barel hasil produksi harian atau setara dengan 50% dari pasokan minyak global, dilansir dari CNBC International.

Alhasil harga minyak dunia langsung melesat dua digit, di mana pada pukul 06:58 WIB, harga minyak jenis brent dan light sweet melesat masing-masing 13,6% dan 11,85%. Harga brent menyentuh titik tertinggi sejak 29 Mei, sementara light sweet sejak 21 Mei.

Data Departemen Energi Amerika Serikat mencatat bahwa serangan yang terjadi akhir pekan kemarin merupakan serangan terburuk.

Hal ini dikarenakan hilangnya pasokan minyak melebihi dampak dari serangan rudal pada GulfWar I (Perang Teluk pertama) pertama era Saddam Husein di tahun 1990, dan juga lebih besar dibandingkan serangan saat Revolusi Islam Iran di tahun 1979, dilansir dari Straits Times.

Di lain pihak, meskipun pemberontak Houthi mengaku sebagai dalang dari serangan tersebut, AS malah menuduh Iran ada di balik serangan ini. Tuduhan ini sontak meningkatkan ketegangan hubungan antara kedua negara yang sebelumnya sudah memburuk sejak Presiden AS Donald Trump menarik diri dari perjanjian nuklir dengan Iran. Belum lagi sanksi ekonomi yang diterapkan AS ke Negeri Persia tersebut, dilansir dari CNBC Internationals.

Tersulutnya ketegangan di Timur Tengah yang dapat berujung pada perang, tentu membuat pelaku pasar ketar-ketir. Dengan demikian, wajar saja jika investor memilih untuk rehat sejenak dari berinvestasi di aset beresiko seperti pasar saham.

Pada hari ini tidak ada rilis data ekonomi dari Negeri Singa.

TIM RISET CNBC INDONESIA
(dwa/dwa) Next Article Data China Penuh Kejutan, Straits Times untuk Sementara Hijau

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular