Alasan di Balik Pelonggaran GWM Averaging dan PLM
Chandra Gian Asmara, CNBC Indonesia
15 November 2018 15:08

Jakarta, CNBC Indonesia - Bank Indonesia (BI) menjelaskan alasan melonggarkan aturan GWM averaging dan Penyangga Likuiditas Makroprudensial (PLM). Pelonggaran ini untuk memberikan fleksibilitas likuiditas bank.
Gubernur Bank Indonesia (BI), Perry Warjiyo, mengatakan sampai saat ini kondisi likuiditas di perbankan dan pasar uang masih cukup. Hal ini ditunjukkan rasio likuiditas terhadap DPK yang berada di kisaran 19,2% pada September 2018. Angka ini lebih tinggi dari posisi Agustus lalu yang mencapai 18,3%.
"Secara keseluruhan kita mencermati distribusi likuiditas antar bank baik bank besar dan bank kecil. Distribusi likuiditas pada individual bank [perlu] untuk meningkatkan fleksibiitas dan distribusi dari likuiditas antar bank tadi, maka itu dasar kami mengeluarkan ketentuan yang terkait dengan GWM averaging dan PLM," ujar Perry dalam Konferensi Pers Pengumuman Bunga Acuan di Jakarta, Kamis (15/11/2018).
Perry menambahkan, PLM mencapai 4% dari DPK, dalam ketentuan selama ini sekitar 2% bisa digunakan sebagai underlying transaksi repo dengan BI. PLM berbentuk surat berharga seperti SBI dan surat berharga lainnya.
"Dengan menaikkan porsi direpokan di 2% menjadi 4%, seluruh surat berharga yang dimiliki bank bisa digunakan sebagai underlying untuk repo ke BI, makanya bisa meningkatkan fleksiblitas manajemen dari likuiditas bank-bank," jelas Perry.
"Sekarang seluruh 4% itu bisa digunakan repo kepada bank. Sehingga bank bila memerlukan likuiditas pergi ke BI, sebagai underlying ini langkahnya mengatasi itu tadi. Ini bisa tingkatkan fleksibilitas antar kelompok dan individual bank."
Untuk GWM averaging, Perry menjelaskan ini adalah bagian dari GWM primer yang sekarang 6,5% dari DPK. Sebesar 2% penghitungannya tidak perlu harian tetapi rata-rata dalam periode pemeliharaan.
"Itu demkian dari 6,5%, semula 2% tidak perlu dipenuhi hari per hari, sekarang jadi 3%. Dengan demikian, ini meningkatkan fleksibilitas dari manajemen likuiditas," tambah Perry.
Perry menjelaskan kedua pelonggaran ini memperkuat likuiditas dan secara total dianggap cukup.
"Peraturan BI sudah kita terbitkan. Kita selama ini juga sudah bicara dengan perbankan. Dalam waktu dekat, begitu bank-bank siap kemudian ditransaksikan di bank," ungkap Perry.
(roy/wed) Next Article BI Turunkan GWM 50 Bps, Likuiditas Bank Bertambah Rp 25 T
Gubernur Bank Indonesia (BI), Perry Warjiyo, mengatakan sampai saat ini kondisi likuiditas di perbankan dan pasar uang masih cukup. Hal ini ditunjukkan rasio likuiditas terhadap DPK yang berada di kisaran 19,2% pada September 2018. Angka ini lebih tinggi dari posisi Agustus lalu yang mencapai 18,3%.
"Secara keseluruhan kita mencermati distribusi likuiditas antar bank baik bank besar dan bank kecil. Distribusi likuiditas pada individual bank [perlu] untuk meningkatkan fleksibiitas dan distribusi dari likuiditas antar bank tadi, maka itu dasar kami mengeluarkan ketentuan yang terkait dengan GWM averaging dan PLM," ujar Perry dalam Konferensi Pers Pengumuman Bunga Acuan di Jakarta, Kamis (15/11/2018).
"Sekarang seluruh 4% itu bisa digunakan repo kepada bank. Sehingga bank bila memerlukan likuiditas pergi ke BI, sebagai underlying ini langkahnya mengatasi itu tadi. Ini bisa tingkatkan fleksibilitas antar kelompok dan individual bank."
Untuk GWM averaging, Perry menjelaskan ini adalah bagian dari GWM primer yang sekarang 6,5% dari DPK. Sebesar 2% penghitungannya tidak perlu harian tetapi rata-rata dalam periode pemeliharaan.
"Itu demkian dari 6,5%, semula 2% tidak perlu dipenuhi hari per hari, sekarang jadi 3%. Dengan demikian, ini meningkatkan fleksibilitas dari manajemen likuiditas," tambah Perry.
Perry menjelaskan kedua pelonggaran ini memperkuat likuiditas dan secara total dianggap cukup.
"Peraturan BI sudah kita terbitkan. Kita selama ini juga sudah bicara dengan perbankan. Dalam waktu dekat, begitu bank-bank siap kemudian ditransaksikan di bank," ungkap Perry.
(roy/wed) Next Article BI Turunkan GWM 50 Bps, Likuiditas Bank Bertambah Rp 25 T
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular