BI Naikkan Bunga Acuan, Rupiah Menguat Nyaris 1%

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
15 November 2018 14:41
Sentimen dari dalam negeri efektif mendorong laju rupiah.
Ilustrasi Rupiah dan Dolar AS (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) semakin menguat. Sentimen dari dalam negeri efektif mendorong laju rupiah. 

Pada Kamis (15/11/2018) pukul 14:32 WIB, US$ 1 dibanderol Rp 14.650 di perdagangan pasar spot. Rupiah menguat 0,91% dibandingkan posisi penutupan perdagangan hari sebelumnya. 

Mengawali hari, rupiah menguat 0,3%. Setelah itu, penguatan rupiah sempat menipis akibat rilis data perdagangan internasional. 


Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan ekspor Oktober 2018 tumbuh 3,59% year-on-year (YoY) sementara impor melonjak 23,66% YoY. Ini membuat neraca perdagangan mengalami defisit dalam yaitu mencapai US$ 1,82 miliar. 

Data ini jauh dari konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia yang memperkirakan neraca perdagangan Oktober defisit tipis di US$ 62,5 juta. Ekspor diramal tumbuh dalam kisaran terbatas yaitu 1,4% YoY, dan impor diproyeksikan masih tumbuh dua digit yaitu 10%.

Data perdagangan Oktober akan menjadi awal untuk melihat prospek transaksi berjalan (current account) pada kuartal IV-2018. Kemungkinan transaksi berjalan akan lebih baik dibandingkan kuartal III-2018 yang mencapai 3,37% dari Produk Domestik Bruto (PDB), terdalam sejak kuartal II-2014. 

Ketika defisit perdagangan ternyata lebih parah dari ekpektasi, maka perbaikan transaksi berjalan akan sulit dilakukan. Pada akhirnya rupiah semakin tidak punya pijakan untuk menguat lebih lanjut. 

Namun kemudian penguatan rupiah kembali terdongkrak. Penguatan rupiah yang hampir menyentuh 1% terjadi setelah Bank Indonesia (BI) mengumumkan suku bunga acuan. Perry Warjiyo dan rekan memutuskan untuk menaikkan BI 7 Day Reverse Repo Rate sebesar 25 basis poin menjadi 6%. Ini juga di luar ekspektasi, karena konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan suku bunga acuan bertahan di 5,75%. 

"Keputusan tersebut sebagai langkah lanjutan BI untuk memperkuat upaya menurunkan defisit transaksi berjalan ke batas aman. Juga untuk memperkuat daya tarik aset domestik dengan mengantisipasi kenaikan suku bunga global dalam beberapa bulan ke depan," papar Perry. 

Kenaikan suku bunga acuan akan ikut menaikkan imbalan investasi aset-aset berbasis rupiah. Oleh karena itu, investor pun rajin memburu mata uang ini sehingga peningkatan permintaan membuat nilai rupiah menguat.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(aji/aji) Next Article Lautan Demo, Rupiah pun Merana

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular