HMSP, GGRM, dan UNVR Kembali Dibuang, IHSG Anjlok 1% Lebih

Anthony Kevin, CNBC Indonesia
12 November 2018 14:27
IHSG kini melemah sebesar 1,18% ke level 5.805,06.
Foto: Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Jakarta, CNBC Indonesia - Melemah 0,82% pada akhir sesi 1, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kini memperlebar pelemahannya menjadi 1,18% ke level 5.805,06. IHSG bahkan sempat meninggalkan level psikologis 5.800 kala menyentuh titik terendahnya pada perdagangan hari ini di level 5.799,4.

Anjloknya IHSG dipicu oleh aksi jual pada saham-saham barang konsumsi. Indeks sektor barang konsumsi terpangkas hingga 2,26%, terdalam dibandingkan 8 sektor penghuni IHSG lainnya.

Sektor barang konsumsi anjlok menyusul koreksi pada 3 saham yakni PT HM Sampoerna Tbk/HMSP (2,65%), PT Gudang Garam Tbk/GGRM (-1,1%), dan PT Unilever Indonesia Tbk/UNVR (-2,79%). Pada pagi hari, ketiga saham tersebut kompak membukukan penguatan.

Pelaku pasar terus menjual ketiga saham seiring dengan rencana Bursa Efek Indonesia (BEI) yang akan mengubah metode penghitungan bobot saham-saham penghuni 2 indeks penting yakni LQ45 dan IDX30.

Mulai Februari 2019, BEI akan menggunakan metode free float adjusted index untuk menentukan bobot dari setiap saham penghuni indeks LQ45 dan IDX30, dari yang sebelumnya menggunakan metode capitalization-weighted index. Definisi yang digunakan BEI terkait dengan free float adalah total saham scriptless yang dimiliki oleh investor dengan kepemilikan kurang dari 5%.

HMSP, GGRM, dan UNVR merupakan 3 saham yang terimbas secara signifikan dari implementasi aturan ini nantinya. Saat ini, HMSP memiliki bobot sebesar 11,12% dalam indeks IDX30. Nantinya, bobot HMSP akan anjlok menjadi hanya 2,36%. Bobot dari GGRM akan turun menjadi 1,75%, dari yang sebelumnya 3,56%. Sementara itu, saat ini UNVR memiliki bobot sebesar 8,45% dalam indeks IDX30. Nantinya, bobot UNVR akan anjlok menjadi hanya 3,43%.

Indeks LQ45 dan IDX30 menjadi penting lantaran banyak dijadikan indeks acuan untuk produk reksadana pasif dan exchange-traded fund (ETF). Reksadana pasif dan ETF sebenarnya mirip-mirip, dimana investor menanamkan dananya kepada perusahaan manajemen investasi untuk kemudian dikelola. Bedanya adalah, unit penyertaan dari reksadana tidak bisa diperdagangkan, sementara untuk ETF bisa.

Pergerakan dari reksadana pasif dan ETF akan dibuat mengikuti suatu indeks acuan. Jika berbicara mengenai saham, tentu acuannya adalah indeks saham seperti LQ45 dan IDX30.

Guna mengekor pergerakan indeks acuannya semirip mungkin, maka komposisi portfolio haruslah sama dengan komposisi indeks acuan.

Ini artinya, kala ada saham yang bobotnya terpangkas secara signifikan pada Februari 2019 nanti, akan ada aksi jual besar-besaran dari para pengelola reksadana (pasif) dan ETF atas saham tersebut untuk kemudian dialihkan ke saham yang bobotnya terdongkrak naik.

Aksi jual secara besar-besaran ini akan membuat harga saham tersebut anjlok. Guna mengantisipasinya, investor melepas saham tersebut dari saat ini juga.

TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/hps) Next Article Sri Mulyani Bikin IHSG Terbang

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular