Analisis

Efek Cukai Rokok Masih Ada, Pilih Mana GGRM atau HMSP?

Yazid Muamar, CNBC Indonesia
22 January 2020 14:44
Saham yang kedua, PT Gudang Garam Tbk (GGRM) yang nasibnya terbilang lebih baik dengan hanya melemah dalam dua hari terakhir.
Foto: Ilustrasi Produk Rokok (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Belakangan kinerja dua saham emiten rokok terbesar di bursa kembali tertekan setelah sempat bangkit pada awal tahun.

Saham pertama yang dimaksud ialah PT Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk (HMSP) yang belum pernah menguat dalam 7 hari perdagangannya, pada sesi I Rabu (22/1/2020) sahamnya diperdagangkan turun 40 poin atau 1,85% pada harga Rp 2.120/unit sahamnya.

Nilai transaksi yang tercipta sebanyak 22,43 juta unit saham senilai Rp 47,88 miliar. Investor asing mencatatkan jual bersih (net sell) senilai Rp 24,08 miliar di pasar reguler bursa, sejak awal tahun 2020 nilai net sell asing sebesar Rp 160,73 miliar.

Saham yang kedua, PT Gudang Garam Tbk (GGRM) yang nasibnya terbilang lebih baik dengan hanya melemah dalam dua hari terakhir. Pada sesi I GGRM ditutup turun sebanyak 75 poin atau minus 0,13% pada level Rp 56.950/saham.


Nilai transaksi sahamnya sebanyak 365 ribu saham senilai Rp 20,75 miliar, investor asing justru cenderung masuk dengan catatan beli bersih (net buy) senilai Rp 4,48 miliar di pasar reguler.

Sejak awal tahun kinerja HMSP hanya meningkat 0,95%, sedangkan GGRM masih tumbuh 7,45%. 

Setelah Bangkit di Awal Tahun, Saham HMSP & GGRM Kembali Tertekan

Valuasi_HOLDSumber: Refinitiv (Diolah)

Penurunan kedua saham tersebut tidak lepas dari bayang-bayang kenaikan cukai hasil tembakau (CHT) hampir mencapai 22% dan harga jual eceran (HJE) rokok sebesar 35% yang telah ditetapkan per 1 Januari 2020 ini.

Ketetapan tersebut tertuang dalam peraturan PMK Nomor 152/PMK.010/2019 tentang tarif cukai hasil tembakau yang diundangkan pada 23 Oktober 2019.

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati lebih dulu mengumumkan kenaikan cukai lebih dulu setelah berdiskusi dengan Presiden Joko Widodo pada 13 September 2019. Akibatnya kedua saham tersebut anjlok, saham HMSP tahun 2019 lalu amblas 43,4%, sedangkan GGRM terpangkas 36,6%.



Berkaca pada valuasi secara relatif kedua saham tersebut, GGRM terbilang lebih murah dengan harga saham per nilai buku (Price Book Value/PBV) sebesar 2,3 kali, sedangkan nilai harga saham per laba bersih (price earning ratio/PER) 11,3 kali, dan hasil laba per sahamnya (Return On Equity/ROE) sebesar 20,38%.

Sedangkan HMSP, memiliki sebesar PBV 7,7 kali, PER sebesar 18,1 kali, dan ROE 42,59%. Semakin kecil nilai PBV dan PER suatu saham umumnya di nilai baik oleh investor saham, sedangkan ROE jika angkanya semakin besar justru semakin baik yang menandakan perusahaan semakin produktif.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(yam/hps) Next Article Tarik Ulur Cukai Rokok, ke Mana Harga HMSP & GGRM?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular