Memahami Aturan Baru Bursa yang Bikin Saham HMSP Anjlok 10%

Anthony Kevin, CNBC Indonesia
10 November 2018 12:25
Mulai Februari 2019 BEI akan menggunakan metode free float adjusted index dalam pembobotan saham di LQ45 dan IDX30.
Foto: CNBC Indonesia/Muhammad Sabki
Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa Efek Indonesia (BEI) membuat kejutan yang berujung pada anjloknya IHSG hingga 1,72% menjelang akhir pekan. Kemarin (9/11/2018), beredar materi resmi dari BEI tertanggal 8 November 2018 yang berjudul "Penerapan Free Float pada Penghitungan Indeks LQ45 dan IDX30".

Perlu diketahui bahwa dari 45 saham yang membentuk indeks LQ45 dan 30 saham yang membentuh indeks IDX30, tak semuanya diberi bobot yang sama. Ada saham yang punya bobot besar sehingga sedikit saja saham tersebut bergerak, pengaruhnya ke indeks akan terasa.

Sementara itu, ada yang punya bobot kecil sehingga diperlukan pergerakan yang signifikan untuk bisa menggerakan indeks, baik itu naik maupun turun.

Nah, cara perhitungan bobot tersebutlah yang akan diubah. Saat ini, metode yang digunakan pada indeks LQ45 dan IDX30 adalah capitalization-weighted index, dimana bobot sebuah saham akan ditentukan dengan membagi kapitalisasi pasarnya dengan total kapitalisasi pasar dari seluruh saham pembentuk indeks. Kapitalisasi pasar dengan metode capitalization-weighted index didapatkan dengan mengalikan seluruh saham yang beredar dengan harganya di pasar sekunder.

Pada Februari 2019 nanti, metode yang akan digunakan adalah free float adjusted index. Melalui metode ini, kapitalisasi pasar didapatkan dengan mengalikan free float (total saham scripless yang dimiliki oleh investor dengan kepemilikan kurang dari 5%) dengan harganya di pasar sekunder. Kemudian, angka ini dibagi dengan total kapitalisasi pasar free float dari seluruh saham pembentuk indeks untuk mendapatkan bobotnya.

Menurut kami, penggunaan metode ini merupakan hal yang positif dikarenakan akan membuat saham-saham yang beredar di pasar saja yang memiliki kekuatan dalam menentukan pergerakan indeks. Pergerakan indeks kini akan merepresentasikan transaksi yang terjadi di pasar sekunder.

Dampak Adopsi Metode Free Float Adjusted Index

Indeks LQ45 dan IDX30 menjadi penting lantaran banyak dijadikan indeks acuan untuk produk reksadana pasif dan exchange-traded fund (ETF). Reksadana pasif dan ETF sebenarnya mirip-mirip, dimana investor menanamkan dananya kepada perusahaan manajemen investasi untuk kemudian dikelola. Bedanya adalah unit penyertaan dari reksadana tidak bisa diperdagangkan, sementara untuk ETF bisa.

Pergerakan dari reksadana pasif dan ETF akan dibuat mengikuti suatu indeks acuan. Jika berbicara mengenai saham, tentu acuannya adalah indeks saham seperti LQ45 dan IDX30.

Guna mengekor pergerakan indeks acuannya semirip mungkin, maka komposisi portfolio haruslah sama dengan komposisi indeks acuan.

Ini artinya, kala ada saham yang bobotnya terpangkas secara signifikan pada Februari 2019 nanti, akan ada aksi jual besar-besaran dari para pengelola reksadana (pasif) dan ETF atas saham tersebut untuk kemudian dialihkan ke saham yang bobotnya terdongkrak naik.

Aksi jual secara besar-besaran ini akan membuat harga saham tersebut anjlok. Guna mengantisipasinya, investor melepas saham tersebut dari saat ini juga.

Itulah sebabnya kita melihat harga saham PT HM Sampoerna Tbk (HMSP) anjlok hingga 10,29% dan PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) terkoreksi 4,67% pada perdagangan kemarin. Kedua saham ini terimbas secara signifikan dari implementasi metode free float adjusted index.

Saat ini, HMSP memiliki bobot sebesar 11,12% dalam indeks IDX30. Nantinya, bobot HMSP akan anjlok menjadi hanya 2,36%. Sementara itu, UNVR memiliki bobot sebesar 8,45% dalam indeks IDX30. Nantinya, bobot UNVR akan anjlok menjadi hanya 3,43%.

Sebaliknya, saham yang bobotnya terkerek secara signifikan pada Februari 2019 nanti akan diincar investor dari saat ini juga guna mengantisipasi lonjakan harga pada saat para pengelola reksadana (pasif) dan ETF melakukan penyesuaian atas portfolionya.

Saham-saham dengan lonjakan bobot yang besar seperti PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM), PT Astra International Tbk (ASII), dan PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) bisa dicermati oleh investor.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(roy) Next Article Big Caps Jadi Korban Aturan Free Float, Nasib Saham Lain?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular