
Analis: Wall Street Menguat, Kenaikan IHSG Berlanjut Hari Ini
Tito Bosnia, CNBC Indonesia
02 November 2018 08:27

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup menguat 0,07% ke level 5.835,92 pada perdagangan kemarin, Kamis (1/11/18).
Nilai transaksi tercatat sebesar Rp 8,56 triliun dengan volume 9,67 miliar unit saham dengan frekuensi perdagangan 408.573 kali.
Para analis memperkirakan IHSG mampu bergerak melanjutkan penguatannya dalam perdagangan di akhir pekan ini, Jumat (2/11/18).
Analis dari MNC Sekuritas Edwin Sebayang mengatakan positifnya laju IHSG didorong oleh penguatan kembali bursa saham Wall Street, yakni Dow Jones (DJIA) yang ditutup menguat 1,06%.
"Perkiraan kenaikan IHSG juga didorong oleh harga emas +1,53%, nikel +2,6% serta apresiasi rupiah di tengah kejatuhan kembali minyak -2,05% dan batu bara -2,23%," tambah Edwin dalam catatan risetnya.
Selain itu, indeks S&P 500 naik (+1.06%) dan Nasdaq naik (+1.75%) didorong oleh pernyataan dari Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengenai perkembangan hubungan dagang AS dengan China.
Selain itu, kenaikan indeks juga didorong oleh rilis laba DuPont yang positif. Sekitar 76.9% dari perusahaan S&P 500 yang telah merilis kinerja melaporkan laba yang melampaui ekspektasi. Adapun dari data ekonomi, klaim pengangguran mingguan turun ke 214.000.
Analis dari Kiwoom Sekuritas Maximilianus Nico mengatakan pertemuan antara AS dan Cina di sela-sela KTT G20 tentunya menjadi perhatian pasar. Pertemuan tersebut mempunyai peluang Amerika-Cina akan berdamai dan mengakhiri friksi dagang yang memanas sejak awal tahun.
"Secara teknikal Indeks IHSG diprediksi melanjutkan penguatan dengan support dan resistance di level 5.807-5.874," tambahnya.
Sementara itu, analis dari Indosurya Sekuritas William Surya menambahkan inflasi yang berada dalam kondisi terkendali masih dapat menjadi sentimen positif yang kembali akan mendongkrak kenaikan IHSG dengan kisaran 5.745-5.988.
"Kondisi pergerakan IHSG pada akhir pekan terlihat masih akan berada dalam fase konsolidasi wajar, rilis data perekonomian awal bulan," tambah William.
Sementara peluang koreksi wajar jika terjadi dapat terus dimanfaatkan untuk melakukan akumulasi pembelian dengan target investasi jangka menengah dan panjang, mengingat kondisi fundamental perekonomian kita yang masih cukup kuat.
(prm) Next Article Laju Kencang Wall Street Bisa Dorong IHSG Menguat
Nilai transaksi tercatat sebesar Rp 8,56 triliun dengan volume 9,67 miliar unit saham dengan frekuensi perdagangan 408.573 kali.
Para analis memperkirakan IHSG mampu bergerak melanjutkan penguatannya dalam perdagangan di akhir pekan ini, Jumat (2/11/18).
"Perkiraan kenaikan IHSG juga didorong oleh harga emas +1,53%, nikel +2,6% serta apresiasi rupiah di tengah kejatuhan kembali minyak -2,05% dan batu bara -2,23%," tambah Edwin dalam catatan risetnya.
Selain itu, indeks S&P 500 naik (+1.06%) dan Nasdaq naik (+1.75%) didorong oleh pernyataan dari Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengenai perkembangan hubungan dagang AS dengan China.
Selain itu, kenaikan indeks juga didorong oleh rilis laba DuPont yang positif. Sekitar 76.9% dari perusahaan S&P 500 yang telah merilis kinerja melaporkan laba yang melampaui ekspektasi. Adapun dari data ekonomi, klaim pengangguran mingguan turun ke 214.000.
Analis dari Kiwoom Sekuritas Maximilianus Nico mengatakan pertemuan antara AS dan Cina di sela-sela KTT G20 tentunya menjadi perhatian pasar. Pertemuan tersebut mempunyai peluang Amerika-Cina akan berdamai dan mengakhiri friksi dagang yang memanas sejak awal tahun.
"Secara teknikal Indeks IHSG diprediksi melanjutkan penguatan dengan support dan resistance di level 5.807-5.874," tambahnya.
Sementara itu, analis dari Indosurya Sekuritas William Surya menambahkan inflasi yang berada dalam kondisi terkendali masih dapat menjadi sentimen positif yang kembali akan mendongkrak kenaikan IHSG dengan kisaran 5.745-5.988.
"Kondisi pergerakan IHSG pada akhir pekan terlihat masih akan berada dalam fase konsolidasi wajar, rilis data perekonomian awal bulan," tambah William.
Sementara peluang koreksi wajar jika terjadi dapat terus dimanfaatkan untuk melakukan akumulasi pembelian dengan target investasi jangka menengah dan panjang, mengingat kondisi fundamental perekonomian kita yang masih cukup kuat.
(prm) Next Article Laju Kencang Wall Street Bisa Dorong IHSG Menguat
Most Popular