
IHSG Kayaknya akan Merah 3 Hari Beruntun

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) memerah di penutupan sesi I, Selasa (20/6/2023).
Mengacu pada data Bursa Efek Indonesia (BEI), IHSG merosot 0,45% ke posisi 6.656,20. Nilai transaksi baru Rp3,83 triliun dan volume perdagangan 7,30 miliar saham.
Sebanyak 312 saham turun, hanya 193 saham naik, dan 225 sisanya stagnan.
IHSG kembali terkoreksi di tengah potensi melambatnya perekonomian China. Pada hari ini saja, bank sentral China (People's Bank of China/PBoC) memutuskan untuk memangkas suku bunga pinjaman acuannya.
Suku bunga pinjaman tenor 1 tahun dipangkas menjadi 3,55%, dari sebelumnya 3,65%. Sedangkan suku bunga pinjaman tenor 5 tahun juga dipangkas menjadi 4,2%, dari sebelumnya sebesar 4,3%.
Hal ini tentunya sudah sesuai dengan prediksi pasar di mana bank sentral Negeri Panda bakal memangkas kembali suku bunga acuan.
Sebelumnya pada pekan lalu, PBoC juga telah memangkas suku bunga seven day reverse repo sebesar 10 basis poin menjadi 1,9%.
Penurunan suku bunga tersebut membuat PBoC menambah likuiditas sebesar dua miliar yuan (US$ 279,97 juta) ke perekonomian.
Langkah mengejutkan tersebut sekaligus membuktikan perekonomian China sedang tidak baik-baik saja. Bahkan, ke depannya suku bunga acuan jangka menengah diperkirakan akan kembali dipangkas.
Banyak yang melihat China tidak bisa lagi mencapai pertumbuhan ekonomi dobel digit, bahkan rata-rata jangka panjang diperkirakan hanya 4%.
Direktur Pelaksana Dana Moneter International (IMF), Kristalina Georgieva pada akhir Maret lalu bahkan mendesak agar China segera melakukan penyeimbangan ekonomi, dari pertumbuhan yang ditopang oleh investasi ke konsumsi domestik.
Dalam pidatonya di China Development Forum Minggu (26/3/2023) di Beijing, Georgieva menyebut pertumbuhan yang ditopang konsumsi akan lebih tahan lama, tidak terlalu bergantung dengan utang, dan membantu mengatasi perubahan iklim.
Bukti masalah yang ditimbulkan dari pertumbuhan yang ditopang investasi kini sudah terlihat di China, utang pemerintah daerah (Pemda) dikabarkan menembus US$ 15,3 triliun atau hampir Rp 230.000 triliun (kurs Rp 15.000/US$). Bahkan, menurut estimasi Goldman Sachs nilainya mencapai US$ 23 triliun.
Kemudian sektor manufaktur China mengalami kontraksi yang cukup dalam. Artinya pabrik-pabrik mengalami penurunan aktivitas, misalnya produksi menurun. Dampaknya ke tenaga kerja, bukannya merekrut malah bisa jadi terjadi pemutusan hubungan kerja (PHK) massal.
Dengan adanya berbagai faktor eksternal yang mempengaruhi sentimen pasar, terutama di China, pelaku pasar di IHSG cenderung wait and see hingga perdagangan hari ini.
Analisis Teknikal
IHSG dianalisis berdasarkan periode waktu 1 jam (hourly) menggunakan moving average (MA) dan Fibonacci retracement untuk mencari resistance dan support terdekat.
Pada sesi I, IHSG keluar dari area Fibonacci 50% (6.668) usai tak sanggup menembus MA 20 (6.682).
Sejauh ini, IHSG masih tertahan di atas support Fibonacci 38,2% (6.643).
![]() Pergerakan IHSG Selasa (20/6/2023) |
Pergerakan IHSG juga dilihat dengan indikator teknikal lainnya, yakni Relative Strength Index (RSI) yang mengukur momentum.
RSI merupakan indikator momentum yang membandingkan antara besaran kenaikan dan penurunan harga terkini dalam suatu periode waktu.
Indikator RSI berfungsi untuk mendeteksi kondisi jenuh beli (overbought) di atas level 70-80 dan jenuh jual (oversold) di bawah level 30-20. Dalam grafik 1 jam, posisi RSI turun ke 38,28.
Sementara, dilihat dari indikator lainnya, Moving Average Convergence Divergence (MACD), grafik MACD berada di bawah garis sinyal.
Di sesi II, IHSG berpotensi ditutup melemah dan akan menguji support terdekat berupa Fibonacci 38,2% (6.643). Sedangkan, level resistance terdekat berada di Fibonacci 50% (6.668).
CNBC INDONESIA RESEARCH
(mkh/mkh)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Lesu, IHSG Kayaknya Ditutup Merah Lagi Jelang Long Weekend