
Harga Jual Batu Bara Naik, Laba Adaro Merosot 16,04%
Monica Wareza, CNBC Indonesia
31 October 2018 12:19

Jakarta, CNBC Indonesia - PT Adaro Energy Tbk (ADRO) mengalami penurunan laba bersih pada kuartal III-2018, sebesar 16,04% menjadi US$ 312,70 juta atau setara Rp 4,69 triliun (kurs Rp 15.000/US$). Nilai tersebut turun dari US$ 372,45 juta (Rp 5,58 triliun) di periode yang sama tahun sebelumnya.
Penurunan laba bersih ini terjadi karena flatnya penjualan batu bara selama sembilan bulan terakhir yakni sebesar 39,27 metrik ton secara year-on-year (YoY) meski harga jual rata-rata lebih tinggi yakni sebesar 9% dibandingkan dengan tahun lalu.
Namun, bersamaan dengan itu terjadi kenaikan beban operasional sebesar 8% dibandingkan dengan periode sembilan bulan pertama di tahun lalu menjadi US$ 138,17 juta dari US$ 128,12 juta karena kenaikan komisi penjualan dan biaya karyawan.
Padahal, pendapatan usahanya mengalami kenaikan menjadi US$ 2,66 miliar (Rp 40 triliun), naik 9,34% dibadingkan dengan US$ 2,43 miliar (Rp 36,58 triliun) pada akhir September 2017.
Dengan demikian, perusahaan mengalami penurunan laba bersih per saham menjadi US$ 0,00978/saham dari sebelumnya yang sebesar US$ 0,01164/saham.
CEO Adaro Energy Garibaldi Thohir tetap yakin bahwa pasar batu bara ke depan masih akan memiliki prospek yang positif dan menghasilkan nilai laba yang tinggi.
"Kami mencapai hasil yang memuaskan, dengan dukungan kenaikan EBITDA operasional dan laba inti year-over-year sebagai hasil kinerja yang solid di seluruh pilar bisnis perusahaan," kata dia dalam siaran persnya, Rabu (31/10/2018).
Kami tetap memiliki keyakinan terhadap fundamental pasar batubara di jangka panjang dan terus mengeksekusi prioritas strategis untuk memastikan penciptaan nilai yang berkelanjutan dan di saat yang sama mempertahankan posisi keuangan yang sehat serta menghasilkan laba yang tinggi."
Pada periode ini, perusahaan mengalami penurunan nilai kas dan setara kas menjadi US$ 964,77 juta dari posisi akhir tahun lalu yang sebesar US$ 1,20 miliar. Sementara total aset perusahaan bernilai sebesar US$ 7,15 miliar, dengan aset lancar sebesar US$ 1,67 miliar dan aset tak lancar US$ 5,47 miliar.
Posisi liabilitas berjumlah sebesar US$ 2,84 miliar dengan liabilitas jangka pendek bernilai sebesar US$ 926,62 juta dan jangka panjang sebesar US$ 1,91 miliar. Untuk ekuitas berjumlah sebesar US$ 4,30 miliar, naik tipis dari akhir 2017 yang sebesar US$ 4,09 miliar.
(roy) Next Article Berkah Booming Batu Bara, Laba Adaro Naik 9,6% Jadi Rp 2,43 T
Penurunan laba bersih ini terjadi karena flatnya penjualan batu bara selama sembilan bulan terakhir yakni sebesar 39,27 metrik ton secara year-on-year (YoY) meski harga jual rata-rata lebih tinggi yakni sebesar 9% dibandingkan dengan tahun lalu.
Padahal, pendapatan usahanya mengalami kenaikan menjadi US$ 2,66 miliar (Rp 40 triliun), naik 9,34% dibadingkan dengan US$ 2,43 miliar (Rp 36,58 triliun) pada akhir September 2017.
CEO Adaro Energy Garibaldi Thohir tetap yakin bahwa pasar batu bara ke depan masih akan memiliki prospek yang positif dan menghasilkan nilai laba yang tinggi.
"Kami mencapai hasil yang memuaskan, dengan dukungan kenaikan EBITDA operasional dan laba inti year-over-year sebagai hasil kinerja yang solid di seluruh pilar bisnis perusahaan," kata dia dalam siaran persnya, Rabu (31/10/2018).
Kami tetap memiliki keyakinan terhadap fundamental pasar batubara di jangka panjang dan terus mengeksekusi prioritas strategis untuk memastikan penciptaan nilai yang berkelanjutan dan di saat yang sama mempertahankan posisi keuangan yang sehat serta menghasilkan laba yang tinggi."
Pada periode ini, perusahaan mengalami penurunan nilai kas dan setara kas menjadi US$ 964,77 juta dari posisi akhir tahun lalu yang sebesar US$ 1,20 miliar. Sementara total aset perusahaan bernilai sebesar US$ 7,15 miliar, dengan aset lancar sebesar US$ 1,67 miliar dan aset tak lancar US$ 5,47 miliar.
Posisi liabilitas berjumlah sebesar US$ 2,84 miliar dengan liabilitas jangka pendek bernilai sebesar US$ 926,62 juta dan jangka panjang sebesar US$ 1,91 miliar. Untuk ekuitas berjumlah sebesar US$ 4,30 miliar, naik tipis dari akhir 2017 yang sebesar US$ 4,09 miliar.
(roy) Next Article Berkah Booming Batu Bara, Laba Adaro Naik 9,6% Jadi Rp 2,43 T
Most Popular