Internasional
Bank Sentral: Perang Dagang Akan Segera Hantam Singapura
Wangi Sinintya Mangkuto, CNBC Indonesia
26 October 2018 13:46

Singapura, CNBC Indonesia - Bank sentral Singapura Monetary Authority of Singapore (MAS) hari Jumat (26/10/2018) memperingatkan perang dagang yang memanas antara China dan Amerika Serikat (AS) kemungkinan akan merugikan ekonomi negara kota itu dalam beberapa bulan mendatang.
Meskipun begitu, bank sentral mengatakan dampak perselisihan itu terhadap perekonomian dalam negeri masih sangat minimal sejauh ini.
Singapura yang merupakan pusat perdagangan dan keuangan global, dipandang sebagai penentu arah ekonomi global karena ekspornya setara dengan sekitar 200% dari produk domestik brutonya (PDB).
Sejak awal tahun ini, para politisi dan pembuat kebijakan telah memperingatkan tentang adanya pukulan balik dari sengketa tarif impor antara dua mitra dagang utama Singapura.
Washington telah memberlakukan bea impor terhadap berbagai produk Beijing senilai US$250 miliar dan memukul tingkat pertumbuhan China ke tingkat terendah dalam hampir satu dekade.
"Friksi perdagangan memiliki dampak terbatas pada ekonomi Singapura sejauh ini, tetapi dampak negatif bisa menjadi lebih jelas akhir tahun ini dan seterusnya," kata MAS dalam tinjauan makroekonomi semi-tahunannya, dikutip dari Reuters.
"Ini bisa menimbulkan beberapa risiko penurunan pertumbuhan di kuartal depan."
MAS memperkirakan pertumbuhan PDB akan berada di batas atas kisaran target 2,5%-3,5% untuk 2018 dan sedikit melambat di 2019.
Segmen elektronik, kekuatan sektor manufaktur Singapura, adalah salah satu sektor yang menjadi perhatian karena hubungannya dengan China dalam rantai pasokan global, kata bank sentral.
Industri lain yang mungkin merasakan tekanan adalah transportasi, tambahnya. Singapura memiliki salah satu pelabuhan tersibuk di dunia yang menghubungkan negara-negara barat dengan Asia.
Namun, kemungkinan masih ada peluang bagi Singapura.
Laporan bank sentral memaparkan data yang menunjukkan Asia Tenggara, dan khususnya Vietnam, sebagai tujuan utama untuk bisnis AS di China yang telah pindah atau sedang mempertimbangkan pindah karena ketegangan perdagangan.
"Relokasi produksi ke Asia Tenggara, jika berkelanjutan, dapat berimbas positif, pada margin, ke Singapura," kata bank sentral.
"Secara khusus, layanan yang terkait perdagangan, seperti perdagangan grosir dan transportasi dan penyimpanan, dapat menguntungkan karena status hub Singapura."
Meskipun ada risiko terhadap pertumbuhan dari ketegangan perdagangan, Singapura telah memperketat kebijakan moneter pada pertemuan semitahunan pada bulan April dan awal bulan ini.
Dikatakan, pengetatan kebijakan terbaru didorong oleh indikator domestik yang solid, termasuk meningkatkan kondisi pasar tenaga kerja, inflasi inti mendekati 2%, dan ekonomi yang berjalan sedikit di atas potensi.
"Sikap kebijakan moneter secara hati-hati dikalibrasi dengan latar belakang ketidakpastian yang persisten di lingkungan eksternal, dan itu sejalan dengan evolusi stabil variabel ekonomi riil dan nominal," tulisnya.
[Gambas:Video CNBC]
(prm) Next Article Perang Dagang, Pertumbuhan Ekonomi Singapura Lesu
Meskipun begitu, bank sentral mengatakan dampak perselisihan itu terhadap perekonomian dalam negeri masih sangat minimal sejauh ini.
Singapura yang merupakan pusat perdagangan dan keuangan global, dipandang sebagai penentu arah ekonomi global karena ekspornya setara dengan sekitar 200% dari produk domestik brutonya (PDB).
Washington telah memberlakukan bea impor terhadap berbagai produk Beijing senilai US$250 miliar dan memukul tingkat pertumbuhan China ke tingkat terendah dalam hampir satu dekade.
"Friksi perdagangan memiliki dampak terbatas pada ekonomi Singapura sejauh ini, tetapi dampak negatif bisa menjadi lebih jelas akhir tahun ini dan seterusnya," kata MAS dalam tinjauan makroekonomi semi-tahunannya, dikutip dari Reuters.
"Ini bisa menimbulkan beberapa risiko penurunan pertumbuhan di kuartal depan."
![]() |
Segmen elektronik, kekuatan sektor manufaktur Singapura, adalah salah satu sektor yang menjadi perhatian karena hubungannya dengan China dalam rantai pasokan global, kata bank sentral.
Industri lain yang mungkin merasakan tekanan adalah transportasi, tambahnya. Singapura memiliki salah satu pelabuhan tersibuk di dunia yang menghubungkan negara-negara barat dengan Asia.
Namun, kemungkinan masih ada peluang bagi Singapura.
Laporan bank sentral memaparkan data yang menunjukkan Asia Tenggara, dan khususnya Vietnam, sebagai tujuan utama untuk bisnis AS di China yang telah pindah atau sedang mempertimbangkan pindah karena ketegangan perdagangan.
"Relokasi produksi ke Asia Tenggara, jika berkelanjutan, dapat berimbas positif, pada margin, ke Singapura," kata bank sentral.
"Secara khusus, layanan yang terkait perdagangan, seperti perdagangan grosir dan transportasi dan penyimpanan, dapat menguntungkan karena status hub Singapura."
Meskipun ada risiko terhadap pertumbuhan dari ketegangan perdagangan, Singapura telah memperketat kebijakan moneter pada pertemuan semitahunan pada bulan April dan awal bulan ini.
Dikatakan, pengetatan kebijakan terbaru didorong oleh indikator domestik yang solid, termasuk meningkatkan kondisi pasar tenaga kerja, inflasi inti mendekati 2%, dan ekonomi yang berjalan sedikit di atas potensi.
"Sikap kebijakan moneter secara hati-hati dikalibrasi dengan latar belakang ketidakpastian yang persisten di lingkungan eksternal, dan itu sejalan dengan evolusi stabil variabel ekonomi riil dan nominal," tulisnya.
[Gambas:Video CNBC]
(prm) Next Article Perang Dagang, Pertumbuhan Ekonomi Singapura Lesu
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular