Awas, Perang Dagang Bisa Dorong Singapura ke Jurang Resesi

Wangi Sinintya Mangkuto, CNBC Indonesia
27 June 2019 17:19
Ekonomi Singapura dapat mengalami resesi teknikal kecil di kuartal ketiga tahun ini karena proyeksi perdagangan global memburuk, menurut Maybank Kim Eng.
Foto: Rain Vortex setinggi 40 meter, yang merupakan air terjun indoor tertinggi di dunia, terlihat dari dalam Bandara Jewel Changi di Singapura, 11 April 2019. (REUTERS / Feline Lim)
Jakarta, CNBC Indonesia - Ekonomi Singapura dapat mengalami resesi teknikal kecil di kuartal ketiga tahun ini karena proyeksi perdagangan global memburuk, menurut Maybank Kim Eng Research.

Memanasnya perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China telah membebani ekonomi Singapura yang sangat bergantung pada ekspor. Maybank memperkirakan ekonomi negara kota itu akan tumbuh 1,3% tahun ini, turun dari proyeksi sebelumnya 1,6% dan lebih rendah dari kisaran perkiraan pemerintah 1,5% hingga 2,5%.


"Gangguan terhadap rantai pasokan kemungkinan akan meningkat ketika perang perdagangan meluas ke sektor teknologi, dan AS memaksakan kontrol ekspor pada lebih banyak perusahaan teknologi China," tulis ekonom Maybank Chua Hak Bin dan Lee Ju Ye dalam sebuah catatan riset, dikutip dari Bloomberg News, Kamis (27/06/2019).

Penurunan ekspor telah memukul sektor manufaktur yang terkontraksi lebih dalam dari yang diperkirakan pada Mei. Proyeksi pertumbuhan sektor elektronik sangat lemah karena kontrol ekspor AS berpeluang memukul perusahaan pembuat chip seperti Broadcom Inc. dan Intel Corp, yang beroperasi di Singapura, menurut Maybank.

Sektor elektronik menyumbang 27% dari output pabrik Singapura, tulis Bloomberg News.

Resesi terjadi ketika pertumbuhan ekonomi secara kuartalan ada di level negatif dalam dua kuartal berturut-turut. Bila itu terjadi, kondisi tersebut akan meningkatkan peluang bank sentral untuk melonggarkan kebijakan moneternya.

Monetary Authority of Singapore memutuskan menahan bunga acuannya di April.


MAS dan Kementerian Perdagangan dan Industri sedang meninjau kisaran perkiraan pertumbuhan mereka untuk tahun ini dan belum bisa mengatakan apakah akan direvisi menjadi lebih rendah dari perkiraan 1,5% -2,5% saat ini, kata Direktur Pelaksana Ravi Menon kepada wartawan dalam acara rilis laporan tahunan bank sentral.

Angka baru itu harus menunggu setidaknya sampai data ekonomi kuartal kedua dikumpulkan sepenuhnya sampai Juli, kata Edward Robinson, kepala ekonom MAS, pada acara yang sama.
(prm) Next Article Telisik Turunnya Harga Emas di Saat Meredanya Konflik Global

Tags


Related Articles
Recommendation
Most Popular