
Internasional
Perang Dagang, Pertumbuhan Ekonomi Korea Selatan Meleset
Ester Christine Natalia, CNBC Indonesia
25 October 2018 16:39

Jakarta, CNBC Indonesia - Ekonomi Korea Selatan (Korsel) tumbuh sedikit lambat dari ekspektasi di kuartal ketiga dan sejalan dengan kuartal sebelumnya karena penurunan investasi dalam negeri menutupi dampak positif dari stimulus pemerintah dan ekspor yang tangguh.
Produk Domestik Bruto (PDB) tumbuh 0,6% di bulan Juli sampai September dibandingkan kuartal sebelumnya, menurut perhitungan Bank of Korea, Kamis (25/10/2018). Angka tersebut meleset dari proyeksi 0,7% dalam polling Reuters.
Investasi konstruksi menyusut 6,4% di kuartal ketiga, penurunan terbesar sejak krisis keuangan Asia tahun 1997-1998. Hal itu terjadi karena pemerintah mengambil langkah untuk menahan kenaikan harga rumah. Pembatasan ini menyebabkan pembangunan rumah lesu.
Meskipun begitu konsumsi swasta, yang menyumbang hampir setengah dari PDB tahunan Korsel, sedikit membaik dengan tumbuh 0,6% di kuartal ketiga. Pertumbuhan itu meningkat dari 0,3% di kuartal yang berakhir bulan Juni dan menopang keseluruhan pertumbuhan, dilansir dari Reuters.
Para analis mengatakan proyeksi pertumbuhan terpengaruh gejolak pasar keuangan global, prospek ketidakpastian dagang, dan keraguan tentang dorongan pemerintah untuk meregulasikan pasar perumahan, serta upah minimum yang naik tajam.
"Faktor-faktor negatif yang telah memengaruhi kuartal ketiga masih cukup sama dan menyebabkan ketidakpastian prospek untuk kuartal berjalan juga," kata Park Sang-hyun, ekonom di Leading Investment and Securities.
Bisnis-bisnis di Korsel enggan meningkatkan investasi karena khawatir dengan permintaan global. Di sektor properti, para kontraktor telah memangkas pengeluaran mereka karena pemerintah membatasi pasar perumahan, sementara prospek lemahnya tingkat pekerja memicu konsumen untuk berhemat.
Dari setahun sebelumnya, perekonomian Korsel tumbuh 2%. Angka itu jauh lebih rendah dibanding kuartal kedua yakni 2,8% dan meleset dari estimasi polling yaitu 2,2%, sebagian besar karena ekspansi di atas tren yang terlihat di periode tahun lalu.
Data yang dirilis hari Kamis menunjukkan perekonomian terbesar keempat di Asia ini diprediksi akan mempertahankan pertumbuhannya sesuai dengan proyeksi setahun penuh bank sentral di posisi 2,7%, yang direvisi turun dari 2,9%.
Kemunduran terbesar bagi Presiden Korsel Moon Jae-in, yang menjabat dengan janji "Presiden Pekerjaan" Korsel, adalah pertumbuhan pekerja tahunan yang melambat setiap kuartal sejak ia terpilih di bulan Mei tahun lalu. Dalam kuartal terakhir, negara ini mencatatkan pertumbuhan pekerja terendah selama nyaris sembilan tahun.
Pemerintah menyalahkan perubahan demografi dan tantangan di berbagai sektor sebagai penyebab penurunan. Namun, para analis menghubungkannya dengan serangkaian kebijakan pro-buruh, termasuk kenaikan upah minimal 16% di tahun ini dan hari kerja yang lebih sedikit dalam seminggu.
Hal ini muncul saat perselisihan dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China menghambat prospek ekspor, mesin pertumbuhan utama untuk negara ini. Sebab, negara ini adalah rumah bagi berbagai perusahaan yang mengekspor produknya, termasuk raksasa manufaktur sepertiĀ Samsung Electronics dan Hyundai Motor.
(prm) Next Article Waduh, Ekonomi Korea Selatan Terburuk Sejak Krisis 2008
Produk Domestik Bruto (PDB) tumbuh 0,6% di bulan Juli sampai September dibandingkan kuartal sebelumnya, menurut perhitungan Bank of Korea, Kamis (25/10/2018). Angka tersebut meleset dari proyeksi 0,7% dalam polling Reuters.
Investasi konstruksi menyusut 6,4% di kuartal ketiga, penurunan terbesar sejak krisis keuangan Asia tahun 1997-1998. Hal itu terjadi karena pemerintah mengambil langkah untuk menahan kenaikan harga rumah. Pembatasan ini menyebabkan pembangunan rumah lesu.
Para analis mengatakan proyeksi pertumbuhan terpengaruh gejolak pasar keuangan global, prospek ketidakpastian dagang, dan keraguan tentang dorongan pemerintah untuk meregulasikan pasar perumahan, serta upah minimum yang naik tajam.
"Faktor-faktor negatif yang telah memengaruhi kuartal ketiga masih cukup sama dan menyebabkan ketidakpastian prospek untuk kuartal berjalan juga," kata Park Sang-hyun, ekonom di Leading Investment and Securities.
Bisnis-bisnis di Korsel enggan meningkatkan investasi karena khawatir dengan permintaan global. Di sektor properti, para kontraktor telah memangkas pengeluaran mereka karena pemerintah membatasi pasar perumahan, sementara prospek lemahnya tingkat pekerja memicu konsumen untuk berhemat.
Dari setahun sebelumnya, perekonomian Korsel tumbuh 2%. Angka itu jauh lebih rendah dibanding kuartal kedua yakni 2,8% dan meleset dari estimasi polling yaitu 2,2%, sebagian besar karena ekspansi di atas tren yang terlihat di periode tahun lalu.
Data yang dirilis hari Kamis menunjukkan perekonomian terbesar keempat di Asia ini diprediksi akan mempertahankan pertumbuhannya sesuai dengan proyeksi setahun penuh bank sentral di posisi 2,7%, yang direvisi turun dari 2,9%.
Kemunduran terbesar bagi Presiden Korsel Moon Jae-in, yang menjabat dengan janji "Presiden Pekerjaan" Korsel, adalah pertumbuhan pekerja tahunan yang melambat setiap kuartal sejak ia terpilih di bulan Mei tahun lalu. Dalam kuartal terakhir, negara ini mencatatkan pertumbuhan pekerja terendah selama nyaris sembilan tahun.
Pemerintah menyalahkan perubahan demografi dan tantangan di berbagai sektor sebagai penyebab penurunan. Namun, para analis menghubungkannya dengan serangkaian kebijakan pro-buruh, termasuk kenaikan upah minimal 16% di tahun ini dan hari kerja yang lebih sedikit dalam seminggu.
Hal ini muncul saat perselisihan dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China menghambat prospek ekspor, mesin pertumbuhan utama untuk negara ini. Sebab, negara ini adalah rumah bagi berbagai perusahaan yang mengekspor produknya, termasuk raksasa manufaktur sepertiĀ Samsung Electronics dan Hyundai Motor.
(prm) Next Article Waduh, Ekonomi Korea Selatan Terburuk Sejak Krisis 2008
Most Popular