
Laba Q2 Samsung Anjlok 56% ke US$ 5,5 M, Efek Perang Dagang?
Rehia Sebayang, CNBC Indonesia
05 July 2019 14:17

Seoul, CNBC Indonesia - Samsung Electronics pada Jumat (5/7/2019) memperkirakan laba kuartal II-2019 anjlok lebih dari setengah dari total laba di periode yang sama tahun sebelumnya. Hal itu disebabkan penurunan tajam pada harga dan permintaan chip memori yang diproduksi perusahaan.
Perusahaan pembuat smartphone terbesar di dunia itu memproyeksikan laba perseroan hanya 6,5 triliun won Korea (US$ 5,5 miliar). Angka itu sedikit lebih baik dari perkiraan awal sebesar 6 triliun won, tetapi turun sekitar 56% dari tahun sebelumnya.
Namun, angka akhir pendapatan dan laba untuk kuartal ini akan dirilis akhir bulan ini. Jika angka akhir sesuai dengan proyeksi Jumat, maka ini akan menjadi kuartal kedua berturut-turut laba perusahaan mencatatkan penurunan lebih dari setengah total laba dari periode yang sama tahun sebelumnya.
Pada kuartal sebelumnya yang berakhir Maret, laba Samsung turun sekitar 60% dibandingkan tahun lalu menjadi 6,2 triliun won Korea (US$ 5,3 miliar). Mengutip CNBC International, bisnis utama pendorong pendapatan Samsung di antaranya adalah komponen memori, yang digunakan pada handset dan server perusahaan.
Para ahli mengatakan seluruh sektor semikonduktor sedang mengalami periode penyesuaian persediaan. Langkah itu membuat permintaan tetap rendah dan menyebabkan kelebihan pasokan sehingga menyebabkan penurunan harga.
Beberapa di antaranya juga telah memperkirakan ada kelebihan persediaan chip memori DRAM dan NAND. Pemulihan sektor ini baru akan terjadi pada paruh kedua tahun 2020. Chip DRAM biasa digunakan pada komputer, ponsel, dan tablet. Benda itu memungkinkan mesin gadget menjalankan beberapa aplikasi pada saat bersamaan. Sedangkan chip NAND berfungsi sebagai penyimpanan utama.
Kemungkinan, pencapaian kuartal II-2019 akan diperburuk perang dagang yang sedang berlangsung antara Jepang-Korea Selatan. Kedua negara terjerat perang dagang yang dipicu oleh masalah kerja paksa di masa perang.
Akibat hal ini, pada Senin, Jepang mengumumkan pembatasan yang lebih ketat pada ekspor bahan-bahan berteknologi tinggi yang penting ke Korea Selatan. Barang-barang itu biasa digunakan oleh perusahaan elektronik Korea Selatan untuk membuat chip dan layar smartphone.
Korea Selatan pada Kamis, mengatakan bahwa mereka mungkin akan membalas Jepang.
Namun, analis di Citi mengatakan tindakan Tokyo hanya akan "memiliki dampak jangka pendek terbatas pada Samsung dan SK Hynix, perusahaan teknologi Korea Selatan karena memiliki stok yang tinggi, tetapi (perusahaan-perusahaan itu) akan menghadapi kesulitan dalam pengadaan bahan semikonduktor segera."
Dampak lainnya menunjukkan akan ada efek kekurangan bahan di sektor semikonduktor dan sektor display.
"Karena volume bahan kimia yang diperlukan dalam proses pembuatan semikonduktor (berkurang), tidak mungkin bahwa pemasok chip utama akan dapat menemukan jumlah yang sesuai dari pemasok di luar Jepang," tulis Len Jelinek, peneliti semikonduktor di IHS Markit, dalam sebuah analisisnya.
[Gambas:Video CNBC]
(miq/miq) Next Article Laba Samsung Anjlok 56% (YoY)
Perusahaan pembuat smartphone terbesar di dunia itu memproyeksikan laba perseroan hanya 6,5 triliun won Korea (US$ 5,5 miliar). Angka itu sedikit lebih baik dari perkiraan awal sebesar 6 triliun won, tetapi turun sekitar 56% dari tahun sebelumnya.
Namun, angka akhir pendapatan dan laba untuk kuartal ini akan dirilis akhir bulan ini. Jika angka akhir sesuai dengan proyeksi Jumat, maka ini akan menjadi kuartal kedua berturut-turut laba perusahaan mencatatkan penurunan lebih dari setengah total laba dari periode yang sama tahun sebelumnya.
Para ahli mengatakan seluruh sektor semikonduktor sedang mengalami periode penyesuaian persediaan. Langkah itu membuat permintaan tetap rendah dan menyebabkan kelebihan pasokan sehingga menyebabkan penurunan harga.
Beberapa di antaranya juga telah memperkirakan ada kelebihan persediaan chip memori DRAM dan NAND. Pemulihan sektor ini baru akan terjadi pada paruh kedua tahun 2020. Chip DRAM biasa digunakan pada komputer, ponsel, dan tablet. Benda itu memungkinkan mesin gadget menjalankan beberapa aplikasi pada saat bersamaan. Sedangkan chip NAND berfungsi sebagai penyimpanan utama.
Kemungkinan, pencapaian kuartal II-2019 akan diperburuk perang dagang yang sedang berlangsung antara Jepang-Korea Selatan. Kedua negara terjerat perang dagang yang dipicu oleh masalah kerja paksa di masa perang.
Akibat hal ini, pada Senin, Jepang mengumumkan pembatasan yang lebih ketat pada ekspor bahan-bahan berteknologi tinggi yang penting ke Korea Selatan. Barang-barang itu biasa digunakan oleh perusahaan elektronik Korea Selatan untuk membuat chip dan layar smartphone.
Korea Selatan pada Kamis, mengatakan bahwa mereka mungkin akan membalas Jepang.
Namun, analis di Citi mengatakan tindakan Tokyo hanya akan "memiliki dampak jangka pendek terbatas pada Samsung dan SK Hynix, perusahaan teknologi Korea Selatan karena memiliki stok yang tinggi, tetapi (perusahaan-perusahaan itu) akan menghadapi kesulitan dalam pengadaan bahan semikonduktor segera."
Dampak lainnya menunjukkan akan ada efek kekurangan bahan di sektor semikonduktor dan sektor display.
"Karena volume bahan kimia yang diperlukan dalam proses pembuatan semikonduktor (berkurang), tidak mungkin bahwa pemasok chip utama akan dapat menemukan jumlah yang sesuai dari pemasok di luar Jepang," tulis Len Jelinek, peneliti semikonduktor di IHS Markit, dalam sebuah analisisnya.
[Gambas:Video CNBC]
(miq/miq) Next Article Laba Samsung Anjlok 56% (YoY)
Most Popular