Internasional

Bursa AS Rontok, Trump Juga Harus Salahkan Diri Sendiri

Roy Franedya, CNBC Indonesia
12 October 2018 16:01
Perang dagang bikin ketidakpastian dan bisa membuat kinerja perusahaan turun sehingga mempengaruhi pasar modal.
Foto: Presiden AS Donald Trump menyampaikan pernyataan tentang Perjanjian Amerika Serikat-Meksiko-Kanada (USMCA) saat Perwakilan Perdagangan AS Robert Lighthizer mendengarkan selama konferensi pers di Rose Garden Gedung Putih di Washington, AS, 1 Oktober 2018. REUTERS / Kevin Lamarque
Jakarta, CNBC Indonesia - Ketika Presiden Amerika Serikat Donald Trump menyalahkan bank sentral Federal Reserve (The Fed) karena kebijakannya yang hawkish telah membuat bursa saham rontok, Trump juga harus menyalahkan dirinya sendiri.

Perang dagang dengan China yang telah dicetuskan Trump menambah ketidakpastian di pasar yang membuat investor gelisah akan kenaikan suku bunga acuan. Saat ini dampak perang dagang belum dirasakan karena tarif bea masuk tinggi baru berlaku, namun ada ketakutan yang menyebar di antara para eksekutif perusahaan dalam waktu dekat akan muncul kabar tidak baik soal kinerja keuangan.

"Pertumbuhan laba perusahaan akan sejalan dengan hal ini," kata Michael Cohn, kepala strategi investasi di Atlantis Asset Management seperti dilansir dari CNBC international, Kamis (11/10/2018). "Kondisi ke depan akan jauh lebih buruk daripada tiga atau empat kuartal terakhir. Ini akan mengerikan. Itu akan membuat sebagian besar pasar modal flat."

Dalam beberapa bulan terakhir Trump sering menyerang The Fed. Kembali ke bulan Juli ketika Wall Street naik tinggi , Trump mengatakan dia "tidak senang" dengan kenaikan suku bunga Fed dan khawatir kebijakan ini akan merusak momentum pertumbuhan ekonomi selama Trump menjabat.

Minggu ini, ketika bursa saham turun dalam secara beruntun dan indeks Dow Jones berjuang untuk tetap positif untuk tahun ini, presiden menyebut "loko" pada The Fed. Itu tidak sepenuhnya adil, meskipun, pengamat pasar mengatakan. "Ini mungkin kombinasi" tarif dan kenaikan bunga acuan, kata Zachary Karabell, mantan kepala strategi global di Envestnet.

The Fed menaikkan suku secara agresif, setelah tujuh tahun bunga acuan mendekati 0% setelah krisis keuangan, untuk mengendalikan inflasi yang sudah sedikit di atas target.

Tarif bea masuk akan meningkatkan biaya barang dan mempengaruhi laba perusahaan. Hal ini tercermin penurunan harga saham. Rata-rata harga saham korporasi sudah turun 3,8% daam dua hari ini.

"Apa yang benar-benar mengkhawatirkan pasar saat ini adalah inflasi," kata Cohn. "The Fed akan sampai pada titik di mana mereka harus menekan inflasi, tetapi memakan waktu dan tren pasar saham akan flat hingga 2019."

Moody's Investors Service memperingatkan perang berbalasan tarif AS dan China akan berdampak pada investasi dan meningkatkan ketegangan. Perusahaan peringkat ini memprediksi akan dampak sektoral dan regional yang signifikan termasuk konsekuensi yang tidak diinginkan pada rantai pasokan domestik.

Bursa AS Rontok, Trump Juga Harus salahkan Diri SendiriFoto:Gubernur The Fed Jerome Powell (Edward Ricardo)

"Industri yang akan menggunakan input impor atau produksi dalam negeri yang lebih mahal akan terlukai," kata Elena Duggar, kata ketua Dewan Makro Ekonomi dalam sebuah pernyataan. "Memindahkan rantai produksi akan menjadi mahal dan meningkatnya ketidakpastian serta mempengaruhi investasi."

Tarif akan berdampak negatif bagi distributor ritel dan grosir furnitur, elektronik, perangkat keras, dan peralatan elektronik AS yang mengambil barang dari China, kata lembaga pemeringkat tersebut. Selain itu, tarif akan memukul sektor konstruksi transportasi, telekomunikasi dan industri manufaktur mesin karena butuh barang setengah jadi.

Akhirnya, pembatasan ekspor dan investasi dengan perusahaan China dapat berdampak pada industri teknologi, terutama semikonduktor, tambah Moody.

"Itu signifikan tetapi belum terjadi. Jadi apa pun yang terjadi saat ini adalah antisipatif," kata Karabell. "Momok itu sudah cukup bagi orang untuk pergi."

[Gambas:Video CNBC]


(roy/roy) Next Article Trump Sebut Anjloknya Bursa 'Koreksi' & Serang The Fed Lagi

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular