
Analisis Teknikal
Inflasi Tahunan Masih Terkendali, Mampukah IHSG Menguat?
Yazid Muamar, CNBC Indonesia
02 October 2018 07:58

Jakarta, CNBC Indonesia - Seiring dengan rilis Badan Pusat Statistik (BPS) yang melaporkan bulan September 2018 telah terjadi deflasi sebesar 0,18% secara bulanan (month-to-month/MTM), secara tahunan (year-on-year/YoY) terjadi inflasi sebesar 2,88%.
Pasar menyikapi data tersebut dengan aksi jual sehingga Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menurun 31 poin (-0,53%) ke 5.944. Sektor konsumer mendorong koreksi tersebut, dengan penurunan sebesar 1,46%, disusul sektor industri dasar sebesar 2,37%.
Deflasi pada September kemarin terjadi karena dua hal, yakni pengendalian bahan makanan yang dilakukan pemerintah dan belum membaiknya konsumsi masyarakat. Masih belum kuatnya konsumsi ini terlihat dari inflasi inti yang menurun menjadi 2,82% (dari posisi Agustus 2,9%).
Kelompok bahan makanan memang tercatat mengalami deflasi hingga 1,62% MtM, serta menyumbang andil inflasi sebesar -0,35%, sehingga capaian tersebut dalam skala perekonomian yang lebih besar dapat disikapi dengan optimisme.
Untuk itu, kami memperkirakan hari ini, Selasa (2/10/2018), IHSG akan bergerak variatif dalam kecenderungan menguat, dengan perkiraan rentang perdagangan antara 5.925 hingga 6.000. Secara teknikal, kemungkinan tersebut dapat terjadi.
Di mulai dengan penutupan kemarin, indeks terlihat membentuk pola grafik bearish harami, yang menunjukan tanda pelemahan meski sifatnya cenderung tidak terlalu kuat.
Ruang penguatan IHSG kembali terbuka, melihat indeks telah keluar dari wilayah jenuh belinya (overbought), sehingga potensi kenaikan masih ada, seperti yang terlihat pada indikator teknikal stochastic slow.
Adapun bursa Amerika kemarin ditutup bervariasi antara lain: Indeks Dow Jones (+0,73%), S&P 500 (+0,36%) dan NASDAQ (-0,11%).
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ags/prm) Next Article IHSG Berpotensi Menguat, di Tengah Koreksi Bursa Dunia
Pasar menyikapi data tersebut dengan aksi jual sehingga Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menurun 31 poin (-0,53%) ke 5.944. Sektor konsumer mendorong koreksi tersebut, dengan penurunan sebesar 1,46%, disusul sektor industri dasar sebesar 2,37%.
Deflasi pada September kemarin terjadi karena dua hal, yakni pengendalian bahan makanan yang dilakukan pemerintah dan belum membaiknya konsumsi masyarakat. Masih belum kuatnya konsumsi ini terlihat dari inflasi inti yang menurun menjadi 2,82% (dari posisi Agustus 2,9%).
Untuk itu, kami memperkirakan hari ini, Selasa (2/10/2018), IHSG akan bergerak variatif dalam kecenderungan menguat, dengan perkiraan rentang perdagangan antara 5.925 hingga 6.000. Secara teknikal, kemungkinan tersebut dapat terjadi.
![]() |
Ruang penguatan IHSG kembali terbuka, melihat indeks telah keluar dari wilayah jenuh belinya (overbought), sehingga potensi kenaikan masih ada, seperti yang terlihat pada indikator teknikal stochastic slow.
Adapun bursa Amerika kemarin ditutup bervariasi antara lain: Indeks Dow Jones (+0,73%), S&P 500 (+0,36%) dan NASDAQ (-0,11%).
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ags/prm) Next Article IHSG Berpotensi Menguat, di Tengah Koreksi Bursa Dunia
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular