Harga Minyak Tembus US$80/barel, Ini Untung-Ruginya Bagi RI

Raditya Hanung, CNBC Indonesia
26 September 2018 18:45
Harga Minyak Melangit, Pertamina Makin Sakit
Foto: Ilustrasi Pengisian BBM Pertamina (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Bagaimana dengan subsidi untuk premium? Sejak awal masa kepemimpinannya, Jokowi memang sudah mengambil langkah tegas dengan tidak lagi mengalokasikan subsidi untuk premium. Akan tetapi, presiden ke-7 RI ini memutuskan untuk menahan harga premium setidaknya hingga tahun 2019.

Akibatnya, kerugian akibat selisih harga jual premium saat ini dengan kenaikan harga minyak dunia, murni ditanggung oleh Pertamina. Terlebih, lagi-lagi Jokowi mengambil langkah yang lebih kontroversial dengan membuka lagi keran pasokan premium ke Jawa-Madura-Bali (Jamali).

Tak pelak beban Pertamina, selaku distributor bahan bakar minyak terbesar di RI, semakin besar. Mengutip riset dari Bank Mandiri, Pertamina bisa merugi hingga Rp2,8 triliun setiap harga minyak Brent naik US$1 per barel.

Deputi Bidang Pertambangan, Industri Strategis, dan Media Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Fajar Harry Sampurno juga memaparkan kondisi keuangan Pertamina yang seret di tengah kenaikan harga minyak global.

Pertamina yang biasanya bisa kantongi laba hingga puluhan triliun rupiah dalam satu semester, kini sedang terseok-terseok. Laba perseroan migas terbesar RI ini, kata Fajar, tak sampai Rp 5 triliun.

"Iya, baru tercapai semester 1 tidak sampai Rp 5 triliun. Jauh lah dari RKAP (Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan) Rp 32 triliun, pasti prognosanya akan berubah, termasuk juga harga ICP dan kurs," ujar Fajar.

Jadi, dengan kenaikan harga minyak, apakah negara ini lebih untung? Atau malah buntung? Silakan pembaca menyimpulkan sendiri dengan membaca paparan di atas.

(TIM RISET CNBC INDONESIA) (RHG/gus)

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular