Manufaktur Jepang dan China Terkontraksi, Harga Minyak Loyo

Taufan Adharsyah, CNBC Indonesia
28 February 2019 16:52
Harga minyak semakin terkoreksi pada sore hari ini (28/2/2019) akibat rilis data manufaktur jepang dan China
Foto: Ilustrasi: Minyak mengalir keluar dari semburan dari sumur 1859 asli Edwin Drake yang meluncurkan industri perminyakan modern di Museum dan Taman Drake Well di Titusville, Pennsylvania AS, 5 Oktober 2017. REUTERS / Brendan McDermid / File Foto
Jakarta, CNBC Indonesia - Sentimen negatif nampaknya semakin dominan mempengaruhi pergerakan harga minyak mentah pada sore hari ini (28/2/2019).

Hingga pukul 15:45 WIB harga minyak jenis Brent turun 0,71% ke posisi US$ 65,92/barel, sedangkan lightsweet (WTI) melemah 0,54% ke level US$ 56,63/barel.

Koreksi harga minyak terjadi setelah naik cukup taja, kemarin (27/2/2019), dimana Brent dan WTI melesat masing-masing sebesar 1,81% dan 2,59%.

Pada posisi yang sekarang, harga minyak sudah turun sekitar 1,1% selama sepekan (point-to-point). Sedangkan sejak awal tahun si emas hitam ini mampu membukukan penguatan harga sekitar 23%.



Aktivitas industri di Jepang dan China yang ternyata masih tertekan akibat perekonomian global yang melambat memberi energi negatif yang cukup kuat menekan harga minyak.

Hal tersebut tercermin dari Purchasing Manager's Indeks (PMI) manufaktur China periode Februari yang dibacakan di posisi 49,2. Lebih rendah dari prediksi konsensus pasar yang sebesar 49,5 dan sekaligus menjadi yang terendah dalam 3 tahun. Sebagai informasi, angka di bawah 50 berarti terjadi kontraksi, dan berlaku sebaliknya.

Nasib serupa juga terjadi di Jepang, dimana produksi pabrik periode Januari turun 3,7% month-to-month (MtM). Ini merupakan indikator yang kuat menggambarkan ekonomi Negeri Sakura yang masih tertekan akibat lesunya permintaan dari China.

Saat kegiatan produksi pabrik melambat, maka dampaknya juga bisa mempengaruhi permintaan energi. Alhasil pelaku pasar kembali memperhitungkan turunnya permintaan minyak lebih dalam. Harga minyak pun kelebihan beban.

Untungnya, gerakan mengurangi pasokan minyak dunia yang dimotori oleh Organisasi Negara-Negara Pengekspor Minyak (OPEC) bersama sekutunya (termasuk Russia) bisa memberi sokongan yang mencegah harga turun lebih dalam.

Seperti yang telah luas diketahui, pada awal Desember 2018 silam, OPEC dan sekutunya telah bersepakat untuk mengurangi pasokan minyak sebesar 1,2 juta barel/hari yang dimulai sejak awal Januari

Selain itu, Energi Information Administration (EIA) melaporkan bahwa inventori minyak mentah Amerika Serikat (AS) untuk minggu yang berakhir pada 22 Februari turun hingga 8,6 juta barel dari minggu sebelumnya. Sama halnya dengan inventori bensin yang juga terkuras 1,6 juta barel.

Artinya, tingkat konsumsi masyarakat AS masih terbilang cukup baik, bahkan di atas ekspektasi pasar.

TIm RISET CNBC INDONESIA
(taa/gus) Next Article Sepekan Melejit 5% Lebih, Harga Minyak Dunia kini Terpeleset

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular