Internasional

Harga Minyak Tinggi, Trump Tuding OPEC 'Curangi' Dunia

Rehia Sebayang, CNBC Indonesia
26 September 2018 11:07
Trump ingin harga minyak bertahan di kisaran US$70-US$80 per barel untuk mempertahankan harga minyak di AS stabil di US$3 per galon.
Foto: REUTERS/Kevin Lamarque
Jakarta, CNBC Indonesia - Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump pada Selasa (25/9/2018) dalam pertemuan para pemimpin dunia mengatakan bahwa OPEC mencurangi dunia. Keluhan yang telah dia ungkapkan sepanjang tahun di twitter itu akhirnya ia sampaikan di markas besar PBB.

"OPEC dan negara-negara yang tergabung dengan OPEC seperti biasa mencurangi seluruh dunia, dan saya tidak menyukainya. Tak seorang pun boleh menyukainya," katanya sebelum rapat Majelis Umum PBB di New York City dimulai.

"Kami membela banyak dari negara-negara tersebut dalam berbagai hal, dan kemudian mereka memanfaatkan kami dengan memberi kami harga minyak yang tinggi. Itu tidak bagus." Tambahnya, seperti dilansir dari CNBC International.

Pernyataan Trump diluncurkan hanya beberapa hari setelah OPEC, Rusia dan beberapa produsen minyak menolak permintaan AS untuk mengurangi harga minyak mentah dengan meningkatkan output.


Koalisi negara eksportir minyak itu telah membatasi output sejak Januari 2017 untuk mengakhiri penurunan harga minyak yang merugikan, membuat ratusan perusahaan minyak Amerika terpukul, dan telah menambah tekanan keuangan pada negara-negara penghasil minyak mentah.

Trump menyalahkan kebijakan tersebut untuk mendorong harga minyak berjangka menjadi kisaran US$70-US$80 per barel dan menjaga harga rata-rata nasional di sekitar US$3 per galonnya.

Namun, OPEC dan sekutunya telah memotong output lebih dari yang diantisipasi karena ada masalah produksi di berbagai negara eksportir minyak seperti Venezuela dan Libya. Pada bulan Juni, kelompok tersebut setuju untuk meningkatkan sebagian dari output tersebut dan kembali ke tujuannya untuk memasok 1,8 juta barel per hari ke luar pasar.

Namun, keputusan Trump pada bulan Mei untuk menarik AS keluar dari kesepakatan nuklir Iran 2015 dan mengembalikan sanksi pada negara yang merupakan produsen terbesar ketiga OPEC, juga merupakan faktor utama di balik reli harga minyak tahun ini.

Pemerintahan Trump telah turut andil mendorong kenaikan harga musim panas ini dengan mengatakan pembeli minyak mereka harus berhenti membeli minyak mentah Iran pada 4 November atau akan menghadapi sanksi AS.

Batas waktu yang singkat itu membuat berbagai pihak bertanya-tanya apakah eksportir seperti Arab Saudi dan produsen lainnya dapat mengisi kesenjangan dan memasok sekitar 1 juta barel per hari yang hilang dari Iran dalam beberapa bulan mendatang.

"OPEC sebenarnya telah menjadi responden pertama yang cukup bagus. Mereka telah menambahkan sejumlah besar barel minyak di pasar sejak Presiden Trump mulai men-tweet dan sejak pertemuan Juni," kata Helima Croft, kepala strategi komoditas global di RBC Capital Markets.
 
"Tantangan nyata bagi OPEC untuk maju dan untuk Presiden Trump adalah tidak adanya banyak gas di dalam tangki," katanya Helima. "Arab Saudi telah memangkas sekitar 320.000 barel lebih banyak dari rekor tertinggi produksi sebelum melakukan pemotongan output pada 2016, dan ada tanda tanya tentang seberapa jauh mereka benar-benar bisa melampaui jumlah itu dalam waktu dekat."

Harga minyak mentah Brent naik ke level tertinggi dalam hampir empat tahun, di atas US$ 82 per barel pada hari Selasa setelah OPEC dan sekutu-sekutunya mengatakan mereka akan tetap pada rencana yang mereka sepakati pada bulan Juni.

Harga Minyak Tinggi, Trump Tuding OPEC 'Curangi' DuniaFoto: Infografis/Defisit Migas/Edward Ricardo




(roy) Next Article Trump Protes, Sudikah OPEC Turunkan Harga Minyak?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular