Investor Global Tunggu Fed Fund Rate, Obligasi Melemah

Houtmand P Saragih & Irvin Avriano Arief, CNBC Indonesia
25 September 2018 18:31
Dari keempat seri acuan, ada tiga seri yang melemah dan hanya satu seri acuan yang menguat.
Foto: Freepik
Jakarta, CNBC Indonesia - Harga obligasi rupiah pemerintah melemah seiring dengan penantian pelaku pasar terhadap kenaikan suku bunga acuan Amerika Serikat (AS) dan bank sentral Indonesia. 

Merujuk data Reuters, koreksi harga surat berharga negara (SBN) itu tercermin dari empat seri acuan (benchmark) yang sekaligus mengangkat tingkat imbal hasilnya (yield). Pergerakan harga dan yield obligasi saling bertolak belakang di pasar sekunder. Yield juga lebih umum dijadikan acuan transaksi obligasi dibanding harga karena mencerminkan kupon, tenor, dan risiko dalam satu angka. 

Keempat seri yang menjadi acuan itu adalah FR0063 bertenor 5 tahun, FR0064 bertenor 10 tahun, FR0065 bertenor 15 tahun, dan FR0075 bertenor 30 tahun. 

Dari keempat seri acuan, ada tiga seri yang melemah dan hanya satu seri acuan yang menguat. Tiga seri yang melemah adalah seri acuan 5 tahun, 10 tahun, dan 20 tahun yang mengalami kenaikan yield 8 basis poin (bps), 5 bps, dan 6 bps menjadi 8,22%, 8,22%, dan 8,68%. Besaran 100 bps setara dengan 1%. 

Seri acuan yang menguat adalah seri 15 tahun, yang mengalami penurunan yield 1 bps menjadi 8,42%. Koreksi pasar obligasi ini diiringi oleh menguatnya dolar AS terhadap mata uang hampir seluruh dunia ketika pelaku pasar menunggu ketok palu kenaikan suku bunga acuan AS yaitu Fed Fund Rate yang kemungkinan besar akan diikuti oleh kenaikan suku bunga acuan Indonesia (7DRRR). 

Selain sentimen tersebut, perang dagang AS-China, kenaikan harga minyak mentah dunia serta koreksi pasar obligasi AS yang membuat yield-nya naik, dan lelang rutin turut mempengaruhi kontraksi pasar surat utang rupiah pemerintah hari ini. 

Dalam lelang hari ini, pemerintah sukses menerbitkan Rp 20 triliun SBN dengan nilai permintaan yang ramai yaitu mencapai Rp 51,5 triliun. Angka permintaan pelaku pasar itu di atas permintaan lelang SBN konvensional terakhir dan rerata permintaan sejak awal tahun. 

Yield Obligasi Negara Acuan 25 Sep 2018
SeriBenchmarkYield 24 Sep 2018 (%) Yield 25 Sep 2018 (%)Selisih (basis poin)
FR00635 tahun8.1458.2298.40
FR006410 tahun8.1758.2275.20
FR006515 tahun8.4398.424-1.50
FR007520 tahun8.6258.6886.30
Avg movement4.60
Sumber: Reuters 

Koreksi pasar obligasi pemerintah hari ini juga tercermin pada harga obligasi wajarnya, yang tercemin oleh turunnya indeks INDOBeX Government Total Return milik PT Penilai Harga Efek Indonesia (PHEI/IBPA). Indek tersebut turun tipis 0,05 poin (0,02%) menjadi 227,77 dari posisi kemarin 227,83. 

Koreksi SBN hari ini juga membuat selisih(spread) obligasi rupiah pemerintah tenor 10 tahun dengan surat utang pemerintah AS (US Treasury) tenor serupa mencapai 511 bps. 

Yield US Treasury 10 tahun mencapai 3,1% dan menunjukkan koreksi karena adanya tekanan jual di pasar surat utang yang disebabkan pengalihan aset investor global ke instrumen ekuitas di Negeri Paman Trump menuju kenaikan suku bunga acuan. 

Spread masih lebar (di atas level psikologis 500 bps), seharusnya dapat membuat investor global menilai perlu menyeimbangkan (rebalancing) portofolionya dalam jangka pendek. Rebalancing tersebut membuat investasi di pasar SBN rupiah menjadi sedikit lebih menarik karena lebih murah dibandingkan dengan sebelumnya. 

Posisi penutupan sore ini membuat yield seri acuan 10 tahun lebih rendah dibanding 5 tahun. Kondisi itu mencerminkan adanya potensi kurva yield terbalik (inverted yield curve) yang biasanya dijadikan tolak ukur terhadap potensi tekanan perekonomian sebuah negara ke depannya. 

Terkait dengan porsi investor di pasar SBN, saat ini investor asing menggenggam Rp 843 miliar (36,9% dari total SBN beredar Rp 2.286 triliun pada posisi 24 September 2018. Jumlah tersebut sudah naik dari posisi Rp 835 triliun (berporsi 36,57% dari total Rp 2.285 triliun) pada 14 September yang menjadi posisi terendah sejak November 2017. 

Persentase itu menunjukkan sudah mulai masuknya arus dana investor asing ke dalam pasar SBN rupiah senilai Rp 8,27 triliun. 

Koreksi di pasar surat utang hari ini juga terjadi di pasar ekuitas dan pasar nilai tukar mata uang, di mana Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) turun 0,13% menjadi 5.874 dan rupiah melemah 0,37% menjadi Rp 14.915 di hadapan setiap dolar AS. Posisi dolar AS menjadi yang terlemah sejak 5 September dan menjadi yang terparah di Asia.   

TIM RISET CNBC INDONESIA
(irv) Next Article Lagi! Minat Investor di Lelang Sukuk Melonjak dan Cetak Rekor

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular