Pasar Obligasi Pemerintah Dikepung Sentimen Luar-Dalam

Irvin Avriano A., CNBC Indonesia
25 September 2018 09:20
Pelemahan rupiah terhadap dolar AS, kenaikan harga minyak mentah dunia, dan rencana kenaikan suku bunga acuan The Fed.
Foto: CNBC Indonesia
Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar surat berharga negara (SBN) diprediksi melemah karena adanya beberapa sentimen dari dalam dan luar negeri.

Dalam risetnya pagi ini, Analis Fixed Income PT Mirae Asset Sekuritas Indonesia Dhian Karyantono menyatakan beberapa faktor tersebut adalah koreksi pasar obligasi AS yang membuat tingkat imbal hasilnya (yield) naik, dan lelang rutin.

Selanjutnya adalah pelemahan rupiah terhadap dolar AS, kenaikan harga minyak mentah dunia, dan rencana kenaikan suku bunga acuan The Fed.

Untuk lelang rutin sendiri, Dhian menyarankan investor turut berpartisipasi dalam lelang siang nanti.

"Dengan pertimbangan proyeksi tingginya yield yang dimenangkan dan adanya potensi kenaikan harga SBN dalam jangka pendek, kami menyarankan investor untuk berpartisipasi di dalam lelang SBN kali ini khususnya untuk seri baru," ujarnya.

Associate Director PT Kiwoom Sekuritas Indonesia Meximilianus Nico Demus dalam risetnya memprediksi lelang akan ramai dan permintaan pelaku pasar akan lebih besar dibanding lelang sebelumnya.

"Fokusnya adalah obligasi tenor 5 tahun dan 10 tahun."

Dia merekomendasi pelaku pasar untuk menahan aksi beli-jual (hold) dan fokus pada lelang.

Lelang siang ini memiliki target indikatif
sebesar Rp 10 triliun-Rp 20 triliun. Seri yang diperdagangkan adalah SPN03181226, SPN12190606, FR0077, FR0078, FR0065, dan FR0075.

FR0077 dan FR0078 adalah seri baru yang akan dijadikan seri acuan 5 tahun dan 10 tahun untuk tahun depan.

Menjelang lelang, pelaku pasar SBN biasanya akan berusaha membuat pasar terkoreksi sehingga mengangkat yield. Ketika yield naik, pelaku pasar dapat memasukkan yield penawaran lelang pada level yang sulit sehingga pemerintah memiliki posisi tawar yang lebih kecil karena yang memiliki kewajiban menjaga biaya dana (cost of fund) dan di sisi lain juga memiliki kewajiban mendapatkan dana dari penerbitan surat utang.

Di sisi lain, harga minyak Brent sudah mencapai US$ 81 per barel setelah tidak tercapainya kesepakatan di antara anggota OPEC untuk menambah kapasitas produksi dan dampak dari embargo Iran oleh AS.

TIM RISET CNBC INDONESIA
(irv/hps) Next Article AS-China Mau Damai, Pasar SUN Bakal Semarak Nih

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular