Harga Obligasi RI Jatuh Lagi, Tren Koreksi Berpotensi Lanjut

Irvin Avriano Arief, CNBC Indonesia
30 April 2019 12:51
Harga obligasi rupiah pemerintah kembali terkoreksi dan membuka peluang membentuk tren penurunan 7 hari berturut-turut, terpanjang sejak awal Maret.
Foto: Ilustrasi Obligasi (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Jakarta, CNBC Indonesia - Harga obligasi rupiah pemerintah kembali terkoreksi dan membuka peluang membentuk tren penurunan 7 hari berturut-turut, terpanjang sejak awal Maret. 

Turunnya harga surat utang negara (SUN) itu tidak senada dengan apresiasi yang terjadi di pasar surat utang pemerintah negara berkembang yang lain.  

Data Refinitiv menunjukkan terkoreksinya harga SUN itu tercermin dari empat seri acuan (benchmark) yang sekaligus menaikkan tingkat imbal hasilnya (yield).  

Pergerakan harga dan yield obligasi saling bertolak belakang di pasar sekunder. Yield juga lebih umum dijadikan acuan transaksi obligasi dibanding harga karena mencerminkan kupon, tenor, dan risiko dalam satu angka. 

SUN adalah surat berharga negara (SBN) konvensional rupiah yang perdagangannya paling ramai di pasar domestik, sehingga dapat mencerminkan kondisi pasar obligasi secara umum. 

Keempat seri yang menjadi acuan itu adalah FR0077 bertenor 5 tahun, FR0078 bertenor 10 tahun, FR0068 bertenor 15 tahun, dan FR0079 bertenor 20 tahun. 

Seri acuan yang paling melemah adalah FR0077 yang bertenor 5 tahun dengan kenaikan yield 5,2 basis poin (bps) menjadi 7,26%. Besaran 100 bps setara dengan 1%.  

Koreksi sudah terjadi 6 hari berturut-turut sejak awal pekan lalu di tengah ancaman perlambatan ekonomi negara dunia dan perang dagang, meskipun pekan ini sudah mulai mereda.

  
Yield Obligasi Negara Acuan 30 Apr'19
SeriJatuh tempoYield 29 Apr'19 (%)Yield 30 Apr'19 (%)Selisih (basis poin)Yield wajar IBPA 29 Apr'19
FR00775 tahun7.2127.2645.207.2072
FR007810 tahun7.7787.7911.307.7397
FR006815 tahun8.2228.2250.308.2064
FR007920 tahun8.338.3431.308.32
Avg movement2.03
Sumber: Refinitiv  

Terkait dengan porsi investor di pasar SBN, data Ditjen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kemenkeu (DJPPR) terakhir menunjukkan investor asing menggenggam Rp 964,74 triliun SBN, atau 38,53% dari total beredar Rp 2.504 triliun berdasarkan data per 26 April.  

Angka kepemilikannya masih positif Rp71,49 triliun dibanding posisi akhir Desember Rp 893,25 triliun, sehingga persentasenya masih naik dari 37,71% pada periode yang sama. 

Dari pasar surat utang negara berkembang, penguatan terjadi di China, India, Rusia, Singapura, dan Afsel. 

Di negara maju, tidak ada pasar obligasi yang menguat.

Yield Obligasi Tenor 10 Tahun Negara Maju & Berkembang   
NegaraYield 29 Apr'19 (%)Yield 30 Apr'19 (%)Selisih (basis poin)
Brasil8.979.0053.50
China3.433.425-0.50
Jerman0.0010.0070.60
Perancis0.3650.3670.20
Inggris1.1581.160.20
India7.4097.395-1.40
Jepang-0.044-0.0350.90
Malaysia3.7933.7990.60
Filipina6.0256.0250.00
Rusia8.268.17-9.00
Singapura2.182.175-0.50
Thailand2.472.470.00
Amerika Serikat2.5362.527-0.90
Afrika Selatan8.5758.535-4.00
Sumber: Refinitiv  

TIM RISET CNBC INDONESIA
(irv/hps) Next Article Laris Manis! RI Sukses Jual Surat Utang dalam Dolar dan Euro

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular