Ramalan Sri Mulyani di 2019: PDB 5,3%, Waspada Bunga Tinggi!
24 September 2018 14:25

Jakarta, CNBC Indonesia - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati memproyeksikan pertumbuhan ekonomi di tahun politik atau 2019 bisa mencapai 5,3%. Namun ia menggarisbawahi tingginya suku bunga yang akan terjadi di tahun pemilu tersebut.
"2019 kita lihat ekonomi bisa tumbuh 5,3%. Didorong oleh konsumsi rumah tangga bisa 5,1%, kemudian investasi harus 7% dan ekspor-impor masing-masing 5,3% dan 7,1%," kata Sri Mulyani dalam acara Indonesia Economic Outlook Forum 2019 di Kantor BKF Kemenkeu, Senin (24/9/2018).
Dijelaskan Sri Mulyani, dari sisi pengeluaran pemerintah masih akan bergantung dari tingginya pertumbuhan manufaktur. Walaupun pertanian masih bisa positif.
"Dari sisi suppy side, pertanian harus tumbuh di atas 3%, kemudian pertambangan, penggalian juga positif walau tahun sebelumnya berat. Khusus manufaktur diharapkan bisa di atas 5% sama seperti 3 tahun terakhir," paparnya.
"Namun harus diwaspadai suku bunga akan ada tekanan naik. Jika dibandingkan 2017 dan 2018 ada di bawah 5% nah nanti 2019 bisa sampai mendekati 5% atau mencapai 5,2%," papar Sri Mulyani.
Sri Mulyani mengakui, pada 2019 mendatang kebijakan moneter di AS menjadi tantangan dalam menjaga stabilitas dan pergerakan nilai tukar, yang nantinya juga akan memengaruhi arus modal secara global.
"Perekonomian Indonesia di tahun depan memang masih akan dipengaruhi perkembangan sektor keuangan global," tutur Sri Mulyani.
Kendati demikian, Sri Mulyani menyebutkan, pemerintah memiliki tiga strategi fiskal yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan tema kebijakan fiskal di 2019, yakni 'APBN untuk mendorong investasi dan daya saing'.
"Fokus kita bagaimana fiskal policy memperbaiki alokasi dan distribusi. Maka Sumber Daya Manusia (SDM) menjadi sesuatu yang sangat penting. Kita juga perlu memperbaiki investment policy karena itu birocratic reform tetap dilakukan. Fiskal policy kita buat tetap defisit tapi menurun," tutupnya.
(dru/dru)
"2019 kita lihat ekonomi bisa tumbuh 5,3%. Didorong oleh konsumsi rumah tangga bisa 5,1%, kemudian investasi harus 7% dan ekspor-impor masing-masing 5,3% dan 7,1%," kata Sri Mulyani dalam acara Indonesia Economic Outlook Forum 2019 di Kantor BKF Kemenkeu, Senin (24/9/2018).
Dijelaskan Sri Mulyani, dari sisi pengeluaran pemerintah masih akan bergantung dari tingginya pertumbuhan manufaktur. Walaupun pertanian masih bisa positif.
![]() |
"Namun harus diwaspadai suku bunga akan ada tekanan naik. Jika dibandingkan 2017 dan 2018 ada di bawah 5% nah nanti 2019 bisa sampai mendekati 5% atau mencapai 5,2%," papar Sri Mulyani.
Sri Mulyani mengakui, pada 2019 mendatang kebijakan moneter di AS menjadi tantangan dalam menjaga stabilitas dan pergerakan nilai tukar, yang nantinya juga akan memengaruhi arus modal secara global.
"Perekonomian Indonesia di tahun depan memang masih akan dipengaruhi perkembangan sektor keuangan global," tutur Sri Mulyani.
Kendati demikian, Sri Mulyani menyebutkan, pemerintah memiliki tiga strategi fiskal yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan tema kebijakan fiskal di 2019, yakni 'APBN untuk mendorong investasi dan daya saing'.
"Fokus kita bagaimana fiskal policy memperbaiki alokasi dan distribusi. Maka Sumber Daya Manusia (SDM) menjadi sesuatu yang sangat penting. Kita juga perlu memperbaiki investment policy karena itu birocratic reform tetap dilakukan. Fiskal policy kita buat tetap defisit tapi menurun," tutupnya.
Artikel Selanjutnya
Sri Mulyani: Ini Kesekian Kali RI dapat Tekanan Pelebaran CAD
(dru/dru)