Defisit Neraca Dagang Capai US$ 1 M, IHSG Anjlok 1,67%
Anthony Kevin, CNBC Indonesia
17 September 2018 11:42

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kian terpuruk pasca Badan Pusat Statistik (BPS) merilis data ekspor-impor periode Agustus. Sepanjang Agustus, ekspor tercatat tumbuh sebesar 4,15% YoY, jauh di bawah konsensus yang dihimpun CNBC Indonesia sebesar 10,1% YoY.
Sementara itu, impor tumbuh sebesar 24,65% YoY, sedikit di bawah ekspektasi yang sebesar 25% YoY. Lantas, defisit neraca dagang adalah sebesar US$ 1 miliar, jauh lebih tinggi dari konsensus yang sebesar US$ 645 juta.
Sebelum seluruh data tersebut diumumkan, IHSG diperdagangkan di level 5.862,36 (-1,16% dibandingkan penutupan perdagangan hari Jumat, 14/9/2018). Kini, IHSG diperdagangkan di level 5.838,39 atau turun sebesar 1,67%.
Defisit neraca dagang yang lebih besar dari ekspektasi menandakan bahwa masalah bengkaknya defisit neraca berjalan/current account deficit (CAD) masih sulit untuk diatasi. Seperti yang kita ketahui, bengkaknya CAD merupakan biang kerok dari pelemahan rupiah yang terjadi belakangan ini. Saat ini, rupiah melemah 0,57% di pasar spot ke level Rp 14.885/dolar AS.
Lebih lanjut, sebagai komponen yang memberikan kontribusi positif dalam perhitungan Produk Domestik Bruto (PDB), pertumbuhan ekspor yang lemah tentu menimbulkan ekspektasi bahwa pertumbuhan ekonomi di sisa tahun ini akan tertekan. Sebagai instrumen berisiko, saham tentu menjadi kurang menarik kala ada persepsi bahwa perekonomian akan lesu.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(roy) Next Article Neraca Dagang Defisit US$ 1,63 M, IHSG Makin Terperosok 1,4%
Sementara itu, impor tumbuh sebesar 24,65% YoY, sedikit di bawah ekspektasi yang sebesar 25% YoY. Lantas, defisit neraca dagang adalah sebesar US$ 1 miliar, jauh lebih tinggi dari konsensus yang sebesar US$ 645 juta.
Lebih lanjut, sebagai komponen yang memberikan kontribusi positif dalam perhitungan Produk Domestik Bruto (PDB), pertumbuhan ekspor yang lemah tentu menimbulkan ekspektasi bahwa pertumbuhan ekonomi di sisa tahun ini akan tertekan. Sebagai instrumen berisiko, saham tentu menjadi kurang menarik kala ada persepsi bahwa perekonomian akan lesu.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(roy) Next Article Neraca Dagang Defisit US$ 1,63 M, IHSG Makin Terperosok 1,4%
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular