
Selamatkan Rupiah, Ini Resep Manjur dari Kepala BKF
Exist In Exist, CNBC Indonesia
15 September 2018 10:33

Jakarta, CNBC Indonesia - Neraca pembayaran Indonesia (NPI) merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pergerakanĀ nilai tukar rupiah terhadap dolar AS.
Untuk itu, Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF), Suahasil Nazara, mengatakan salah satu cara untuk menyelamatkan rupiah dariĀ tekanan dolar AS saat ini adalah dengan mengurangi defisit NPI.
"Sebelumnya saya sampaikan solusi utamanya: naikkan ekspor, turunkan impor. Itu untuk memperbaiki neraca transaksi berjalan. Lalu, kita juga musti masukkan modal baik investasi langsung FDI, maupun investasi di pasar keuangan," ujarnya, seperti dikutip dari laman Facebooknya, Sabtu (15/9/2018).
Sebagai informasi, mengutip laporan NPI Bank Indonesia (BI), pada triwulan II-2018 tercatatĀ defisit NPI sebesar US$ 4,3 miliar atau sekitar Rp 62,35 triliun (kurs Rp 14.500/US$).
Defisit NPI ini dipengaruhi oleh meningkatnya defisit neraca transaksi berjalan atau current account deficit (CAD) yang belum dapat sepenuhnya dibiayai oleh surplus transaksi dan finansial.
CAD pada triwulan II-2018 tercatat sebesar US$ 8 miliar atau sekitar Rp 116 triliun (3% terhadap PDB), lebih tinggi dibandingkan defisit pada triwulan I-2018 sebesar US$ 5,7 miliar atau sekitar Rp 73,95 triliun (2,2% terhadap PDB).
Pelemahan rupiah yang saat ini sudah menembus level Rp 14.800/US$, jelas Suahasil, seharusnya bisa menjadi peluang bagi eksportir untuk menjual produknya lebih murah dan mendapat pendapatan yang lebih besar.
Sayangnya, untuk meningkatkan produksi, industri manufaktur masih harus mengimpor bahan baku dan barang modal yang ongkosnya akan menjadi lebih mahal karena pelemahan rupiah.
"Maka ekspor barang manufaktur belum tentu juga jadi lebih murah. Ketergantungan kita terhadap impor barang modal dan bahan baku ini membuat sektor manufaktur kita tidak bisa memanfaatkan pelemahan IDR. Musti dicari solusinya," pungkasnya.
(roy) Next Article Subsidi Solar Ditambah, Nasib Rupiah Bisa Makin Suram
Untuk itu, Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF), Suahasil Nazara, mengatakan salah satu cara untuk menyelamatkan rupiah dariĀ tekanan dolar AS saat ini adalah dengan mengurangi defisit NPI.
Defisit NPI ini dipengaruhi oleh meningkatnya defisit neraca transaksi berjalan atau current account deficit (CAD) yang belum dapat sepenuhnya dibiayai oleh surplus transaksi dan finansial.
CAD pada triwulan II-2018 tercatat sebesar US$ 8 miliar atau sekitar Rp 116 triliun (3% terhadap PDB), lebih tinggi dibandingkan defisit pada triwulan I-2018 sebesar US$ 5,7 miliar atau sekitar Rp 73,95 triliun (2,2% terhadap PDB).
Pelemahan rupiah yang saat ini sudah menembus level Rp 14.800/US$, jelas Suahasil, seharusnya bisa menjadi peluang bagi eksportir untuk menjual produknya lebih murah dan mendapat pendapatan yang lebih besar.
Sayangnya, untuk meningkatkan produksi, industri manufaktur masih harus mengimpor bahan baku dan barang modal yang ongkosnya akan menjadi lebih mahal karena pelemahan rupiah.
"Maka ekspor barang manufaktur belum tentu juga jadi lebih murah. Ketergantungan kita terhadap impor barang modal dan bahan baku ini membuat sektor manufaktur kita tidak bisa memanfaatkan pelemahan IDR. Musti dicari solusinya," pungkasnya.
(roy) Next Article Subsidi Solar Ditambah, Nasib Rupiah Bisa Makin Suram
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular