
Banjir Sentimen Negatif, Harga CPO Turun 4 Hari Beruntun
Raditya Hanung, CNBC Indonesia
12 September 2018 12:44

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga minyak sawit mentah (Crude Palm Oil/CPO) kontrak November 2018 di Bursa Derivatif Malaysia melemah sebesar 0,13% ke level MYR2.263/ton pada perdagangan hari ini Rabu (12/9/2018) hingga pukul 11.30 WIB.
Dengan pergerakan itu, harga komoditas agrikultur unggulan Indonesia dan Malaysia ini sudah melemah 4 hari berturut-turut. Padahal, memasuki bulan September, harga CPO sempat perkasa, bahkan sempat menguat nyaris 2% pada perdagangan hari Selasa (4/9/2018).
Pelemahan harga CPO berpotensi semakin dalam seiring membanjirnya sentimen negatif, khususnya datang dari turunnya harga minyak kedelai serta bertambahnya stok minyak kelapa sawit melebihi ekspektasi pasar.
Hari ini, Malaysian Palm Oil Board (MPOB) melaporkan bahwa stok minyak kelapa sawit Malaysia ada akhir Agustus 2018 meningkat 12,4% secara bulanan (month-to-month/MtM) ke angka 2,49 juta ton. Jumlah itu merupakan yang tertinggi dalam 6 bulan terakhir.
Peningkatan itu juga mampu melampaui konsensus yang dihimpun Reuters, di mana stok akhir minyak kelapa sawit Malaysia di bulan lalu diekspektasikan naik 9% MtM ke angka 2,41 juta ton.
BACA: Produksi Diproyeksi Kuat, Harga CPO Turun 3 Hari Beruntun
Sementara itu, ekspor minyak kelapa sawit Negeri Jiran pada Agustus 2018 juga dilaporkan turun 8,11% MtM ke level 1,1 juta ton, masih mengutip data dari MPOB. Penurunan itu lebih besar dari ekspektasi pasar yang memproyeksikan ekspor bulan lalu naik 2,3% MtM ke 1,23 juta ton.
Berita yang lumayan positif datang dari produksi CPO Malaysia yang hanya tumbuh 7,9% MtM ke 1,62 juta ton di bulan lalu, masih lebih sedikit dari prediksi penambahan sebesar 9,9% MtM ke angka 1,65 juta ton. Meski demikian, realisasi produksi bulan lalu merupakan yang tertinggi di tahun 2018 ini.
Selain itu, faktor lain yang menekan harga CPO adalah pelemahan harga minyak nabati lainnya. Pada penutupan perdagangan kemarin, harga minyak kedelai kontrak acuan di Chicago Board of Trade (CBoT) turun hingga 1,07%.
Mencuatnya tensi perang dagang Amerika Serikat (AS) vs China kembali menghantui komoditas agrikultur unggulan Negeri Paman Sam ini. Teranyar, China melapor ke Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) untuk memberikan sanksi bagi Negeri Paman Sam.
Seperti diketahui, harga CPO dipengaruhi oleh pergerakan harga minyak nabati lainnya, seiring mereka bersaing memperebutkan pangsa pasar minyak nabati global. Ketika harga minyak kedelai turun, kecenderungannya adalah harga CPO akan ikut melemah.
(RHG/gus) Next Article Pertemuan AS-China Bawa Harga CPO Naik 3 Hari Beruntun
Dengan pergerakan itu, harga komoditas agrikultur unggulan Indonesia dan Malaysia ini sudah melemah 4 hari berturut-turut. Padahal, memasuki bulan September, harga CPO sempat perkasa, bahkan sempat menguat nyaris 2% pada perdagangan hari Selasa (4/9/2018).
Pelemahan harga CPO berpotensi semakin dalam seiring membanjirnya sentimen negatif, khususnya datang dari turunnya harga minyak kedelai serta bertambahnya stok minyak kelapa sawit melebihi ekspektasi pasar.
Hari ini, Malaysian Palm Oil Board (MPOB) melaporkan bahwa stok minyak kelapa sawit Malaysia ada akhir Agustus 2018 meningkat 12,4% secara bulanan (month-to-month/MtM) ke angka 2,49 juta ton. Jumlah itu merupakan yang tertinggi dalam 6 bulan terakhir.
Peningkatan itu juga mampu melampaui konsensus yang dihimpun Reuters, di mana stok akhir minyak kelapa sawit Malaysia di bulan lalu diekspektasikan naik 9% MtM ke angka 2,41 juta ton.
BACA: Produksi Diproyeksi Kuat, Harga CPO Turun 3 Hari Beruntun
Sementara itu, ekspor minyak kelapa sawit Negeri Jiran pada Agustus 2018 juga dilaporkan turun 8,11% MtM ke level 1,1 juta ton, masih mengutip data dari MPOB. Penurunan itu lebih besar dari ekspektasi pasar yang memproyeksikan ekspor bulan lalu naik 2,3% MtM ke 1,23 juta ton.
Berita yang lumayan positif datang dari produksi CPO Malaysia yang hanya tumbuh 7,9% MtM ke 1,62 juta ton di bulan lalu, masih lebih sedikit dari prediksi penambahan sebesar 9,9% MtM ke angka 1,65 juta ton. Meski demikian, realisasi produksi bulan lalu merupakan yang tertinggi di tahun 2018 ini.
Selain itu, faktor lain yang menekan harga CPO adalah pelemahan harga minyak nabati lainnya. Pada penutupan perdagangan kemarin, harga minyak kedelai kontrak acuan di Chicago Board of Trade (CBoT) turun hingga 1,07%.
Mencuatnya tensi perang dagang Amerika Serikat (AS) vs China kembali menghantui komoditas agrikultur unggulan Negeri Paman Sam ini. Teranyar, China melapor ke Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) untuk memberikan sanksi bagi Negeri Paman Sam.
Seperti diketahui, harga CPO dipengaruhi oleh pergerakan harga minyak nabati lainnya, seiring mereka bersaing memperebutkan pangsa pasar minyak nabati global. Ketika harga minyak kedelai turun, kecenderungannya adalah harga CPO akan ikut melemah.
(RHG/gus) Next Article Pertemuan AS-China Bawa Harga CPO Naik 3 Hari Beruntun
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular