
Kemarin Terjun Bebas, Hari ini Harga CPO Melambung 1,5%
Raditya Hanung, CNBC Indonesia
28 August 2018 15:05

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga minyak sawit mentah (Crude Palm Oil/CPO) kontrak November 2018 di bursa derivatif Malaysia bergerak menguat 1,46% ke level MYR2.231/ton hingga pukul 13.55 WIB hari ini.
Dengan pergerakan itu, harga komoditas agrikultur unggulan Indonesia dan Malaysia ini mampu bangkit pasca kemarin jatuh nyaris 1% ke titik terendahnya dalam sebulan terakhir. Sentimen positif bagi penguatan harga CPO hari ini utamanya datang dari ekspektasi penurunan produksi Malaysia hingga akhir tahun ini.
Produksi CPO Malaysia diprediksikan jatuh ke 19,8 juta ton pada tahun ini, dari capaian 19,92 juta ton pada tahun 2017, seperti disampaikan oleh analis Thomas Mielke di acara industri Kuala Lumpur hari ini, dilansir dari Reuters.
Padahal, sebelumnya Mielke memproyeksikan produksi CPO Negeri Jiran justru akan meningkat ke angka 20,2 juta ton pada tahun 2018. Akan tetapi, Mielke menambahkan bahwa produksi justru bisa bertambah hingga 20,4 juta ton pada tahun 2019.
Meski ada proyeksi kenaikan di tahun depan, untuk saat ini investor nampaknya bisa bernafas lega. Pasalnya, pelaku pasar sebelumnya mengkhawatirkan kondisi oversuplai di tahun ini. Produksi minyak kelapa sawit Malaysia, produsen terbesar kedua di dunia, memang cenderung mengalami peningkatan pada kuartal ke-III dan ke-IV sejalan dengan tren musimannya.
BACA: Harga CPO Dibuka Melemah Pekan Ini
Selain itu, penguatan harga sang rival minyak kedelai juga menyokong harga CPO. Harga minyak kedelai menguat tipis 0,04% di Chicago Board of Trade (CBoT) pada perdagangan hari ini hingga pukul 12.36 WIB.
Dengan pergerakan itu, harga minyak kedelai acuan di Amerika Serikat (AS) sudah menguat selama tiga hari berturut-turut. Kemarin, komoditas ini bahkan mampu naik lebih kencang, yakni sebesar 0,78%.
Seperti diketahui, harga CPO akan dipengaruhi oleh pergerakan harga minyak nabati lainnya (seperti minyak kedelai), seiring mereka bersaing memperebutkan pangsa pasar minyak nabati global. Ketika harga minyak kedelai naik, kecenderungannya adalah harga CPO akan ikut menguat.
Energi tambahan bagi pergerakan harga CPO juga bisa datang dari ekspor minyak kelapa sawit dan kernel Indonesia yang naik 17% secara tahunan (year-on-year/YoY) menjadi 2,81 juta ton pada bulan Juli 2018, melansir data dari Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) hari ini.
Menurut GAPKI, kenaikan ini disebabkan oleh harga minyak nabati ini yang sudah cukup "rendah", sekaligus India yang mulai melanjutkan pembelian. "India, yang sebelumnya memangkas pembelian dari Indonesia, membeli (minyak kelapa sawit) sebanyak 652.730 ton pada Juli. Itu menjadi pembelian terbesar mereka (dari Indonesia) di 2018," tulis GAPKI di pernyataan resminya, seperti dikutip dari Reuters.
Meski demikian, ada data GAPKI yang juga kurang sedap bagi harga CPO. Meskipun ekspor melambung, stok minyak kelapa sawit Indonesia justru meningkat ke 4,9 juta ton pada bulan Juli, meningkat dari 4,85 juta ton pada bulan sebelumnya.
(RHG/wed) Next Article Ringgit Terlemah Sejak November 2017, Harga CPO Rebound
Dengan pergerakan itu, harga komoditas agrikultur unggulan Indonesia dan Malaysia ini mampu bangkit pasca kemarin jatuh nyaris 1% ke titik terendahnya dalam sebulan terakhir. Sentimen positif bagi penguatan harga CPO hari ini utamanya datang dari ekspektasi penurunan produksi Malaysia hingga akhir tahun ini.
Padahal, sebelumnya Mielke memproyeksikan produksi CPO Negeri Jiran justru akan meningkat ke angka 20,2 juta ton pada tahun 2018. Akan tetapi, Mielke menambahkan bahwa produksi justru bisa bertambah hingga 20,4 juta ton pada tahun 2019.
Meski ada proyeksi kenaikan di tahun depan, untuk saat ini investor nampaknya bisa bernafas lega. Pasalnya, pelaku pasar sebelumnya mengkhawatirkan kondisi oversuplai di tahun ini. Produksi minyak kelapa sawit Malaysia, produsen terbesar kedua di dunia, memang cenderung mengalami peningkatan pada kuartal ke-III dan ke-IV sejalan dengan tren musimannya.
BACA: Harga CPO Dibuka Melemah Pekan Ini
Selain itu, penguatan harga sang rival minyak kedelai juga menyokong harga CPO. Harga minyak kedelai menguat tipis 0,04% di Chicago Board of Trade (CBoT) pada perdagangan hari ini hingga pukul 12.36 WIB.
Dengan pergerakan itu, harga minyak kedelai acuan di Amerika Serikat (AS) sudah menguat selama tiga hari berturut-turut. Kemarin, komoditas ini bahkan mampu naik lebih kencang, yakni sebesar 0,78%.
Seperti diketahui, harga CPO akan dipengaruhi oleh pergerakan harga minyak nabati lainnya (seperti minyak kedelai), seiring mereka bersaing memperebutkan pangsa pasar minyak nabati global. Ketika harga minyak kedelai naik, kecenderungannya adalah harga CPO akan ikut menguat.
Energi tambahan bagi pergerakan harga CPO juga bisa datang dari ekspor minyak kelapa sawit dan kernel Indonesia yang naik 17% secara tahunan (year-on-year/YoY) menjadi 2,81 juta ton pada bulan Juli 2018, melansir data dari Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) hari ini.
Menurut GAPKI, kenaikan ini disebabkan oleh harga minyak nabati ini yang sudah cukup "rendah", sekaligus India yang mulai melanjutkan pembelian. "India, yang sebelumnya memangkas pembelian dari Indonesia, membeli (minyak kelapa sawit) sebanyak 652.730 ton pada Juli. Itu menjadi pembelian terbesar mereka (dari Indonesia) di 2018," tulis GAPKI di pernyataan resminya, seperti dikutip dari Reuters.
Meski demikian, ada data GAPKI yang juga kurang sedap bagi harga CPO. Meskipun ekspor melambung, stok minyak kelapa sawit Indonesia justru meningkat ke 4,9 juta ton pada bulan Juli, meningkat dari 4,85 juta ton pada bulan sebelumnya.
(RHG/wed) Next Article Ringgit Terlemah Sejak November 2017, Harga CPO Rebound
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular