
Juni-Juli Anjlok, Harga CPO Kembali Menguat Sepanjang Agustus
Raditya Hanung, CNBC Indonesia
31 August 2018 14:17

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga minyak sawit mentah (Crude Palm Oil/CPO) kontrak November 2018 di Bursa Derivatif Malaysia bergerak menguat 1,40% ke level MYR2.248/ton pada penutupan perdagangan hari Kamis (30/08/2018).
Dengan pergerakan itu, harga komoditas agrikultur unggulan Indonesia dan Malaysia ini mampu mencatatkan penguatan sebesar 1,22% di sepanjang bulan Agustus 2018. Harga CPO memutus pelemahan selama dua bulan beruntun sebelumnya.
Sebagai catatan, harga CPO anjlok di bulan Juni dan Juli 2018, masing-masing sebesar 4,29% dan 5,13%.
Kemarin, harga CPO memang dibanjiri oleh banyak sentimen positif.
Pertama, penguatan harga minyak nabati lainnya. Pada penutupan perdagangan kemarin, harga minyak kedelai kontrak acuan di Chicago Board of Trade (CBoT) naik nyaris 1%.
Seperti diketahui, harga CPO akan dipengaruhi oleh pergerakan harga minyak nabati lainnya, seiring mereka bersaing memperebutkan pangsa pasar minyak nabati global. Ketika harga minyak kedelai naik, kecenderungannya adalah harga CPO akan ikut menguat.
Kedua, terdepresiasinya Ringgit Malaysia. Mata uang negeri tetangga itu ditutup melemah sebesar 0,07% terhadap dolar AS di pasar spot pada perdagangan kemarin, ke titik terlemahnya sejak November 2017. Di sepanjang bulan Agustus ini, ringgit sudah anjlok hingga 1,11%.
Pelemahan ringgit Malaysia lantas mampu membuat harga CPO relatif lebih murah bagi pemegang mata uang asing selain ringgit. Akibatnya, muncul sentimen terkereknya permintaan, yang akhirnya mampu menopang harga CPO.
Ketiga, pelaku pasar cenderung optimis menanti rilis data ekspor minyak kelapa sawit Malaysia bulan Agustus 2018.
Hari ini AmSpec Agri Malaysia mengumumkan bahwa ekspor minyak kelapa sawit Negeri Jiran melompat 4% secara bulanan (month-to-month/MtM) ke 1,07 juta ton pada bulan lalu.
(RHG/gus) Next Article Pertemuan AS-China Bawa Harga CPO Naik 3 Hari Beruntun
Dengan pergerakan itu, harga komoditas agrikultur unggulan Indonesia dan Malaysia ini mampu mencatatkan penguatan sebesar 1,22% di sepanjang bulan Agustus 2018. Harga CPO memutus pelemahan selama dua bulan beruntun sebelumnya.
Sebagai catatan, harga CPO anjlok di bulan Juni dan Juli 2018, masing-masing sebesar 4,29% dan 5,13%.
Kemarin, harga CPO memang dibanjiri oleh banyak sentimen positif.
Pertama, penguatan harga minyak nabati lainnya. Pada penutupan perdagangan kemarin, harga minyak kedelai kontrak acuan di Chicago Board of Trade (CBoT) naik nyaris 1%.
Seperti diketahui, harga CPO akan dipengaruhi oleh pergerakan harga minyak nabati lainnya, seiring mereka bersaing memperebutkan pangsa pasar minyak nabati global. Ketika harga minyak kedelai naik, kecenderungannya adalah harga CPO akan ikut menguat.
Kedua, terdepresiasinya Ringgit Malaysia. Mata uang negeri tetangga itu ditutup melemah sebesar 0,07% terhadap dolar AS di pasar spot pada perdagangan kemarin, ke titik terlemahnya sejak November 2017. Di sepanjang bulan Agustus ini, ringgit sudah anjlok hingga 1,11%.
Pelemahan ringgit Malaysia lantas mampu membuat harga CPO relatif lebih murah bagi pemegang mata uang asing selain ringgit. Akibatnya, muncul sentimen terkereknya permintaan, yang akhirnya mampu menopang harga CPO.
Ketiga, pelaku pasar cenderung optimis menanti rilis data ekspor minyak kelapa sawit Malaysia bulan Agustus 2018.
Hari ini AmSpec Agri Malaysia mengumumkan bahwa ekspor minyak kelapa sawit Negeri Jiran melompat 4% secara bulanan (month-to-month/MtM) ke 1,07 juta ton pada bulan lalu.
(RHG/gus) Next Article Pertemuan AS-China Bawa Harga CPO Naik 3 Hari Beruntun
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular