Jelang Lelang, Aksi Jual Asing Tekan Pasar Obligasi

Irvin Avriano Arief, CNBC Indonesia
12 September 2018 12:27
Porsi itu juga menjadi posisi terendah setidaknya sejak Desember 2017. Data yang dikeluarkan DJPPR biasanya berjarak dua hari.
Foto: CNBC Indonesia
Jakarta, CNBC Indonesia - Harga obligasi rupiah pemerintah dibuka terkoreksi hingga siang ini menjelang lelang rutin, meskipun ada sentimen positif dari riset Nomura Holdings dan survei penjualan ritel (SPR) yang positif di awal pekan ini. 

Merujuk data Reuters, koreksi harga surat berharga negara (SBN) itu tercermin dari empat seri acuan (benchmark) yang sekaligus mengangkat tingkat imbal hasilnya (yield).

Pergerakan harga dan yield obligasi saling bertolak belakang di pasar sekunder. Yield juga lebih umum dijadikan acuan transaksi obligasi dibanding harga karena mencerminkan kupon, tenor, dan risiko dalam satu angka. 

Keempat seri acuan itu adalah FR0063 bertenor 5 tahun, FR0064 bertenor 10 tahun, FR0065 bertenor 15 tahun, dan FR0075 bertenor 30 tahun.

Seri acuan 20 tahun dan 10 tahun menjadi seri yang paling terkoreksi, dengan kenaikan yield 10 basis poin (bps) dan 6 bps masing-masing menjadi 9,09% dan 8,56%. Besaran 100 bps setara dengan 1%. 

Dua seri acuan lain yaitu 15 tahun dan 5 tahun juga mengalami koreksi meskipun tidak terlalu dalam dan membuat yield-nya naik 5 bps dan 1 bps menjadi 8,74% dan 8,42%. 

Yield Obligasi Negara Acuan 12 Sep 2018

SeriBenchmarkYield 10 Sep 2018 (%) Yield 12 Sep 2018 (%)Selisih (basis poin)
FR00635 tahun8.4138.4291.60
FR006410 tahun8.4968.5646.80
FR006515 tahun8.6908.7495.90
FR007520 tahun8.9919.09410.30
Avg movement6.15
Sumber: Reuters  

Koreksi terjadi menjelang lelang rutin hari ini, dan relatif tidak merespon sentimen positif dari Nomura Holdings dan SPR yang diterbitkan Bank Indonesia. 

Nomura Holdings menyatakan Indonesia dan tujuh negara berkembang lain memiliki risiko krisis terkecil di antara negara berkembang. Ketujuh negara itu adalah yaitu Brasil, Bulgaria, Kazakhstan, Peru, Filipia, Rusia, dan Thailand. 

Nomura juga menyatakan tujuh negara berkembang yang berisiko besar jatuh dalam krisis mata uang adalah Sri Lanka, Afrika Selatan, Argentina, Pakistan, Mesir, Turki, dan Ukraina. 

Dari data penjualan ritel, Indonesia dinilai mampu mencatatkan pembalikan arah menjadi positif (rebound) pada Juli 2018, setelah sebelumnya anjlok cukup dalam pada Juni. Menurut Bank Indonesia (BI), hal ini disebabkan oleh tingginya permintaan pada musim tahun ajaran baru dan dampak dari pencairan gaji ke-13 PNS dan pensiunan. 

Penjualan ritel Indonesia tercatat naik 2,9% secara tahunan (year-on-year/YoY) pada Juli 2018. Capaian itu lebih cepat ketimbang bulan sebelumnya sebesar 2,3% YoY. Catatan bulan Juli 2018 juga mampu jauh mengungguli pertumbuhan penjualan ritel di Juli 2017 sebesar -3,3% YoY. 


Karena itu, koreksi pagi ini mencerminkan pelaku pasar belum banyak merespon kedua sentimen positif yang ada di pasar dan masih lebih terpengaruh oleh faktor keluarnya investor asing di pasar SBN domestik. 

Data Ditjen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kemenkeu (DJPPR) menunjukkan porsi kepemilikan asing berada turun ke level psikologis 37%, tepatnya di level 36,95% pada 7 September. Porsi itu juga menjadi posisi terendah setidaknya sejak Desember 2017. Data yang dikeluarkan DJPPR biasanya berjarak dua hari. 

Dari sisi nominal, posisi investor asing di SBN masih Rp 838,21 triliun, yang belum menunjukkan posisi terendah dan jutru menunjukkan masih terjadi aksi beli bersih (nett buy) Rp 2,06 triliun. dari posisi yang masih Rp 836,15 triliun pada Desember 2017. 

Namun, justru karena itulah, yang patut diwaspadai adalah dengan tekanan asing yang cukup besar bukan tidak mungkin aksi jual masih akan berlanjut dan semakin deras sehingga posisi investor berbalik dari nett buy menjadi aksi jual bersih (nett sell). 

Dalam risetnya, Analis Fixed Income PT Mandiri Sekuritas Yudistira Yudadisastra mencatat sentimen keluarnya investor asing dari pasar negara berkembang, termasuk Indonesia, akan memengaruhi lelang hari ini.

Yudistira mencatat sejak 6 September sudah ada nett sell Rp 14 triliun. Meskipun demikian, dia juga mencatat ada beberapa faktor positif yang akan mendukung lelang hari ini: 
  1. Likuiditas pasar di perbankan masih normal, Rp 72 triliun per 10 September.
  2. Ada SBN yang jatuh tempo pada 15 September yaitu FR0048 senilai Rp 4,8 triliun, dan pembayaran kupon Rp 28,2 triliun ditambah US$ 137 juta.
  3. Seluruh seri acuan akan dilelang hari ini.
  4. Rerata yield SBN mencapai 8,6% (+67 bps dari posisi akhir 2017) dan dapat menarik minat investor domestik.
Yudistira juga memprediksi nilai penawaran peserta lelang Rp 30 triliun-Rp 40 triliun, lebih rendah daripada lelang SBN sebelumnya, tetapi masih lebih tinggi daripada target indikatif pemerintah Rp 10 triliun.

Lelang SBN digelar pemerintah setiap pekan, dengan lelang SBN konvensional setiap 2 pekan sekali yang diselingi oleh lelang SBN berprinsip syariah yaitu surat berharga negara (SBSN/sukuk negara). 

Dhian Karyantono, Analis Fixed Income PT Mirae Asset Sekuritas dalam risetnya hari ini memprediksi nilai penawaran peserta lelang akan mencapai Rp 40 triliun - Rp 50 triliun. Angka itu lebih rendah dibanding lelang SBN terakhir Rp 59,28 triliun. Sejak awal tahun, rerata penawaran pelaku pasar peserta dalam lelang SBN konvensional mencapai Rp 40,96 triliun.

Kedua analis tidak berkomentar terhadap potensi pembentukan nilai pasar menjelang lelang (cornering oleh pelaku pasar yang menyebabkan koreksi pagi ini.

Prediksi Yield Wajar dalam Lelang 12 September 2018
SeriMira Asset SekuritasMandiri SekuritasKiwoom Sekuritas Indonesia
SPN031812135,85% - 6,07%5,5% (5,5%-5,6%)-
SPN121909137% - 7,1%6,5% (6,46%-6,55%)-
FR00638,4% - 8,5%8,44% (8,39%-8,49%)-
FR00648,57% - 8,66%8,6% (8,55%-8,65%)-
FR00658,75% - 8,79%8,75% (8,7%-8,8%)-
FR00759,01% - 9,13%9,08% (9,03%-9,13%)-
FR00768,77% - 8,83%9,13% (9,08%-9,18%)-
Jumlah permintaanRp 25 triliun-Rp 35 triliunRp 35 triliun-Rp 40 triliunRp 25 triliun - Rp 30 triliun
Sumber: Diolah

Koreksi yang terjadi hari ini turut membuat selisih (spread) SBN tenor 10 tahun dengan surat utang pemerintah AS (US Treasury) bertenor serupa mencapai 559 bps, naik dari spread kemarin 555 bps. Yield US Treasury 10 tahun mencapai 2,97%. 

Spread yang masih lebar, seharusnya dapat membuat investor global menilai perlu menyeimbangkan (rebalancing) portofolionya dalam jangka pendek. Rebalancing tersebut membuat investasi di pasar SBN rupiah menjadi sedikit lebih menarik karena lebih murah dibandingkan dengan sebelumnya. 

Saat ini, spread masih berada di atas level psikologis 500 bps yang baru tercapai pada 13 Agustus. Sebelumnya, spread SBN dan US Treasury di atas 500 bps pada 6 Maret 2017.

Pelemahan di pasar surat utang tersebut juga terjadi di pasar mata uang. Nilai tukar mat uang garuda melemah 0,22% menjadi Rp 14.885 di hadapan setiap dolar AS, setelah tadi pagi sempat menguat 0,22%. Beda dengan pasar ekuitas, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) masih menguat hingga siang ini, yaitu 0,45% menjadi 5.858.    

TIM RISET CNBC INDONESIA
(irv/hps) Next Article Lagi! Minat Investor di Lelang Sukuk Melonjak dan Cetak Rekor

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular