
Dikepung Sentimen Negatif, Harga Obligasi Naik Tipis
Irvin Avriano Arief, CNBC Indonesia
10 September 2018 20:14

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga obligasi rupiah pemerintah naik tipis pada perdagangan awal pekan ini, yang sekaligus menjadi hari kejepit nasional.
Merujuk data Reuters, menguatnya harga surat berharga negara (SBN) itu tercermin dari tiga seri acuan (benchmark) yang sekaligus menurunkan tingkat imbal hasilnya (yield). Pergerakan harga dan yield obligasi saling bertolak belakang di pasar sekunder. Yield juga lebih umum dijadikan acuan transaksi obligasi dibanding harga karena mencerminkan kupon, tenor, dan risiko dalam satu angka.
Ada empat seri yang biasa dijadikan acuan, yaitu FR0063 bertenor 5 tahun, FR0064 bertenor 10 tahun, FR0065 bertenor 15 tahun, dan FR0075 bertenor 30 tahun.
Seri acuan yang menguat dan menekan yield-nya hari ini adalah seri 5 tahun, 10 tahun, dan 20 tahun yang yield-nya turun 4 basis poin (bps), 2 bps, dan 0,4 bps menjadi 8,41%, 8,49%, dan 8,99%.
Besaran 100 bps setara dengan 1%. Seri lain yang justru terkoreksi hari ini dan mengangkat yield-nya adalah seri 15 tahun sebesar 1 bps dan menjadikan yield-nya naik menjadi 8,69%.
Penguatan terjadi meskipun dikepung sentimen negatif dari pasar keuangan global, terutama sentimen negatif dari perang dagang dan potensi penaikan suku bunga acuan AS.
Sumber: Reuters
Penguatan di pasar obligasi pemerintah hari ini sayangnya tidak tercermin pada harga obligasi wajarnya, yang tercermin oleh turunnya indeks INDOBeX Government Total Return milik PT Penilai Harga Efek Indonesia (PHEI/IBPA). Indek tersebut turun 0,38 poin (0,17%) menjadi 224,24 dari posisi kemarin 224,63.
Penguatan pasar obligasi rupiah hari ini membuat selisih (spread) dengan surat utang pemerintah AS (US Treasury) tenor 10 tahun mencapai 555 bps, turun dari posisi kemarin 557 bps. Yield US Treasury 10 tahun mencapai 2,93%. Spread yang masih lebar, seharusnya membuat investasi di pasar SBN rupiah menjadi sedikit lebih menarik karena lebih murah dibandingkan dengan sebelumnya.
Kondisi itu juga dapat memicu investor global menilai perlu menyeimbangkan (rebalancing) portofolionya dalam jangka pendek. Penguatan di pasar surat utang tersebut ternyata tidak terjadi di pasar ekuitas dan pasar nilai tukar mata uang.
Rupiah masih terkoreksi 0,25% menjadi Rp 14.852 per dolar AS dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) turun 20 poin (0,35%) menjadi 5.831.
Rabu pekan ini pemerintah berniat melelang SBN dengan target Rp 10 triliun- Rp 20 triliun. Pemerintah akan melelang tujuh seri SBN. Dalam lelang itu turut dilelang tenor 30 tahun yang ditawarkan pemerintah kepada peserta lelang yaitu FR0076. Kupon yang ditawarkan 7,375% sehingga cukup menarik bagi calon investornya.
Sumber: Ditjen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kemenkeu
TIM RISET CNBC INDONESIA
(irv/roy) Next Article Lagi! Minat Investor di Lelang Sukuk Melonjak dan Cetak Rekor
Merujuk data Reuters, menguatnya harga surat berharga negara (SBN) itu tercermin dari tiga seri acuan (benchmark) yang sekaligus menurunkan tingkat imbal hasilnya (yield). Pergerakan harga dan yield obligasi saling bertolak belakang di pasar sekunder. Yield juga lebih umum dijadikan acuan transaksi obligasi dibanding harga karena mencerminkan kupon, tenor, dan risiko dalam satu angka.
Ada empat seri yang biasa dijadikan acuan, yaitu FR0063 bertenor 5 tahun, FR0064 bertenor 10 tahun, FR0065 bertenor 15 tahun, dan FR0075 bertenor 30 tahun.
Besaran 100 bps setara dengan 1%. Seri lain yang justru terkoreksi hari ini dan mengangkat yield-nya adalah seri 15 tahun sebesar 1 bps dan menjadikan yield-nya naik menjadi 8,69%.
Penguatan terjadi meskipun dikepung sentimen negatif dari pasar keuangan global, terutama sentimen negatif dari perang dagang dan potensi penaikan suku bunga acuan AS.
Yield Obligasi Negara Acuan 10 Sep 2018 | ||||
Seri | Benchmark | Yield 7 Sep 2018 (%) | Yield 10 Sep 2018 (%) | Selisih (basis poin) |
FR0063 | 5 tahun | 8.455 | 8.413 | -4.20 |
FR0064 | 10 tahun | 8.516 | 8.496 | -2.00 |
FR0065 | 15 tahun | 8.674 | 8.690 | 1.60 |
FR0075 | 20 tahun | 8.995 | 8.991 | -0.40 |
Avg movement | -1.25 |
Penguatan di pasar obligasi pemerintah hari ini sayangnya tidak tercermin pada harga obligasi wajarnya, yang tercermin oleh turunnya indeks INDOBeX Government Total Return milik PT Penilai Harga Efek Indonesia (PHEI/IBPA). Indek tersebut turun 0,38 poin (0,17%) menjadi 224,24 dari posisi kemarin 224,63.
Penguatan pasar obligasi rupiah hari ini membuat selisih (spread) dengan surat utang pemerintah AS (US Treasury) tenor 10 tahun mencapai 555 bps, turun dari posisi kemarin 557 bps. Yield US Treasury 10 tahun mencapai 2,93%. Spread yang masih lebar, seharusnya membuat investasi di pasar SBN rupiah menjadi sedikit lebih menarik karena lebih murah dibandingkan dengan sebelumnya.
Kondisi itu juga dapat memicu investor global menilai perlu menyeimbangkan (rebalancing) portofolionya dalam jangka pendek. Penguatan di pasar surat utang tersebut ternyata tidak terjadi di pasar ekuitas dan pasar nilai tukar mata uang.
Rupiah masih terkoreksi 0,25% menjadi Rp 14.852 per dolar AS dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) turun 20 poin (0,35%) menjadi 5.831.
Rabu pekan ini pemerintah berniat melelang SBN dengan target Rp 10 triliun- Rp 20 triliun. Pemerintah akan melelang tujuh seri SBN. Dalam lelang itu turut dilelang tenor 30 tahun yang ditawarkan pemerintah kepada peserta lelang yaitu FR0076. Kupon yang ditawarkan 7,375% sehingga cukup menarik bagi calon investornya.
Rencana Lelang Surat Berharga Negara (SBN) 12 Sep 2018 | |||||||
Seri | SPN03181213 | SPN12190913 | FR0063 | FR0064 | FR0065 | FR0075 | FR0076 |
Jatuh tempo | 13-Dec-18 | 13-Sep-19 | 15-May-23 | 15-May-28 | 15-May-33 | 15-May-38 | 15-May-48 |
Target indikatif | 10,000 | ||||||
Target maksimal | 20,000 |
TIM RISET CNBC INDONESIA
(irv/roy) Next Article Lagi! Minat Investor di Lelang Sukuk Melonjak dan Cetak Rekor
Most Popular