CNKO Konversi Utang Rp 761 M Jadi Saham Perusahaan?

Irvin Avriano Arief, CNBC Indonesia
10 September 2018 14:31
CNKO ingin melakukan rights issue khusus bagi pemegang utang perusahaan.
Foto: ist
Jakarta, CNBC Indonesia - PT Exploitasi Energi Indonesia Tbk (CNKO) berniat melunasi utang dengan ditukar saham kepada tiga perusahaan pembiayaan, yaitu PT Sinar Mas Multifinance, PT AB Sinar Mas Multifinance, dan PT Paramitra Multifinance. 

Dalam publikasi agenda Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa emiten di PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) pekan lalu, konversi utang perusahaan itu dilakukan dengan mekanisme penambahan modal tanpa hak memesan efek terlebih dahulu (non-preemptive rights/non-HMETD). 

Perusahaan juga tidak menerangkan detail jumlah utang yang akan dikonversi tersebut. Namun, dalam laporan keuangan kuartal II-2018-nya, manajemen perusahaan menyatakan total kewajiban keuangan perusahaan kepada ketiga perusahaan Rp 761,38 miliar.

Pinjaman yang didapatkan perseroan tersebut memiliki beban bunga 15%-18% per tahun. 

Perusahaan Bunga PinjamanJumlah pinjaman ke CNKO
 PT Sinar Mas Multifinance18%353,617,759
 PT AB Sinar Mas Multifinance18%382,767,542
 PT Paramitra Multifinance15%25,000,000
Total761,385,301
Sumber: Lapkeu CNKO  

Selain kepada tiga perusahaan itu, CNKO juga memiliki pinjaman ke beberapa perusahaan lain, yaitu pinjaman bank jangka panjang Rp 429,9 miliar kepada PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI), utang bank jangka pendek Rp 243,86 miliar dari PT Bank Mayapada Internasional Tbk (MAYA), utang usaha dari Rp 1,01 triliun kepada 25 pihak, dan utang lain-lain Rp 955,3 miliar.

Dari daftar tersebut, ternyata kreditur utang lain-lain terbesar CNKO adalah salah satu tokoh pasar saham kondang yaitu Benny Tjokrosaputro. Nilai uang Benny yang masih tercatat di buku CNKO bernilai total Rp 608,45 miliar (terdiri dari pinjaman jangka pendek Rp 272,45 miliar dan jangka panjang Rp 336 miliar). 

Saat ini, emiten saham yang dipimpin Benny Wirawansa tersebut memiliki kas dan setara kas Rp 105,62 miliar serta piutang Rp 988,33. Piutang yang terbesar tercatat oleh PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) Rp 478,34 miliar. Total aset lancar perseroan Rp 2,09 triliun dan aset tidak lancar Rp 1,12 triliun. 

Di sisi kewajibannya, CNKO mencatatkan liabilitas Rp 3,7 triliun dan ekuitas negatif Rp 479,28 miliar. Dalam agenda RUPSLB yang sama, juga diusulkan adanya aksi penggabungan nilai saham (reverse stock) dengan rasio lima banding satu (5:1). RUPSLB akan digelar pada 23 Oktober, dan investor yang berhak hadir adalah yang tercatat sebagai pemegang saham pada 1 Oktober 2018. 

Tahun lalu, PLN baru menghentikan kontrak perjanjian jual beli atau Power Purchase Agreement (PPA) proyek PLTU Tembilahan dan Rengat yang digarap Exploitasi Energi Indonesia. Perseroan juga telah berupaya mengambil langkah-langkah guna menyelesaikan permasalahan dalam mempertahankan kontrak yang telah disepakati, tidak mampu meyakinkan PLN untuk memberikan kelanjutan kontrak tersebut. 

CNKO juga terkait dengan PLTU Kumai, Kotawaringin Barat (Kalteng). PLTU tersebut diketahui dikelola oleh Exploitasi Energi yang diklaim beroperasi tanpa izin, dan wilayah operasionalnya berada di atas lahan berstatus Hutan Produksi Konversi.

Saat ini saham CNKO masih stabil menyandar di level terendah di pasar reguler bursa yaitu Rp 50 dan membentuk kapitalisasi pasarnya Rp 447,81 miliar.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(irv/roy) Next Article IBFN akan Reverse Stock dan Konversi Utang Jadi Saham

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular