Internasional
Perang Dagang, Pertumbuhan Manufaktur China Lesu di Agustus
Ester Christine Natalia, CNBC Indonesia
03 September 2018 12:58

Beijing, CNBC Indonesia - Aktivitas manufaktur China tumbuh dengan laju terlambat dalam setahun lebih di bulan Agustus. Pesanan ekspor berkurang untuk kelima kalinya dan perusahaan-perusahaan mulai mengurangi jumlah karyawannya, menurut hasil sebuah survei swasta yang diumumkan hari Senin (3/9/2018).
Temuan tersebut memperkuat pandangan bahwa perekonomian China semakin dingin dalam beberapa bulan mendatang, saat Amerika Serikat (AS) meningkatkan tarif impor terhadap produk China. Hal itu kemungkinan memicu lebih banyak belanja dan langkah pendorong pertumbuhan lain dari pemerintah China.
Indeks Caixin/Markit Manufacturing Purchasing Managers (PMI) turun ke posisi 50,6 pada bulan Agustus dari 50,8 di bulan Juli, sesuai dengan proyeksi para ekonom. Sebagai catatan, angka di atas 50 menandakan bahwa aktivitas manufaktur mengalami ekspansi jika dibandingkan dengan bulan sebelumnya.
Meski masih berada di atas 50 poin selama 15 bulan berturut-turut, angka itu menjadi posisi terlemah sejak Juni 2017. Sementara produksi sedikit membaik, sebagian besar prediksi masih lesu.
"Sektor manufaktur terus melemah di tengah permintaan yang lesu, meski di sisi pasokan masih stabil [...] Menurut saya pasokan yang stabil itu tidak bisa bertahan di tengah lesunya permintaan," kata Zhengsheng Zhong selaku Direktur Macroeconomic Analysis di CEBM Group dalam sebuah catatan yang disertakan di dalam survei tersebut, dilansir dari Reuters.
"Sebagai tambahan, memburuknya situasi tenaga kerja kemungkinan akan berdampak ke pertumbuhan konsumsi. Perekonomian China sekarang menghadapi tekanan penurunan yang nyata."
Ekonomi sudah menunjukkan tanda-tanda tertekan sebelum perang dagang AS meletus. Penindakan regulator terhadap risiko keuangan dan utang meningkatkan ongkos pinjaman dan mempersulit perusahaan mendapatkan pendanaan. Alhasil, hal tersebut memicu bertambahnya jumlah gagal bayar.
Namun, laporan tentang pesanan ekspor yang lesu menunjukkan bahwa perang dagang yang memanas sekarang semakin menambah tekanan. Dampaknya mulai memengaruhi pabrik-pabrik di China.
Pesanan ekspor baru, yang menjadi sebuah indikator aktivitas mendatang, sudah terkontraksi selama periode terpanjang sejak semester pertama tahun 2016, menurut Caixin PMI.
Sub-indeks itu berada di posisi 48,8 pada bulan Agustus, naik sedikit dibanding 48,4 di bulan Juli. Hal itu membuat total bisnis domestik dan asing baru mengalami laju kenaikan paling lambat sejak Mei 2017.
Survei resmi PMI pada hari Jumat (31/8/2018) juga menunjukkan penurunan pesanan ekspor, meski proyeksi aktivitas keseluruhan meningkat.
Hal itu bisa semakin dibebani oleh kemungkinan bahwa pemerintahan Presiden AS Donald Trump akan menerapkan sanksi terhadap produk impor China senilai US$200 miliar (Rp 2.948 triliun) secepatnya awal bulan ini.
Tekanan biayaMenghadapi meningkatnya ongkos dan lesunya permintaan, berbagai pabrikan China sudah mengurangi pegawai mereka selama hampir lima tahun berturut-turut. Hal tersebut diungkap oleh survei Caixin yang lebih fokus pada perusahaan kecil dan menengah.
Namun, pemutusan hubungan kerja (PHK) di bulan Agustus adalah yang tertinggi dalam setahun ini.
Sebuah analisis data keuangan dari perusahaan-perusahaan yang tercatat di Shanghai dan dipublikasikan oleh Bursa Saham Shanghai pada hari Minggu (2/9/2018) membenarkan bahwa beberapa perusahaan mengalami tekanan biaya.
Laporan mereka menemukan bahwa perusahaan konsumen hilir tertekan dalam semester pertama tahun ini akibat tingginya biaya bahan mentah dan permintaan konsumen yang lebih lesu dari perkiraan. Sementara sektor minyak hulu dan pertengahan, serta manufaktur logam dan kimia mencatatkan pertumbuhan laba yang semakin kuat.
Beberapa perusahaan juga menghadapi kesulitan beroperasi akibat perang dagang AS-China dan restrukturasi ekonomi, kata laporan tersebut.
Para pejabat China berjanji untuk mencegah PHK besar-besaran di tengah memanasnya perang dagang. Sebab, tingkat pengangguran di bulan Juli mengalami peningkatan.
Para pembuat kebijakan mempercepat persetujuan proyek jalan raya dan kereta api, serta mencoba mengurangi ongkos bisnis. Semakin banyak uang yang dipompa ke dalam sistem keuangan guna menurunkan bunga pinjaman. Pajak dipangkas dan bank-bank milik negara didesak untuk membuat kredit tetap mengalir ke perusahaan-perusahaan yang terkena dampak perang dagang.
Namun, para ekonom memperingatkan pembangunan infrastruktur yang nyata akan membutuhkan waktu cukup lama untuk terus berjalan di tengah kelesuan ekonomi. Pertumbuhan investasi aset tetap dalam tujuh bulan pertama di bulan ini juga turun ke rekor terendah.
Sementara itu, tekanan harga perusahaan terus meningkat, menurut survei swasta tersebut. Biaya input naik dengan tajam dan cepat bulan lalu, tetapi hanya satu dari 10 responden yang berkata mereka mampu menyalurkannya ke konsumen.
(prm) Next Article Industri Manufaktur Kecil & Menengah China Tumbuh Tipis
Temuan tersebut memperkuat pandangan bahwa perekonomian China semakin dingin dalam beberapa bulan mendatang, saat Amerika Serikat (AS) meningkatkan tarif impor terhadap produk China. Hal itu kemungkinan memicu lebih banyak belanja dan langkah pendorong pertumbuhan lain dari pemerintah China.
Indeks Caixin/Markit Manufacturing Purchasing Managers (PMI) turun ke posisi 50,6 pada bulan Agustus dari 50,8 di bulan Juli, sesuai dengan proyeksi para ekonom. Sebagai catatan, angka di atas 50 menandakan bahwa aktivitas manufaktur mengalami ekspansi jika dibandingkan dengan bulan sebelumnya.
"Sektor manufaktur terus melemah di tengah permintaan yang lesu, meski di sisi pasokan masih stabil [...] Menurut saya pasokan yang stabil itu tidak bisa bertahan di tengah lesunya permintaan," kata Zhengsheng Zhong selaku Direktur Macroeconomic Analysis di CEBM Group dalam sebuah catatan yang disertakan di dalam survei tersebut, dilansir dari Reuters.
"Sebagai tambahan, memburuknya situasi tenaga kerja kemungkinan akan berdampak ke pertumbuhan konsumsi. Perekonomian China sekarang menghadapi tekanan penurunan yang nyata."
![]() Perang Dagang AS-China |
Namun, laporan tentang pesanan ekspor yang lesu menunjukkan bahwa perang dagang yang memanas sekarang semakin menambah tekanan. Dampaknya mulai memengaruhi pabrik-pabrik di China.
Pesanan ekspor baru, yang menjadi sebuah indikator aktivitas mendatang, sudah terkontraksi selama periode terpanjang sejak semester pertama tahun 2016, menurut Caixin PMI.
Sub-indeks itu berada di posisi 48,8 pada bulan Agustus, naik sedikit dibanding 48,4 di bulan Juli. Hal itu membuat total bisnis domestik dan asing baru mengalami laju kenaikan paling lambat sejak Mei 2017.
Survei resmi PMI pada hari Jumat (31/8/2018) juga menunjukkan penurunan pesanan ekspor, meski proyeksi aktivitas keseluruhan meningkat.
Hal itu bisa semakin dibebani oleh kemungkinan bahwa pemerintahan Presiden AS Donald Trump akan menerapkan sanksi terhadap produk impor China senilai US$200 miliar (Rp 2.948 triliun) secepatnya awal bulan ini.
Tekanan biaya
Namun, pemutusan hubungan kerja (PHK) di bulan Agustus adalah yang tertinggi dalam setahun ini.
Sebuah analisis data keuangan dari perusahaan-perusahaan yang tercatat di Shanghai dan dipublikasikan oleh Bursa Saham Shanghai pada hari Minggu (2/9/2018) membenarkan bahwa beberapa perusahaan mengalami tekanan biaya.
Laporan mereka menemukan bahwa perusahaan konsumen hilir tertekan dalam semester pertama tahun ini akibat tingginya biaya bahan mentah dan permintaan konsumen yang lebih lesu dari perkiraan. Sementara sektor minyak hulu dan pertengahan, serta manufaktur logam dan kimia mencatatkan pertumbuhan laba yang semakin kuat.
Beberapa perusahaan juga menghadapi kesulitan beroperasi akibat perang dagang AS-China dan restrukturasi ekonomi, kata laporan tersebut.
Para pejabat China berjanji untuk mencegah PHK besar-besaran di tengah memanasnya perang dagang. Sebab, tingkat pengangguran di bulan Juli mengalami peningkatan.
![]() Ilustrasi Industri Manufaktur China |
Namun, para ekonom memperingatkan pembangunan infrastruktur yang nyata akan membutuhkan waktu cukup lama untuk terus berjalan di tengah kelesuan ekonomi. Pertumbuhan investasi aset tetap dalam tujuh bulan pertama di bulan ini juga turun ke rekor terendah.
Sementara itu, tekanan harga perusahaan terus meningkat, menurut survei swasta tersebut. Biaya input naik dengan tajam dan cepat bulan lalu, tetapi hanya satu dari 10 responden yang berkata mereka mampu menyalurkannya ke konsumen.
(prm) Next Article Industri Manufaktur Kecil & Menengah China Tumbuh Tipis
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular