Rupiah Terpuruk, Perbankan Dihantui Masalah NPL & Likuiditas

Gita Rossiana, CNBC Indonesia
03 September 2018 12:42
Rupiah yang terus melemah terhadap dolar AS akan membuat bahan baku naik sehingga mempengaruhi kemampuan peminjam bayar cicilan dan membuat NPL naik.
Foto: CNBC Indonesia/Muhammad Sabki
Jakarta, CNBC Indonesia - Rupiah semakin tak berdaya dihadapan dolar AS. Buktinya, rupiah terus melemah dan menyentuh Rp 14.777/US$ padahal hari ini pasar keuangan Amerika Serikat libur karena adanya peringatan hari buruh.

Penguatan dolar menjadi ancaman bagi bisnis perbankan. Pasalnya, bank bisa menghadapi tumpukan kredit bermasalah atau non performing loan (NPL) dan likuiditas valas.

Presiden Direktur PT. Bank Central Asian (BCA) Tbk Jahja Setiaatmadja mengatakan, pelemahan rupiah yang berlangsung dalam waktu lama bisa mempengaruhi NPL perbankan.

"(NPL) bisa naik karena bahan baku naik, bahan bakar juga bakal naik. Lalu apabila harga pokok naik, belum tentu bisa menaikkan harga karena daya beli kurang, jadi cashflow bisa terganggu," kata dia kepada CNBC Indonesia belum lama ini.

Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) rasio NPL perbankan pada Juni sudah mencapai 2,71%. Dalam aturan Otoritas Jasa Keuangan (OJK), bank harus menjaga NPL di bawah 5%. Bank akan diminta menghentikan sementara ekspansi kredit dan membenahi kredit macet jika sudah melampaui thrasehold tersebut.

Selain NPL, perbankan juga dihadapkan pada masalah likuiditas, terutama likuiditas valuta asing.

"Bank jaga likuiditas dan jangan pinjam banyak dolar akan aman," terang dia.



(roy) Next Article Harap Tenang! NPL Bank RI Masih Aman Kok

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular